Pengertian Stratifikasi Sosial, Unsur, Dasar, Sifat, Kriteria, Pendekatan, dan Bentuknya

Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi Sosial
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Istilah stratifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise. Dengan kata lain, stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Stratifikasi sosial selalu berbentuk hierarki atau rangking baik antar kelompok ataupun individual.

Dengan demikian, stratifikasi sosial berbentuk hierarki, di mana sebagian orang menempati posisi atas, sedangkan sebagian yang lain menempati posisi bawah. Kondisi ini disebut juga hierarki sosial. Hierarki sosial adalah nama lain dari stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial dengan demikian adalah fenomena kelompok, grup, atau masyarakat secara hierarkis. Studi sosiologi mengenai stratifikasi sosial berkonotasi dengan kesenjangan sosial, ketimpangan, dan ketidakmerataan distribusi sumber daya yang ada.

Stratifikasi sosial hakikatnya selalu ada dalam setiap kehidupan manusia, perbedaan-perbedaan dalam segi status dan peran sosial lah menjadi latar belakang adanya stratifikasi sosial. Bahasan terhadap stratifikasi sosial ini biasanya selalu muncul bersamaan dengan pengertian struktur sosial dan berlawanan arti dengan diferensiasi sosial. Untuk lebih jelasnya berikut beberapa pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli di antaranya,
1. Melvin Tumin, stratifikasi sosial merupakan pengaturan kelompok masyarakat ke dalam sistem hierarkis atau rangking yang tidak setara berkaitan dengan kekuasaan, kepemilikan properti, evaluasi sosial dan gratifikasi.
2. Lundberg, masyarakat yang terstratifikasi ditandai dengan ketidakmerataan yang terlihat berdasarkan tinggi dan rendahnya posisi sosial seseorang di masyarakat.
3. Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial adalah perbedaan yang ada dalam masyarakat secara vertikal atau bertingkat. Perbedaan ini banyak disebabkan karena adanya latar belakang status dan peranan sosial yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.
4. Robert M. Z. Lawang, stratifikasi sosial adalah adanya penggolongan masyarakat dalam sistem sosial dan struktur sosial tertentu, susunan ini terbentuk melalui jalur hierarkis (bertingkat) yang didasari pada perbedaan kekuasaan dan nilai seseorang yang ada dalam masyarakat tersebut.
5. Soleman b. Taneko, stratifikasi sosial adalah bagian gejala sosial yang lumrah ditemukan dalam kehidupan manusia dalam kelompok sosialnya, sehingga menciptakan sistem bertingkat yang melahirkan keteraturan secara nyata dan harus dipahami keberadaan individu dalam kelompoknya tersebut. Sistem sosial ini termasuk pembagian wewenang dalam pemerintahan dan organisasi sosial.
6. Pitirim Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
7. Max Weber, stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

B. Unsur Stratifikasi Sosial
1. Status Sosial, status sosial dapat diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam bentuk kelompok sosial yang ada di kehidupan masyarakat. Status sosial seseorang dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk di antaranya,
a. Ascribed status yaitu status sosial yang diperoleh melalui kelahiran/ keturunan, bukan melalui serangkaian usaha.
b. Achieved status yaitu suatu kedudukan dalam masyarakat yang dapat diperolah dengan usaha-usaha nyata dan disengaja. Usaha ini akan mendapatkan kedudukan yang sifatnya adalah terbuka bagi semua manusia dalam masyarakat, yang dianggap sesuai kemampuan.
c. Assigned status yaitu kedudukan seseorang tentang apa yang diberikan. Artinya, suatu kelompok atau golongan masyarakat akan memberikan kedudukan yang Iebih tinggi secara sukarela kepada seseorang yang berjasa atau memperjuangkan sesuatu demi kepentingan masyarakat yang ada di lingkungnya tersebut.

2. Peran Sosial, mereka yang memiliki status sosial dalam masyarakat berarti memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban yang berkaitan dengan status sosial disebut peran sosial. Dengan demikian, peran sosial dapat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan dan individu sesuai status sosial yang disandangnya.

C. Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial
1. Ukuran Kekayaan, kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
2. Ukuran Kekuasaan dan Wewenang, seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
3. Ukuran Kehormatan, ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan, ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.

