Pekerja Sosial: Pengertian, Prinsip, Tujuan, Fungsi, Tugas, Peran, Teori, dan Contohnya

Pengertian Pekerja Sosial
Pengertian Pekerja Sosial
Pekerja sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi (Undang-undang No. 14 Tahun 2019). Pekerjaan sosial merupakan bidang keahlian yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui interaksi; agar orang dapat menyesuaikan diri dengan situasi kehidupannya secara memuaskan.

Baca Juga: Pengertian Kompeten, Kompetensi, Unsur, dan Jenisnya

Kelebihan pekerja sosial adalah pemahaman dan keterampilan dalam memanipulasi perilaku manusia sebagai makhluk sosial. Pekerja sosial juga tidak hanya mengatasi masalah di masyarakat dengan singkat, akan tetapi mengembalikan fungsi sosial dari masyarakat itu sendiri. Profesi pekerjaan sosial di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1945, setelah kemerdekaan dan dimulai dengan kursus/ pelatihan dalam bidang pekerjaan/ kesejahteraan sosial.

Kiprah pekerja sosial bisa dijumpai dalam berbagai situasi. Misalnya, penanganan kemiskinan, penanggulangan bencana, penanganan orang dengan kecacatan, perlindungan anak, pengembangan masyarakat, dan masih banyak lagi. para pekerja sosial memiliki komitmen untuk mengambil bagian dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera juga lingkungan yang aman dan nyaman. Maka dari itu, para pekerja sosial aktif mendorong perubahan sosial dalam interaksi antara manusia juga lingkungannya.

Pekerja Sosial Menurut Para Ahli
1. International Federation of Social Workers (IFSW), Pekerjaan sosial adalah profesi berbasis praktik dan disiplin akademis yang mempromosikan perubahan dan pengembangan sosial, kohesi sosial, dan pemberdayaan dan pembebasan orang. Prinsip-prinsip keadilan sosial, hak asasi manusia, tanggung jawab kolektif, dan penghormatan terhadap perbedaan merupakan hal yang sentral dalam pekerjaan sosial.
2. Allen Pincus dan Anne Minahan (1973), Pekerjaan sosial berkepentingan dengan permasalahan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengurangi ketegangan, mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.
3. Goldstein (1973), Pekerjaan sosial adalah suatu bentuk intervensi sosial untuk membantu seseorang baik secara individu maupun kolektif dalam mengatasi 'permasalahan sosial' dalam eksistensi sosialnya.
4. Max Siporin (1975), Pekerjaan sosial adalah praktik profesional yang dalam tindakan dan pelayanannya dilakukan oleh orang yang mendapatkan pendidikan khusus dan secara formal memiliki izin dan kewenangan untuk melaksanakan tugasnya.
5. Walter A. Friedlander dan Robert Z. Apte (1980), Pekerjaan sosial merupakan suatu pelayanan profesional yang praktiknya didasarkan kepada pengetahuan dan keterampilan ilmiah tentang relasi manusia, sehingga dapat membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam mencapai kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan.
6. Charles Zastrow, Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
7. International Federation of Social Workers, Pekerjaan sosial adalah profesi yang berkaitan dengan praktik kerja dan akademi yang mengenalkan tentang perubahan sosial, pengembangan sosial, kohesi sosial, pemberdayaan masyarakat, dan pembebasan masyarakat. Prinsip utama dalam pekerjaan sosial adalah keadilan sosial, hak asasi manusia, tanggungjawab kolektif, dan menghormati perbedaan.

