Lev Vygotsky: Biografi, Pemikiran, Teori Perkembangan Kognitif, Teori Belajar, Penerapan dan Keuntungannya

Biografi Lev Vygotsky
Biografi Lev Vygotsky

Lev Vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak. Lev Semyonovich Vygotsky lahir di Kota Orsha pada 17 November 1896. Keluarganya merupakan keturunan Yahudi dengan status sosial kelas menengah.

Vygotsky adalah anak kedua dalam keluarga yang terdiri dari delapan anak. Ayahnya, Simkha Vygotsky, bekerja sebagai bankir dan dikenal memiliki kepribadian yang tegas. Ibunya, Cecelia Moiseievna, adalah seorang guru berlisensi yang mengabdikan dirinya untuk keluarganya dan sekolah anak-anaknya di rumah.

Saat Vygotsky kecil, orang tua Vygotsky fasih dalam beberapa bahasa dan mereka ingin sekali memberi Vygotsky pendidikan yang baik. Ayahnya, Simkha Vygotsky sering membaca buku filsafat dan akhirnya memperkenalkan Lev pada karya-karya Kant dan Hegel. Sedangkan Ibu Vygotsky, Cecelia, memperkenalkannya pada bahasa, puisi, sastra, dan drama Jerman.

Ayah dan Ibu Vygotsky, Simkha dan Cecelia mendirikan perpustakaan umum untuk warga setempat. Koleksi buku yang mereka kumpulkan memiliki efek positif terutama pada keluarga besar mereka. Ini membuat Vygotsky dan saudara-saudaranya senang karena mereka sangat suka membaca.

Dalam keluarganya sendiri, Simkha dan Cecelia juga sering mengadakan sesi diskusi di ruang makan mereka dan menyediakan lingkungan yang merangsang intelektual anak-anak mereka. Mereka sering membahas topik yang berkaitan dengan sastra, sejarah, seni, dan teater.

Pada tahun 1913, Vygotsky terpilih untuk dilatih sebagai guru di universitas di Saint Petersburg dan Moskow. Namun sayangnya, saat itu (sebelum revolusi) guru-guru Yahudi tidak diterima di sekolah-sekolah yang disponsori oleh pemerintah di Rusia. Akhirnya Vygotsky mendaftar ke sekolah kedokteran Universitas Moskow.

Meskipun Vygotsky memulai pendidikan tingginya di kedokteran, hasrat dan ketertarikannya dalam sastra dan ilmu sosial masih sangat tinggi. Pada akhirnya ia pindah ke ilmu sosial, khususnya hukum di Universitas Moskow. Di ilmu sosial, ia belajar lebih dalam mengenai linguistik, budaya Yahudi, filsafat, psikologi, dan sastra.

Singkat cerita, Vygotsky menyelesaikan gelar masternya di bidang hukum pada tahun 1917 dan ia kembali ke Gomel untuk mengajar serta melanjutkan memperdalam ilmu psikologi dan pendidikan. Vygotsky menghabiskan 7 tahun sebagai guru sekolah di Gomel.

Setelah itu ia bekerja sebagai kepala laboratorium psikologi di Institut Pelatihan Guru sambil menyelesaikan pendidikan doktoralnya. Selama Vygotsky berkarir, ia harus melawan beberapa serangan tuberkulosis karena ia dan keluarganya memiliki riwayat tuberkulosis.

Pada tahun 1924, Vygotsky berpartisipasi dalam Kongres Psikoneurologis Rusia. Pada kongres tersebut, ia mempresentasikan karyanya yang berjudul “Metodologi Penelitian Refleksi dan Psikologis”. Pilihan topik Vygotsky yang berani berhasil mengesankan beberapa orang penting yang hadir di kongres saat itu.

Akhirnya ia diundang untuk menjadi peneliti di Institute of Experimental Psychology di Moskow. Pada tahun 1925, Vygotsky akhirnya memperoleh gelar doktor setelah menyelesaikan tesisnya berjudul “The Psychology of Art”.

Setelah itu Vygotsky menghabiskan kurang lebih 10 tahun melakukan penelitian di Institut tersebut, sebelum akhirnya Vygotsky meninggal karena tuberkulosisnya pada 11 Juni 1934.

