Psikologi Anak: Pengertian, Sejarah, Fokus Utama, Teori, Penerapan, dan Manfaatnya

Pengertian Psikologi Anak
Psikologi Anak
Pengertian Psikologi Anak
Psikologi anak adalah cabang ilmu psikologi yang berfokus pada perkembangan anak. Psikologi anak menganalisa tumbuh kembang anak secara menyeluruh, mulai pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik (gerakan) hingga perkembangan otak (kognitif) sampai dengan pembentukan rasa cinta akan sesama, kepribadian dan identitas.

Menurut Santrock (2008), setiap tahap perkembangan anak memiliki isunya tersendiri yang harus ditangani sebelum bisa mengoptimalkan tahap setelahnya di antaranya,
1. Health and well-being, yakni berkaitan dengan asupan nutrisi, diet, serta pemenuhan kebutuhan terkait kesehatan anak.
2. Parenting and education, yakni menyorot tentang gaya pengasuhan, proses belajar mengajar, dan isu-isu pendidikan lainnya. Isu-isu ini juga memiliki percabangan kepada isu sosial dan ekonomi yang berpengaruh kepada kemampuan anak memperoleh pendidikan dan pengasuhan yang layak.
3. Sociocultural context and diversity. Hal-hal ini berkaitan dengan mengajarkan anak tentang pentingnya menghargai keberagaman dan toleransi, baik itu pada orang yang berbeda etnis, bahasa, agama, atau gender.
4. Social policy. Segala kebijakan pemerintah terhadap warga negara Indonesia juga berdampak pada perkembangan anak, terutama apabila kebijakannya menyangkut pendidikan.

Sejarah Ilmu Psikologi Anak
Psikologi anak pada mulanya berkembang dan dimulai dari tahapan masalah usia, yakni anak-anak. Sejarah perkembangan ilmu psikologi anak dapat menjadi tiga periode. Pertama adalah minat awal dalam mempelajari perkembangan anak.

Plato adalah salah satu filsuf yang berperan penting dalam hal ini dan ia juga mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara genetis dan keturunan. Lalu, pada abad ke 17, John Locke mengemukakan pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor awal penentu dalam perkembangan anak.

Kemampuan inilah yang diakui memiliki peranan penting dalam kejiwaan seorang anak hingga ia beranjak dewasa. Mereka mengemukakan pandangan tentang masa anak-anak yang penuh spekulatif karena tak ada bukti ilmiah dan juga riset serta observasi.

Tetapi, dengan ini muncullah asumsi untuk mempelajari perkembangan anak dan kehidupannya serta perkembangan psikis anak. Hal ini pun baru mulai dilakukan pada abad ke-18 meskipun peninjauan dari sisi ilmiah masih belum memuaskan pada saat itu.

Fokus Utama Psikologi Anak
1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik dapat dilihat dari kejadian-kejadian yang terprediksi mulai sejak anak lahir sampai bisa berjalan. Setiap anak memiliki isunya sendiri-sendiri terkait perkembangannya. Melalui perhatian terhadap perkembangan fisik anak, psikolog dan orang tua bisa meng-highlight masalah-masalah pada anak yang sekiranya perlu diatasi di masa depan.

2. Perkembangan kognitif
Isu-isu terkait perkembangan kognitif anak meliputi bahasa, inteligensi, dan proses berpikir anak yang meliputi atensi, memori, pengambilan keputusan, dan problem solving. Memahami isu-isu tersebut dapat menjadi sarana mencari tahu masalah belajar anak dan menetapkan model pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan kognitif anak.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak terdiri atas 4 tahap di antaranya,
a. Tahap sensorimotor (usia 0—2 tahun)
Pada tahap ini, anak yang masih berusia dini mengkonstruksi pengetahuan tentang lingkungan melalui koordinasi panca indera dengan tindakan. Misalnya, dia akan belajar tentang bentuk-bentuk wajah orang, macam-macam suara, dan macam-macam rasa makanan.

Tahap ini secara optimal ditandai dengan object permanence, yaitu kemampuan anak memahami keberadaan benda tertentu sekalipun benda tersebut ditutupi atau tidak terlihat.

b. Tahap pra-operasional (usia 2—7 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah mulai belajar mengenal kata dan gambar-gambar tertentu. Selain itu, anak juga memiliki keingintahuan yang besar sehingga ingin mengeksplorasi banyak hal di lingkungannya. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya egosentrisme(keinginan anak untuk menjadi ‘istimewa’)dan kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat khayal.

Oleh karena itu, tidak heran anak-anak pada tahap pra-operasional menyukai bermain dengan boneka atau mobil-mobilan, atau permainan lain yang mengandalkan imajinasi dan berpura-pura.

c. Tahap operasional konkret (usia 7—11 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah bisa menggunakan logika untuk memahami konsep sebab-akibat dari tindakannya. Pencapaian utama tahap operasional konkret adalah seriation, yaitu mengelompokkan objek-objek tertentu dan mengandalkan logika untuk memecahkan masalah-masalah sederhana, misalnya mengerjakan PR Matematika tingkat Sekolah Dasar.