Prinsip Pekerja Sosial
Dasar dari seseorang yang melakukan pekerjaan sosial ialah untuk membantu orang yang ada di lingkungannya. Prinsip dasar dalam melakukan pekerjaan sosial di antaranya,
1. Penerimaan, seorang pekerja sosial harus mampu menerima segala kondisi yang ada di masyarakat dan melakukan tindakan yang menunjukkan kepedulian terhadap sesama manusia, menghormati sudut pandang orang lain, menjadi seorang pendengar yang baik, dan menciptakan lingkungan yang saling menghormati.
2. Individualisasi, setiap manusia pasti memiliki sisi individu tersendiri dengan kemampuan yang bereda-beda. Seorang pekerja sosial harus menghargai keunikan tersebut. Seorang pekerja sosial harus memberikan kebebasan kepada seorang klien dalam memandang sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri.
3. Pengungkapan perasaan, emosi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari seorang individu. Pekerja sosial dapat melakukan hal-hal yang dapat membuat seseorang mengarah kepada pembicaraan yang sesuai dengan tujuannya. Misal ketika ingin mengetahui karakter seseorang dapat melakukan cara ini.
4. Sikap tidak menghakimi, sebagai seseorang pekerja sosial tidak boleh menghakimi agar relasi dapat terjalin dengan baik dan berjalan secara efektif.
5. Objektivitas, menghindari segala perasaan buruk yang dirasakan oleh seorang pekerja. Prasangka buruk tersebut dapat membuat seseorang menilai sesuatu secara subjektif.
6. Pelibatan emosi secara terkendali, pekerja harus mampu melibatkan emosi sesuai dengan porsinya. Ketika terlalu melibatkan emosi dapat membuat klien kurang percaya dan mundur secara prematur.
7. Penentuan nasib sendiri, klien memiliki kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya. seorang pekerja sosial hanya dapat berperan dalam membantu dan membimbing ke arah yang lebih sejahtera.
8. Akses pada sumber, sumber yang dimaksud dapat berupa relasi atau dasar hukum yang dapat membantu klien menemukan solusi.
9. Kerahasiaan, ketika ingin melakukan kerjasama dengan klien seorang pekerja sosial akan memberikan jaminan kerahasiaan data. Klien harus bersedia memberikan identitas pribadinya.
10. Akuntabilitas, seorang pekerja sosial harus menguasai segala ilmu yang berkaitan dan bersikap profesional.

Tujuan Pekerjaan Sosial
Secara umum, tujuan adanya pekerjaan sosial di antaranya,
1. Pencegahan disfungsi sosial di lingkungan masyarakat
2. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi masyarakat secara individu, keluarga, dan masyarakat
3. Menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan dalam manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial untuk mencapai kemandirian seorang individu
4. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar.

Baca Juga: Pengertian Kesejahteraan Sosial, Pendekatan, Ruang Lingkup, Tujuan, Fungsi, Usaha, dan Contohnya

Menurut NASW, misi utama dari pekerjaan sosial adalah meningkatkan kesejahteraan manusia dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
1. Meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengatasi dan perkembangan.
2. Memperbaiki keefektifan serta bekerjanya secara manusiawi sistem-sistem yang menyediakan orang sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.
3. Menghubungkan orang-orang dengan sistem yang memberikan sumber-sumber, pelayanan-pelayanan dan juga kesempatan-kesempatan.
4. Mengembangkan dan juga memperbaiki kebijakan sosial.

Fungsi Pekerjaan Sosial
Secara garis besar, terdapat 4 peran profesi pekerjaan sosial di antaranya,
1. Meningkatkan kapasitas orang dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, dalam menjalankan peran ini, pekerja sosial ini mengidentifikasi hambatan-hambatan klien dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pekerja sosial juga menggali kekuatan-kekuatan yang ada pada diri klien guna mengembangkan solusi dan juga rencana pertolongan.
2. Menggali serta menghubungkan sumber-sumber yang tersedia di sekitar klien. Adapun tugas pekerja sosial yang terkait dengan peran ini di antaranya adalah:
a. Membantu klien menjangkau sumber-sumber yang diperlukannya
b. Mengembangkan program pelayanan sosial yang dapat memberikan manfaat optimal bagi klien
c. Meningkatkan komunikasi di antara para petugas kemanusiaan, dan
d. Mengatasi hambatan-hambatan dalam proses pelayanan sosial bagi klien

3. Meningkatkan jaringan pelayanan sosial. Tujuan utama dari peran ini adalah untuk menjamin bahwa sistem kesejahteraan sosial dapat berjalan secara manusiawi, sensitif terhadap kebutuhan warga dan juga efektif dalam memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat.
4. Mengoptimalkan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan sosial. Dalam menjalankan peran ini pekerja sosial dapat mengidentifikasi isu-isu sosial dan implikasinya bagi kehidupan masyarakat. Kemudian pekerja sosial membuat naskah kebijakan (policy paper) yang memuat rekomendasi-rekomendasi bagi pengembangan kebijakan-kebijakan baru maupun perbaikan atau pergantian kebijakan-kebijakan lama yang tidak berjalan efektif.