D. Sifat Stratifikasi Sosial
1. Tertutup, sistem pelapisan sosial tertutup, dalam Bahasa Inggris closed social stratification menyebabkan masyarakat sulit melakukan perpindahan status ke lapisan atas atau lapisan bawah. Jalan untuk mencapai status pada sistem stratifikasi ini biasanya cenderung melalui kelahiran atau keturunan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Misalnya pelapisan sosial berdasarkan kasta pada masyarakat.
2. Terbuka, sistem sosial dalam stratifikasi sosial terbuka yang juga dikenal dalam Bahasa Inggris opened social stratification bersifat dinamis. Sistem pelapisan terbuka memberikan kesempatan kepada individu atau kelompok naik pada lapisan atas atau mengalami penurunan hingga masuk lapisan bawah. Misalnya dalam politik semua orang bisa menjadi Kepala Daerah ataupun Presiden di Indonesia. Asalkan berstatus sebagai WNI dam memiliki dukungan yang kuat dari masyarakat.
3. Campuran, sistem pelapisan sosial campuran di satu sisi membatasi kemungkinan perpindahan strata sosial dalam kehidupan masyarakat, sedangkan di sisi lain pada sistem ini membiarkan perpindahan strata pada bidang-bidang tertentu dalam masyarakat. Contoh kehidupan pada masyarakat Bali menerapkan sistem pelapisan tertutup melalui kasta yang dihasilkan dari keturunannya, tetapi secara ekonomi masyarakat Bali menerapkan sistem pelapisan terbuka.

E. Kriteria Stratifikasi Sosial
1. Status Sosial, kriteria stratifikasi pada status sosial membedakan kelas sosial berdasarkan status sosialnya. Anggota-anggota masyarakat yang memiliki status sosial lebih terhormat menempati lapisan sosial lebih tinggi dibandingkan anggota masyarakat yang tidak memiliki status sosial dalam masyarakat. Misalnya tokoh masyarakat, tokoh cendekiawan, dan tokoh agama lebih dihormati dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Ekonomi, kriteria stratifikasi dalam bidang ekonomi membedakan kelas sosial berdasarkan kepemilikan kekayaan atau penghasilan. Sistem ekonomi membagi pelapisan sosial dalam tiga kelas di antaranya,
a. Kelas Atas (Upper Class), yang terdiri dari kelas atas, kelas atas menengah, dan kelas atas bawah
b. Kelas Menengah (Middle Class), yang terdiri dari kelas menengah atas, kelas menengah, dan kelas menengah bawah
c. Kelas Bawah (Lower Class), yang terdiri dari kelas bawah atas, kelas bawah menengah, kelas bawah bawah

3. Pendidikan, kriteria pendidikan membedakan masyarakat berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang dapat diperoleh dengan usaha dan kerja keras dalam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kedudukan sosialnya dalam masyarakat.
4. Politik, kriteria politik dapat membedakan masyarakat berdasarkan kekuasaan dan peran yang mereka miliki. Semakin besar kekuasaan yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula status sosialnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kekuasaan dalam kriteria politik sebagai bagian stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi tiga tipe pelapisan sosial di antaranya,
a. Tipe kasta yaitu sistem pelapisan sosial yang sulit ditembus untuk melakukan perpindahan status dan bawah ke atas ataupun sebaliknya karena dipisahkan oleh garis tegas dan bersifat kaku. Contoh pelapisan kekuasaan berdasarkan tipe kasta tampak pada peran dan fungsi yang diperolah raja (penguasa), bangsawan orang-orang yang bekerja di pemerintahan dan pegawai rendah seperti tukang, pelayan, petani, buruh tani, nelayan, dan budak
b. Tipe oligarki yaitu sistem pelapisan sosial yang masih memiliki garis pemisah tegas. Akan tetapi, dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat Pada tipe oligarki kedudukan setiap individu masih didasarkan pada kelahiran Meskipun demikian, individu diberi kesempatan naik ke lapisan sosial atas.
c. Tipe demokratis yaitu tipe pelapisan sosial dengan garis pemisah antar lapisan bersifat fleksibel. Faktor kelah Iran tidak memengaruhi sistem pelapisan sosial ini. Contoh sistem pelapisan sosial demokratis antara lain akan tampak pada pemimpin politik, pemimpin partai, orang kepercayaan dan pemimpin organisasi besar.