Pemikiran Lev Vygotsky
Salah satu teori paling terkenal yang Vygotsky kembangkan yaitu teori budaya-sejarah atau juga dikenal sebagai teori sosiokultural atau pembangunan sosial. Vygotsky percaya bahwa lingkungan pertemanan, budaya, dan interaksi sosial punya peran utama dan sangat penting dalam bagaimana anak berpikir dan belajar.

Vygotsky juga berpandangan bahwa cara pembelajaran mungkin berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Sayangnya, banyak teorinya yang masih multitafsir karena beliau meninggal di usia yang baru menginjak 37 tahun.

Sementara, salah satu hasil kerja Vygotsky yang dikenal di bidang psikologi anak adalah merumuskan konsep "zone of proximal development". Konsep ini menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang anak ada sebuah area di mana anak tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk dapat belajar hal yang baru sedangkan ada area lain di mana anak tersebut dapat belajar mandiri tanpa dibantu.

Vygotsky menekankan pentingnya kehadiran 'orang lain', seperti guru, orangtua, atau teman, yang distilahkan sebagai orang yang lebih berpengetahuan (the more knowledgeable other).

Sezaman dengan Piaget, Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri.

Baca Juga: Jean Piaget: Biografi dan Teori Perkembangan Kognitifnya

Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Perkembangan kognitif memang sejak lama sudah banyak ditulis oleh pakarnya dan telah lama diuji oleh ahlinya. Namun, teori belajar vygotsky selalu dijadikan bahan rujukan karena sangat berbeda dari ulasan disiplin ilmu yang lain.

Menurut Vygotsky, pengetahuan dan perkembangan kognitif setara dengan teori sciogenesis. Yaitu rasa kesadaran sosial adalah yang utama dan rasa individualnya bersifat derivatif atau turunan. Ini berarti bahwa pengembangan kognitif individu dihasilkan dari sumber-sumber sosial di lingkungan luar dirinya.

Namun bukan berarti seseorang tersebut adalah pihak yang pasif pada perkembangan kognitifnya tetapi ia juga dituntut berperan aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Maksudnya adalah perkembangan kognitif bukan hanya ditentukan berdasarkan individu yang aktif tetapi juga lingkungan sosial yang aktif pula.

Baca Juga: Kognitif: Pengertian, Fungsi, Kegunaan, Teori, Pendekatan, Perkembangan, dan Levelnya

Maka dari itu perkembangan kognitif teori belajar vygotsky setara dengan sosialnya dibagi menjadi 3 hal di antaranya,
1. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development) di mana kemampuan seseorang akan tumbuh melalui dua tataran yaitu tataran sosial lingkungan dan tataran psikologis dalam dirinya
2. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) di mana dibedakan dalam dua tingkat yaitu tingkat perkembangan aktual yang terlihat dari keberhasilannya menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalahnya sendiri dan tingkat perkembangan potensial yang terlihat dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pemecahan masalah dengan bantuan orang lain.
3. Mediasi. Teori perkembangan kognitif vygotsky dibedakan menjadi dua jenis mediasi di antaranya,
a. Media metakognitif adalah berbagai alat semiotik yang digunakan untuk menjalani self regalution (pengaturan diri) yang terdiri dari self planning, self monitoring, self checking dan self evaluation.
b. Media kognitif adalah berbagai alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu.

Baca Juga: Pengertian Metakognisi, Komponen, Indikator, Langkah, Contoh, dan Manfaatnya

Teori-teori Vygotsky sendiri dibentuk dari tiga ide utama di antaranya,
1. Intelektual berkembang dalam menghadapi ide-ide baru
2. Interaksi dengan orang lain menambah perkembangan intelektual
3. Guru adalah mediator dalam pembelajaran siswa

Alasan mengetahui teori atau strategi belajar di antaranya,
1. Menekankan pentingnya pengetahuan awal dalam proses belajar
2. Membantu memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan
3. Menjelaskan proses otak dalam menerima pengetahuan

Tingkat Pengetahuan (Scaffolding)
1. Scaffolding
Berarti upaya pembelajaran yang diberikan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan atau sejumlah bantuan besar yang diberikan kepada individu pada saat awal pembelajaran, kemudian bantuan tersebut dikurangi dalam rangka memberikan kesempatan anak untuk bertanggung jawab setelah mereka dirasa cukup mampu mengerjakannya sendiri.