Tugas Pekerja Sosial
Beberapa tugas yang dimiliki oleh pekerja sosial di antaranya,
1. Membantu klien menyelesaikan permasalahan, hal-hal yang mungkin dilakukan antara ialah membantu memecahkan masalah, memberikan pelayanan, merencanakan solusi dalam menyelesaikan sebuah kasus, melaksanakan solusi yang telah dibuat, dan melakukan pengembangan atas profesi pekerja sosial.
2. Menjadi salah satu penggerak dalam perubahan, membentuk sistem pelayanan, membuat program, memberikan pelatihan dan pendidikan, serta memberikan pelayanan berupa perlindungan sosial.
3. Melakukan analisis kebijakan dalam bidang sosial, seorang pekerja sosial perlu melakukan penelitian untuk meninjau segala hal yang telah dilakukan.

Peran Pekerja Sosial
Berbagai peran yang dimiliki pekerja sosial di antaranya,
1. Mempercepat perubahan, seorang pekerja sosial harus mampu membuat suatu inovasi dalam melakukan kegiatan sosial agar dapat mempercepat segala perubahan yang diinginkan.
2. Sarana perubahan, pekerja sosial dapat digunakan sebagai sarana perubahan hal-hal yang mungkin dilakukan dalam mengatasi permasalahan sosial serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Pendidik, menjadi seseorang yang melakukan perubahan melalui dunia pendidikan. Perubahan ini dapat diajarkan mulai sekolah tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. ketika pola pikir sudah terbentuk dengan baik maka dapat dengan mudah melakukan perubahan.
4. Tenaga ahli bidang sosial, seseorang yang ahli dalam bidangnya. Seorang pekerja sosial akan dipercayai menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan dan dianggap yang paling tau tentang kondisi sosial.
5. Perencana sosial, melakukan perencanaan tentang solusi yang akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di lingkungan. Permasalahan ini dapat menyangkut urusan pribadi atau kepentingan banyak orang.
6. Fasilitator, berperan sebagai orang yang menyediakan jasa dalam bidang sosial. Menjadi seorang konsultan atau orang yang memberikan bantuan untuk banyak orang baik berupa uang, tenaga, atau jasa lainnya yang sedang dibutuhkan.

Teori Pekerjaan Sosial
Pekerjaan sosial mulai dikaji secara akademik sejak tahun 1898. Saat itu, kelas pekerjaan sosial untuk pertama kalinya dibuka oleh Universitas Columbia. Salah satu pelopor pekerjaan sosial di Amerika Serikat, yakni Jane Addams menjadi perempuan AS pertama yang meraih hadiah Nobel Perdamaian, yakni pada 1931.

Hingga kini bidang pekerjaan sosial terus berkembang dan dikaji di seluruh dunia. Bidang ini jadi disiplin akademik sekaligus profesi berbasis praktik. Merujuk pada artikel dalam Share Social Work Journal (2014), karena pekerjaan sosial merupakan ilmu terapan, teori-teorinya tidak terpisahkan dengan praktik pekerja sosial. Sebaliknya, aktivitas pekerja sosial tidak dapat pula dilepaskan dari teori yang mendasarinya.

Pekerjaan sosial selama ini tidak hanya mengandalkan teori dari disiplin itu sendiri. Bidang ini pun mengadopsi sejumlah teori dari ilmu-ilmu murni, seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, antropologi, biologi, medis, hukum, dan lain sebagainya. Dikutip dari salah satunya publikasi University of Nevada Reno, berikut sejumlah teori pekerjaan sosial dan metode yang diterapkan di bidang ini di antaranya,
1. Teori Psikososial (Psychosocial Theory)
Teori psikososial, yang dikembangkan Erik Erikson pada 1950-an menyediakan salah satu prinsip utama dalam pekerjaan sosial. Hipotesis dasar Teori Psikososial adalah pemahaman bahwa setiap orang mengembangkan kepribadian secara bertahap, berdasarkan lingkungan dan hubungannya dengan keluarga maupun masyarakat.

