Konservatisme: Pengertian, Prinsip, Argumen, dan Dampaknya
Table of Contents
Pengertian Konservatisme
Konservatisme dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah paham politik yang ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak demi setapak, serta menentang perubahan yang radikal. Istilah konservatisme berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
Konservatisme Menurut Para Ahli
1. Samuel Francis, mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai “bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.”
2. Roger Scruton menyebutnya sebagai “pelestarian ekologi sosial” dan “politik penundaan, yang tujuannya adalah mempertahankan, selama mungkin, keberadaan sebagai kehidupan dan kesehatan dari suatu organisme sosial.”
3. Nisbet (1952), konservatisme merupakan sebuah “kecenderungan untuk melestarikan apa yang sudah mapan”.
4. Nash (1976), preferensi konservatif untuk pemerintahan terbatas adalah salah satu tema politik yang paling bertahan lama dalam sejarah bangsa.
Prinsip Konservatisme
Clark (1991, pp. 79-80) mengidentifikasi beberapa prinsip aliran konservatisme di antaranya,1. Pada dasarnya manusia itu punya dorongan kuat untuk dapat diarahkan menjadi pribadi jahat atau baik. Pada kenyataannya manusia tidak dapat berkembang tanpa ikatan organisasi sosial.
2. Masyarakat sebagai sebuah struktur organik didasarkan pada sebuah tuntutan hierarki alamiah. Tanpa hierarki, setiap orang akan jadi homogen dan proses pembentukan pribadi individu dapat terhambat.
3. Tujuan dari pemerintah adalah untuk menjaga dan memelihara kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah seharusnya tidak hanya menegakkan hukum yang melindungi hak milik, tetapi harus secara aktif membina lembaga-lembaga seperti keluarga dan lingkungan yang secara konteks sosial merupakan tempat di mana individu berkembang.
4. Moralitas, keberadaannya tidak tergantung dari pendapat individu benar dan salah, dan karena itu setiap orang harus memiliki prioritas untuk mengejar kebajikan daripada keinginan pribadi. Nilai-nilai moral termasuk terdiri dari loyalitas, patriotisme, ksatria, ketaatan, keberanian, kesetiaan, menghormati otoritas, ramah, dan kehormatan.
5. Kebebasan itu ada ketika individu-individu tidak berlaku sewenang-wenang yang dikuasai oleh nafsu mereka sendiri. Kebebasan itu mensyaratkan otoritas, tradisi, dan masyarakat yang stabil.
6. Wewenang adalah sah ketika itu berada di antara orang-orang yang terbiasa dengan kepemimpinan tradisional dan memiliki yang memiliki pemahaman tentang kebenaran dan kebajikan.
7. Masyarakat itu bisa dinyatakan setara (equality) hanya dalam status formalnya sebagai warga negara.
8. Keadilan dapat terpenuhi ketika tata tertib itu dijaga, hukum diatur dengan seimbang, dan kedudukan individu diatur melalui hierarki sosial.
9. Efisiensi berarti bahwa masyarakat berfungsi dengan baik menuju sebuah keberhasilan tidak hanya dalam menghasilkan sebuah materi, tetapi juga dalam pencapaian non material seperti menjaga tata tertib, kesatuan komunitas, dan kebaikan individu.
Argumen Utama Konservatisme
Prinsip konservatisme dapat dilihat dari sejumlah sudut pandang di antaranya, 1. Institusi
Bagi konservatisme, pemikiran rasional adalah jahat. Tidak ada yang lebih buruk bagi kaum konservatif daripada pemikiran rasional.
Konservatisme menganggap orang-orang yang berpikir rasional mungkin memutuskan untuk mengganti lembaga-lembaga warisan dengan yang baru. Sesuatu yang dianggap mustahil oleh kaum konservatif. Oleh karena itu, dalam hal ini konservatif merupakan anggapan pentingnya melestarikan institusi yang sudah mapan.
2. Hierarki
Antitesis konservatisme adalah demokrasi. Konservatisme berpendapat bahwa masyarakat harus diatur dalam hierarki tatanan kelas dan dikendalikan oleh strata hierarki paling atas yaitu aristokrasi.
3. Kebebasan
Konservatisme berargumen bahwa kebebasan tidak mungkin diraih kecuali rakyat menginternalisasi dominasi aristokrat. Tanpa dominasi konservatisme yang diinternalisasi, tatanan sosial akan membutuhkan dominasi eksternal teror negara. Konservatisme mempromosikan pemerintahan aktivis yang bertindak demi kepentingan aristokrasi.
Dampak Konservatisme
Terdapat beberapa hal yang timbul sebagai akibat dari sikap konservatif di antaranya,1. Mempertahankan Tradisi yang Berlaku
Orang yang mengusung sikap konservatisme akan memegang teguh keyakinannya. Termasuk nilai-nilai yang sudah menjadi tradisi sejak dulu. Tradisi tersebut dipegang erat. Hal ini dapat menimbulkan dampak positif, yakni tradisi yang ada tidak akan hilang.
Bahkan bisa jadi tradisi itu diteruskan ke generasi berikutnya. Tradisi tersebut diwariskan ke masa modern.
2. Tidak Ada Perubahan
Walaupun memegang teguh tradisi, sayangnya sikap konservatisme akan membuat tidak ada perubahan. Sebabnya melakukan hal di luar kebiasaan akan dirasa aneh. Hal ini perlu diperbaiki, karena seorang yang konservatif tidak dapat maju jika terus terpaku pada masa lalu. Selain itu, tidak adanya perubahan membuat hidup menjadi monoton.
3. Dianggap Kolot
Orang yang sangat konservatif sering kali disebut kolot. Mereka dijuluki sebutan tersebut karena selalu mengagungkan tradisi yang sudah tidak relevan dan enggan menerima kemajuan perubahan. Label kolot tersebut berkonotasi negatif. Sebaiknya sifat tersebut ditanggalkan karena zaman sudah modern.
4. Karakter Tidak Berkembang
Orang yang terlalu berpegang pada pendiriannya tidak bisa menghargai pendapat orang lain. Pemikiran yang kolot mungkin tidak dapat diterima yang lain. Saat Anda tidak dapat menerima pendirian orang lain, Anda tidak akan berkembang secara karakter. Maka dari itu, sebaiknya dengarkanlah pendapat orang lain juga.
5. Ketidakmampuan Memberi Solusi
Masalah adalah hal yang dihadapi sehari-hari, baik di keluarga, kehidupan pribadi, maupun pekerjaan. Maka dari itu, sebaiknya sesuaikan pemikiran Anda dengan situasi. Jika Anda terus mempertahankan sikap konservatif dalam setiap masalah, Anda mungkin tidak akan memperoleh solusi yang tepat bagi setiap orang. Akibatnya masalah justru akan melebar.
6. Gaya Hidup Kolot
Anda akan terjebak dalam gaya hidup yang tidak modern. Menolak perubahan berarti menolak kemajuan. Hal ini tentu akan berdampak kepada kehidupan Anda. Saat ini terjadi revolusi di berbagai bidang, termasuk teknologi. Sudah sepantasnya manusia membiasakan diri dengan kecepatan perubahan yang ditawarkan teknologi.
Dengan menjadi lebih fleksibel, tentu hidup akan lebih nyaman karena terbantu dengan adanya kemajuan teknologi.
Dari berbagai sumber
Post a Comment