F. Pendekatan Stratifikasi Sosial
1. Pendekatan Konflik
Pendekatan konflik diterapkan menggunakan teori konflik yang dicetus oleh Karl Marx. Menurut  Marx semua stratifikasi sosial dalam masyarakat tersusun atas dua kelompok besar yaitu kelas penguasa (a ruling class) dan kelas pekerja (a subject class), majikan dan budak, penindas dan yang ditindas. Masing-masing kelas berusaha untuk memenuhi kepentingannya sendiri sehingga menimbulkan konflik. Kelas penguasa memiliki kekuasaan atas faktor produksi. Kelas pekerja menjual tenaganya dan menjadi bagian dari proses produksi.

Stratifikasi sosial dengan pendekatan ini sudah jelas, kelas penguasa, majikan, penindas berada di atas, sedangkan pekerja, rakyat, dan kelompok yang ditindas berada di kelas bawah. Hubungan sosial kedua kelompok sosial tersebut bersifat konflik karena keduanya menuntut kepentingannya masing-masing. Dengan pendekatan ini, dapat dipahami bahwa stratifikasi atau perbedaan kelas adalah sumber konflik. Untuk mengantisipasi konflik, perlu upaya mengurangi kesenjangan sosial antarkelas. Solusi ekstrem dari pendekatan ini bersifat utopis, yakni menghilangkan stratifikasi atau hierarki sosial di masyarakat.

2. Pendekatan Fungsionalis
Pendekatan fungsionalis terinspirasi oleh Emile Durkheim dan dielaborasikan secara sistematis oleh Talcott Parsons. Parsons percaya bahwa tatanan, stabilitas, kerja sama dalam masyarakat tercipta atas dasar kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut berdiri di atas apa yang terbaik dan bernilai bagi mereka secara keseluruhan. Sistem stratifikasi diturunkan dari nilai bersama yang diikuti oleh evaluasi usaha individu.

Oleh karena itu, rangking yang ditempati setiap individu berbeda, tergantung upaya yang dilakukannya dan evaluasi yang diperolehnya. Namun tetap saja, perbedaan rangking tersebut berada dalam sebuah sistem sosial yang berbasis nilai kebersamaan. Talcott Parsons menilai setiap posisi sosial, dari yang paling atas sampai terbawah memiliki fungsinya masing-masing yaitu mempertahankan berfungsinya sistem sosial.

G. Bentuk Stratifikasi Sosial
1. Perbudakan, perbudakan merupakan bentuk paling ekstrem dari stratifikasi sosial. Dalam sistem perbudakan, individu bisa memiliki individu lain sebagai properti. Karena statusnya sebagai properti, penggunaan kekerasan diperbolehkan. Pemilik budak atau majikan berada di strata atas dan memiliki hak penuh atas budak yang dimilikinya. Budak berada di lapisan paling bawah, tidak memiliki kebebasan karena statusnya dimiliki.
2. Feodalisme, sistem feodal terdiri dari tiga lapisan kelompok masyarakat dengan hak dan kewajiban yang jelas. Lapisan tertinggi adalah kaum bangsawan, di bawahnya pemuka agama atau pendeta, dan lapisan terendah terdiri dari selain bangsawan dan pendeta yang disebut rakyat jelata. Kaum bangsawan memiliki semua properti dan bertugas mempertahankannya, termasuk tanah. Pendeta mendoakan semua yang dimiliki oleh bangsawan. Rakyat jelata menyediakan makanan untuk semua.
3. Kasta, sistem kasta berkaitan erat dengan falsafah dan tradisi Hindu yang lahir di India. Sistem kasta yang berkembang di India berasal dari sistem yang disebut caturwarna. Berdasarkan tradisi caturwarna, terdapat empat kasta utama yang dominan: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Kasta dipertahankan berdasarkan garis keturunan keluarga. Kasta tertinggi, yaitu Brahmana memiliki koneksi dengan dewa-dewa. Kasta merupakan sistem stratifikasi yang sifatnya tertutup.
4. Kelas, sistem kelas merupakan stratifikasi sosial yang sifatnya terbuka. Individu bisa naik ataupun turun kelas tergantung evaluasi dari masyarakat. Karl Marx mendefinisikan posisi individu dalam kelas tergantung pada kepemilikan faktor produksi. Ogburn dan Nimkoff mengatakan status sosial seseorang menentukan di kelas mana ia berada. Oleh karena sifatnya terbuka, individu bisa menempati lapisan yang tinggi bila berhasil menaikkan status sosialnya. Status sosial ini bisa diperoleh dengan berbagai cara, misalnya tingkat pendidikan dan kepemilikan finansial.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Stratifikasi Sosial, Unsur, Dasar, Sifat, Kriteria, Pendekatan, dan Bentuknya"