Sebagai anak-anak, remaja dan orang dewasa, manusia melewati sejumlah tahap yang berurutan, seperti memperoleh otonomi, inisiatif, identitas, kreativitas, dan kapasitas membangun hubungan secara dekat dengan manusia lain. Namun, di setiap tahap itu, ada kemungkinan seseorang malah mengembangkan kapasitas yang sebaliknya, seperti ketidakpercayaan pada orang lain, rasa malu, rasa bersalah, terisolasi, hingga inferioritas dan keputusasaan.

Fenomena seperti ini bisa ditemukan dalam banyak kasus perilaku menyimpang di kalangan anak-anak dan remaja. Teori psikososial berguna bagi para pekerja sosial karena menyediakan perspektif untuk melihat tahapan perkembangan orang-orang yang sedang mereka tangani. Dengan begitu, pekerja sosial bisa memahami lebih jauh tantang yang sedang dialami oleh "klien" mereka. 

Baca Juga: Psikologi Sosial: Pengertian, Sejarah, Konsep, Dasar, Ruang Lingkup, Pendekatan, Teori, dan Penerapannya

2. Teori Sistem (Systems Theory)
Teori sistem memberikan perspektif untuk memahami mengapa seseorang berperilaku dengan cara tertentu. Pekerja sosial dapat menyelidiki semua faktor yang memengaruhi atau telah dipengaruhi oleh klien mereka. Dengan begitu, para pekerja sosial bisa mendapatkan gambaran terang tentang apa yang mendorong perilaku dan pilihan klien mereka.

Teori Sistem didasari oleh hipotesis bahwa manusia merupakan produk dari sistem yang kompleks, bukan individu yang bertindak betul-betul mandiri. Menurut teori ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bekerja sama sebagai suatu sistem. Faktor-faktor ini termasuk keluarga, teman, pengaturan sosial, struktur agama, kelas ekonomi, dan lingkungan rumah, yang semuanya dapat mempengaruhi bagaimana individu bertindak dan berpikir.

Teori Sistem menyediakan perspektif bagi pekerja sosial saat menangani individu yang mengalami gangguan perilaku makan, depresi, kecemasan, trauma, masalah perilaku berisiko, dan berbagai problem lainnya. Pekerja sosial dapat mengidentifikasi masalah sistemik yang mendorong perilaku bermasalah itu.

3. Teori Kelekatan (Attachment Theory)
Teori kelekatan (Attachment Theory) termasuk salah satu teori paling populer yang menyediakan kerangka kerja bagi pekerja sosial untuk memahami perilaku manusia. Teori ini menyatakan bahwa bayi memiliki perilaku bawaan untuk memastikan orang tua memenuhi kebutuhan mereka. 

Baca Juga: Pengertian Kelekatan (Attachment), Aspek, Faktor, dan Manfaatnya

Perilaku bawaan bayi itu seperti menangis, melakukan kontak mata, menempel, serta tersenyum. Pola asuh yang sehat memungkinkan seorang anak membangun kepercayaan diri. Namun, ketika kelekatan dengan orang tua tidak maksimal, anak-anak mengembangkan perilaku maladaptif yang berdampak buruk pada perkembangan mereka.

4. Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Teori perilaku (behaviorisme) menyatakan, manusia mempelajari perilaku melalui pengkondisian. Seseorang melakukan tindakan atas dasar pemahaman terhadap konsekuensinya. Pekerja sosial sering menggunakan teknik terapi perilaku untuk merawat pasien. Misalnya, terapis dapat menggunakan teknik pengkondisian untuk membantu klien memodifikasi perilaku yang tidak diinginkan.

Teori perilaku sering digunakan bersama dengan komponen kognitif untuk membentuk perawatan terapi perilaku kognitif.

5. Teori Kognitif (Cognitive Theory)
Teori kognitif menyatakan, respons emosional berasal dari proses berpikir. Para pekerja sosial bisa menggunakan perspektif dari teori kognitif untuk membantu pasien mengidentifikasi pikiran yang memicu perilaku tertentu. Mereka dapat membantu pasien membingkai ulang proses pemikirannya untuk menghilangkan perilaku negatif.

6. Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Pekerja sosial bisa menggunakan terapi perilaku kognitif untuk membantu klien membingkai ulang atau membatasi perilaku negatif. Dengan metode terapi perilaku kognitif, pekerja sosial memiliki kemampuan membimbing individu untuk memahami perilakunya, termasuk proses berpikir yang mengarah ke sana.