Bentuk bantuan yang diberikan adalah berupa sebuah petunjuk, sarana peringatan dan sebuah dorongan untuk mengerjakan masalahnya sendiri. Dorongan ini sangat berpengaruh untuk mencapai keberhasilan siswa yang optimal. Tiga kategori pencapaian siswa dalam memecahkan masalahnya adalah sebagai berikut di antaranya,
a. Siswa mencapai keberhasilan dengan baik
b. Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan
c. Siswa gagal meraih keberhasilan.

2. Konstruktivisme
Dipandang sebagai pengetahuan dikonstruksi yang dilakukan secara kolaboratif antar individu. Proses ini ditekankan pada penyesuaian atau adaptasi antara intelektual di dalam konteks sosial budaya. Proses penyesuaian yang seimbang antara pengetahuan secara intra individual dilakukan melalui proses regulasi diri internal di mana hal ini lebih ditekankan pada saling tukar gagasan antar individu.

Baca Juga: Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan

3. Pembelajaran sosialkultural
Di mana teori belajar vygotsky menekankan interaksi internal dan eksternal pada lingkungan sosial pembelajaran. Dia juga meyakini zona of proximal development yang berarti sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri atau di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Teori Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.

Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak.

Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya.

Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.

Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia.

Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, di mana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual development dan potensial development pada anak.

Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

Baca Juga: Pengertian Kelompok Sebaya (Peer Group), Jenis, dan Fungsinya

Menurut teori Vygotsky, Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaannya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.

Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.

Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri

Penerapan Teori Belajar Vygotsky
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut di antaranya,
1. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui  ZPD.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa di samping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. 

Baca Juga: Pembelajaran Teman Sejawat (Peer Tutoring)

Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.

Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa metode pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan, untuk itu harus diterapkan lima unsur metode pembelajaran kooperatif di antaranya,
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan
Pengajar yang efektif dalam metode pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka
Dalam metode pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Baca Juga: Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning): Pengertian, Unsur, Tujuan, Ciri, Teknik, Kelebihan, dan Kekurangannya

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000) di antaranya,
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain metode pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari metode pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Peer Tutoring (Tutor Sebaya)
Peer Tutoring atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya, ada beberapa  ahli ada yang meneliti masalah ini di antaranya, adalah Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan  pengertian tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya.

Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang  dimunculkan pertukaran usia pengajar.

Pembelajaran dengan tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya. Dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.

Sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan  antara para tutor dengan siswa-siswanya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya. Pembelajaran dengan tutor sebaya tampaknya memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran  dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu.

Hal tersebut dimungkinkan karena di antara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga  pertanyaan perasaan yang dapat diterima oleh semua siswa.

Jadi, pembelajaran dengan tutor  sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.

Kelebihan pembelajaran dengan tutor sebaya dapat meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya rendah dengan siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam suatu kelas. Selanjutnya siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas dan motivasi itu diharapkan tumbuh dari terciptanya hubungan yang saling menentukan dan membutuhkan antara guru, siswa yang prestasinya tergolong tinggi dan siswa yang prestasinya rendah.

Dampak semuanya ini, seorang guru dituntut untuk mempersiapkan, memaksimalkan kemampuannya tanpa harus menjadi informatory (pemberi informasi) saja tetapi guru juga berfungsi sebagai mediator, komunikator, dan fasilitator sehingga guru mampu memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa yang pada akhirnya dapat memotivasi siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

Keuntungan Teori Belajar Vygotsky
1. Anak diberikan kesempatan yang besar untuk meningkatkan zona perkembangan proksimalnya melalui belajar dan berkembang
2. Mengaitkan pembelajaran dengan tingkat perkembangan potensial dari pada tingkat perkembangan aktual
3. Perlunya strategi dalam mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada intramentalnya
4. Kesempatan seluas-luasnya pada anak dalam mengintregrasikan pengetahuan deklaratif dengan pengetahuan prosedural yang dilakukan untuk mengerjakan tugas dan memecahkan masalah.
5. Proses belajar bukan hanya bersifat transfersal tetapi juga konstruksi di mana pengetahuan dibangun antar sesama pihak yang terlibat

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Lev Vygotsky: Biografi, Pemikiran, Teori Perkembangan Kognitif, Teori Belajar, Penerapan dan Keuntungannya"