Selain itu, pencapaian lain yang bisa dilihat pada tahap ini adalah transivity, yaitu mengkombinasikan banyak informasi untuk menarik kesimpulan.

d. Tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas)
Pada tahap ini, anak sudah bisa berpikir abstrak dan logis. Anak juga sudah bisa mengutarakan idenya sendiri mengenai suatu hal dan membandingkan suatu keadaan dengan keadaan lain yang menurutnya ideal.

Misalnya, seorang anak sudah bisa melihat perbedaan antara perbedaan pengasuhan orang tuanya dengan orang tua temannya. Cara berpikir anak pada tahap ini sudah mencapai hypothetical-deductive reasoning, yakni menarik kesimpulan dari hal-hal umum untuk mendapatkan solusi konkret.

Misalnya, anak sudah bisa melihat ketidakadilan peraturan sekolah sehingga ada kecenderungan ingin membangkang, yang bisa berakibat pada kenakalan remaja.

e. Perkembangan emosional
Isu-isu terkait perkembangan emosi meliputi bagaimana anak memahami, merasakan, dan mengekspresikan perasaannya kepada orang lain. Manusia memiliki lima emosi dasar, yaitu bahagia, sedih, marah, takut, dan jijik. Seiring waktu, lima emosi dasar ini akan berkembang menjadi semakin kompleks meliputi kecewa, iri, bersalah, bangga, dan berharap.

Apabila perkembangan emosional ini terhambat, maka anak akan mengalami kesulitan bersosialisasi, sebab perkembangan emosional anak berkaitan dengan kemampuannya merasakan dan memahami emosi orang lain melalui empati.

Maka dari itu, membantu anak memahami emosi juga mengajarinya teknik coping stres yang efektif ketika dilanda masalah dan tidak melampiaskannya dengan cara-cara yang kurang menyenangkan. Sebut saja kasus-kasus kekerasan dan bullying yang dilakukan anak kepada teman sebayanya diakibatkan anak tersebut kurang memiliki kemampuan coping stres yang efektif.

Teori Tentang Tumbuh Kembang Anak
Terdapat banyak teori yang menjelaskan mengenai pertumbuhan anak. Namun dari sekian banyak, ada dua teori yang paling utama di antaranya,
1. Teori Piaget
Jean Piaget merupakan psikolog klinis asal Swiss yang dikenal karena menjadi pelopor pemahaman tentang tumbuh kembang anak lebih lanjut. Piaget awalnya adalah guru serta ahli biologi yang kemudian tertarik untuk menguji kepandaian anak sesudah Perang Dunia I.

Sedangkan tes IQ menjadi tes yang awalnya dikembangkan psikolog anak asal Prancis dianggap punya risiko menghambat perkembangan para psikolog. Tes IQ dilakukan dengan memberikan pertanyaan kemudian membandingkan jawaban dari setiap anak dengan hasil yang diperoleh rata-rata anak berusia sama.

Piaget kemudian menemukan jika anak yang usianya berdekatan sering berbuat kesalahan sama, konsisten dan berulang. Ini membuatnya berpikir jika anak berpikir dengan cara berbeda dengan orang dewasa akibat kurang pengalaman.

Piaget sendiri merupakan periset yang ulung dan membuatnya menjadi direktur institute pertama di dunia yang khusus meneliti tumbuh kembang anak.  Dari hasil karyanya, piaget mengembangkan teori anak berkembang dengan tahapan berbeda sehingga tahap perkembangan lanjutan anak juga berbeda dari sebelumnya.

Piaget juga mengatakan jika perpindahan tahapan perkembangan anak merupakan hasil dari pengalaman fisik serta interaksi obyek yang sudah terakumulasi.

2. Teori Vygotsky
Lev Semyonovich Vygotsky merupakan psikolog dari Uni Soviet yang juga memiliki kesimpulan hampir serupa dengan Piaget.

Vygotsky berpendapat jika anak akan belajar tentang dunia lewat interaksi yang dilakukan. Perbedaan dua teori ini adalah Piaget merasa anak bergerak alami lewat tahap berbeda pada perkembangan biologis serta interaksi dengan dunia.

Sedangkan Vygotsky berkata jika orang dewasa dan teman memegang peran yang jauh lebih penting pada proses tumbuh kembang anak.

Penerapan Psikologi Anak
Psikologi anak tentunya berguna untuk dunia nyata dan penerapannya bisa membantu anak dalam kehidupan mereka.
1. Psikologi Anak dalam Ilmu Psikologi Pendidikan
Dunia pendidikan sangat dekat dengan anak. Untuk proses penerapan psikologi untuk anak, psikologi pendidikan juga harus diterapkan. Psikologi pendidikan ini bekerja bersama anak yang menemukan kesulitan dalam belajar, memahami atau berkomunikasi dengan sesamanya atau dianggap sulit dalam berperilaku.