Terapi ini berguna untuk mengatasi masalah kecemasan, depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

7. Teori Motivasi (Motivational Theory)
Salah satu teori motivasi teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Teori Maslow menyatakan bahwa hanya saat kebutuhan yang paling mendesak (makanan, tempat tinggal, keamanan) telah terpenuhi, orang akan mencari tujuan lebih tinggi (cinta, pembelajaran, seni). 

Baca Juga: Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow: Pengertian, Konsep, dan Pembagiannya

Salah satu contoh implementasi teori motivasi ialah wawancara motivasi. Dalam teknik ini, seorang pekerja sosial mengarahkan klien untuk mengelola perubahan. Teknik ini bersifat kolaboratif, serta dapat diterapkan dalam berbagai kondisi.

8. Teori Pemberdayaan (Empowerment Theory)
Teori pemberdayaan merupakan prinsip utama dalam Kode Etik Asosiasi Pekerja Sosial Nasional AS (Association of Social Workers/NASW). Prinsip pemberdayaan menjadi bagian dari komitmen para pekerja sosial untuk mewujudkan keadilan sosial.

Teori pemberdayaan menyatakan bahwa para pekerja sosial harus mendukung individu maupun komunitas untuk bersolidaritas, membangun koneksi, melawan ketidakadilan, serta menciptakan organisasi akar rumput. Dengan demikian teori pemberdayaan agak mirip dengan teori konflik.

Teori ini memuat semangat moral mengubah masyarakat ketimbang sekadar membantu individu maupun kelompok yang jadi subyek pelayanan pekerja sosial. 

Baca Juga: Pengertian Pemberdayaan Menurut Ahli

9. Pendekatan Berpusat pada Tugas (Task-Centered Model)
Kombinasi sejumlah teori dan metode dalam bidang pekerjaan sosial menyediakan perangkat yang efektif mendukung kerja-kerja para pekerja sosial. Salah satunya pendekatan yang berpusat pada tugas. Pendekatan ini bisa digunakan oleh pekerja sosial untuk membantu klien mereka mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah.

Tujuan dari pendekatan ini adalah mendorong individu yang sedang menghadapi masalah mampu secara mandiri untuk mengatasinya. Dalam praktik pendekatan ini, para pekerja sosial memandu klien melalui lima tahap pemecahan masalah:
(1) mendefinisikan masalah,
(2) bertukar pikiran dan menjalankan skenario,
(3) memilih solusi,
(4) menerapkan solusi, dan
(5) menganalisis seberapa baik solusi itu bekerja.

Model yang berpusat pada tugas mungkin tampak sederhana, tetapi seperti yang sering ditemukan oleh pekerja sosial, belajar mengatasi masalah secara efektif lebih sulit daripada yang dipikirkan.

10. Intervensi Krisis (Crisis Intervention)
Intervensi krisis merupakan salah satu metode yang juga mendasari banyak praktik pekerja sosial saat ini. Situasi krisis yang dimaksud seperti bencana alam dan pandemi. Pekerja sosial memakai teknik dan metodologi intervensi krisis untuk merawat dan menstabilkan kesehatan mental orang-orang yang terdampak krisis.

Fokus aktivitas mereka di rumah sakit dan pusat-pusat layanan kesehatan lainnya, hingga lokasi pengungsian. Contoh praktik intervensi krisis ialah merawat warga terdampak bencana yang sedang sakit atau mengalami masalah kesehatan mental. Pekerja sosial juga bisa melakukan intervensi krisis dengan membantu komunitas terdampak untuk mendapatkan akses bantuan yang mereka butuhkan.

11. Metode Naratif (Narrative Method)
Metode naratif mengakui bahwa kita semua menceritakan kisah tentang diri kita sendiri dan orang lain. Pekerja sosial menggunakan metode terapi naratif untuk membantu klien mengungkap kisah dan identitas mereka. Teknik naratif dapat membantu seseorang mengubah persepsi tentang dirinya dari sosok yang tak berharga, semisal penjahat, menjadi figur yang lebih bermakna.

Metode ini berfokus mendorong seseorang lebih menghargai kehidupannya dan berkomitmen untuk belajar dari kesalahan. Metode ini terbukti membantu banyak orang mengubah perilaku yang pernah membuat kehidupan mereka terpuruk. Karena itu, pekerja sosial pun kerap memakainya untuk membantu klien mereka bangkit dan termotivasi menjadi lebih baik.

12. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)
Teori Pembelajaran Sosial dikembangkan oleh Albert Bandura pada pertengahan abad 20. Teori ini memuat pandangan bahwa proses pembelajaran terjadi melalui pengamatan dan peniruan. Perilaku baru seseorang akan terus berlanjut jika senantiasa diperkuat.

Teori Bandura ini menekankan pentingnya proses mengamati, mencontoh, dan meniru tindakan, sikap, dan reaksi emosional orang lain dalam pembentukan perilaku seseorang. Melalui teori ini, Bandura memberi bukti bahwa faktor lingkungan dan kognitif saling berinteraksi dalam membentuk perilaku manusia.

Di sebagian aspek, Teori Pembelajaran Sosial memang selaras dengan behaviorisme, tapi Bandura memberikan 2 catatan tambahan. Menurut dia, proses mediasi terjadi karena ada rangsangan dan tanggapan. Tambahan yang lain, bahwa perilaku dipelajari dari lingkungan melalui proses belajar observasional.

Contoh Profesi Pekerja Sosial
Sedangkan dalam contoh pekerja sosial di masyarakat dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Guru
Guru yang ada di lembaga pendidikan merupakan salah satu pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan sosial yang menjalankan tugas sebagai pendidik. Guru bertanggungjawab untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang. Peran guru sangat penting untuk masa yang akan datang.

Saat ini kita tahu salah satu cara untuk mencapai negara yang maju harus memperbaiki pada bidang pendidikan. Guru merupakan salah satu pemeran utama dalam mencapai cita-cita tersebut.

2. Tim SAR
Salah satu tim yang bertugas untuk membantu seseorang yang sedang dalam bahaya atau kesusahan. Tim ini termasuk tenaga profesional dalam mencari seseorang atau penyelamatan korban tertentu ketika terdapat bencana atau kasus orang hilang.

Pekerjaan ini tentu membutuhkan keterampilan tinggi dalam menyelamatkan orang. Mereka bekerja dengan maksimal untuk membantu orang lain dan membuat orang lain merasakan kebahagiaan.

3. Pemadam Kebakaran
Salah satu profesi yang hampir sama dengan tim SAR namun dalam bidang yang berbeda. Tim pemadam kebakaran lebih membantu pada kasus yang berkaitan dengan kebakaran.

Bukan hanya kebakaran namun juga beberapa hal yang dapat dilakukan terutama di sebuah perkotaan atau pedesaan. Mereka dilatih dengan keras atas segala hal yang akan dilakukan. Selalu bersikap tegas dan cepat dalam menghadapi permasalahan yang ada di Masyarakat.

4. Psikolog
Psikologi adalah seorang ahli dalam bidang jiwa manusia. Seorang pekerja sosial ini akan membantu seseorang dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam diri seseorang. permasalahan yang terkesan sulit untuk dihadapi. Psikolog ketika ingin melakukan pekerjaan ini harus tersertifikasi terlebih dahulu.

Sertifikasi ini sebagai bukti profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Orang tersebut dianggap telah ahli dalam bidangnya.

5. Volunter
Adanya keikutsertaan seseorang dalam kegiatan volunter atau sukarelawan dalam berbagai agenda. Misalnya saja untuk volunter tenaga kesehatan di daerah pedalaman, maupun volunter dalam mengatasi bencana alam bisa dikatakan bagian daripada bentuk pekerja sosial di masyarakat. Alasannya karena pekerjaan ini sejatinya membutuhkan keikhlasan dengan alasan kemanusiaan.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_sosial
https://tirto.id/macam-macam-teori-pekerjaan-sosial-menurut-para-ahli-penjelasan-gwhP
https://www.studinews.co.id/pengertian-pekerjaan-sosial/

Download

Lihat Juga:

Materi Sosiologi SMA

1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.1 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum 2013)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.2 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum 2013) 
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.3 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum 2013) 
4. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3. Ketimpangan Sosial (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.1 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.2 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.3 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016)    

1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016) 
 

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pekerja Sosial: Pengertian, Prinsip, Tujuan, Fungsi, Tugas, Peran, Teori, dan Contohnya"