Psikolog pendidikan biasanya akan bekerja di lingkungan sekolah dan berinteraksi dengan para guru, keluarga siswa dan berinteraksi juga dengan sekolah untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu dalam pendidikan. Ilmu yang satu ini sebenarnya lebih berfokus pada proses belajar mengajar anak di dunia pendidikan.

Fokus utamanya sendiri adalah keseluruhan aspek dari proses belajar itu sendiri dan aspek pendukungnya yang terdiri dari aspek kognitif dan perilaku. Dengan mempelajari kedua aspek ini, para peneliti dapat memahami perbedaan individual dalam kepandaian, perkembangan kognitif, pengaruh, motivasi, kendali diri dan lain sebagainya.

Selain itu, psikologi pendidikan juga melibatkan pembelajaran tentang ingatan, konsep proses dan perbedaan individual melalui psikologi kognitif dalam mengkonsepkan strategis baru untuk belajar dan mengajar manusia. Ia dibangun atas dasar teori pengkondisian operator, fungsionalisme, strukturalisme, konstruktif, humanis, gestalt dan pemrosesan informasi.

2. Psikologi Anak dalam Ilmu Psikologi Klinis
Selanjutnya adalah penerapan dalam psikologi klinis. Psikologi klinis sendiri mempelajari, mengamati dan membantu berbagai macam masalah biologis, psikologi dan sosial anak-anak dalam kehidupan mereka. Untuk melakukan ini, seorang psikolog haruslah melakukan berbagai macam pengamatan secara individual lebih dulu untuk mengetahui masalahnya.

Selanjutnya, psikolog juga harus aktif dalam mendukung anak menangani kesulitan yang dihadapi dan membuat sebuah program untuk pencegahan dan mencegah penderitaan anak. Dengan memahami bagaimana anak pada usia tertentu melakukan suatu tugas, psikolog klinik akan dapat mengidentifikasi gangguan pada perkembangan mereka.

Selain itu, walau antara psikologi pendidikan dan klinis memiliki perbedaan, namun pada dasarnya keduanya memiliki persamaan yakni sering menggunakan diagnosis untuk mengidentifikasi anak yang memiliki suatu gangguan dalam perkembangan mereka. Misalnya saja autisme, ADHD dan gangguan lainnya yang memang kerap dialami anak.

Manfaat Ilmu Psikologi untuk Anak
Ada banyak manfaat yang bisa didapat dengan mempelajari psikologi untuk anak ini. Pertama adalah bisa mempelajari psikologi perkembangan peserta didik sehingga Anda bisa mengetahui apakah tingkah laku yang ditunjukkan peserta didik telah sesuai dengan usia atau tingkat perkembangan seharusnya.

Manfaat lain yang bisa didapat adalah Anda bisa mengetahui seberapa jauh perkembangan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dengan metode pembelajaran yang telah diterapkan sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan berguna untuk melakukan perubahan jika diperlukan.

Manfaat lain yang bisa didapat adalah untuk perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan menetapkan mana metode yang lebih baik untuk kebutuhan peserta didik. Manfaat lain yang bisa didapat adalah untuk alat mengukur dan menerangkan mengenai perubahan peserta didik baik dan perilaku sosial ataupun perkembangan kemampuan belajar.

Dengan ini, Anda juga dapat membantu peserta didik, pendidik dan orang tua untuk berekspektasi secara pasti karena dipantau dari perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Jelas, dengan ini bisa membantu orang tua dan pendidik untuk menyusun bimbingan belajar yang tepat dengan mempertimbangkan kemampuan anak juga.

Selain itu, ia juga bisa membantu pendidik untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya gangguan selama proses belajar mengajar karena tingkat kemampuan dan kesulitan apa yang dihadapi peserta didik dalam belajar. Hal ini juga mampu membantu memecahkan permasalahan jika terjadi hambatan selama proses pembelajaran.

Paling pasti, adanya ini juga bisa digunakan untuk membangun komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan membantu peserta didik dalam mengendalikan dan penyikapan perilakunya. Ini juga bisa memaksimalkan pemanfaatan lingkungan sekolah untuk pembelajaran yang lebih baik.

Adanya psikologi ini juga bisa meminimalisir terjadinya penyimpangan peserta didik baik dalam hal belajar, berperilaku maupun dalam berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungannya. Selain itu, ia juga bisa membantu peserta didik untuk memahami apa yang diinginkannya dan bagaimana caranya ia menilai dirinya sendiri dan menentukan langkah.

Mempelajari psikologi pada anak memang sangat membantu untuk mengetahui bagaimana tumbuh kembang anak, tahap perkembangan dan masalah mereka. Pada akhirnya, hal ini bisa membantu Anda dalam menerapkannya di dunia nyata baik dalam dunia pendidikan atau klinik sehingga mampu mengetahui apa yang jadi masalah pada anak itu sendiri.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Anak: Pengertian, Sejarah, Fokus Utama, Teori, Penerapan, dan Manfaatnya"