Pengertian Revolusi, Syarat, Tipe, dan Contohnya

Pengertian Revolusi
Revolusi

A. Pengertian Revolusi
Revolusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata);  perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang. Secara umum, revolusi adalah perubahan sosial budaya yang berlangsung cepat dan menyangkut dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat.

Revolusi dapat berlangsung melalui perencanaan atau tanpa perencanaan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi sering kali menimbulkan disintegrasi sosial, ekonomi, dan politik.

Dalam buku V of the Politics, filsuf Yunani Kuno Aristoteles (384-322 SM) menggambarkan dua jenis revolusi politik di antaranya,
1. Perubahan total dari satu konstitusi ke konstitusi lainnya
2. Modifikasi konstitusi yang ada

Revolusi telah terjadi sepanjang sumber sejarah manusia dan sangat bervariasi dalam hal metode, durasi, dan ideologi yang memotivasi. Hasil revolusi termasuk perubahan besar dalam budaya, ekonomi dan institusi sosial-politik, biasanya sebagai tanggapan terhadap otokrasi atau plutokrasi yang dirasakan luar biasa. Revolusi umumnya membutuhkan kehadiran seorang pemimpin karismatik, keterlibatan partai pelopor (avant-garde), serta unsur ideologi.

Revolusi Menurut Para Ahli      
1. Selo Soemardjan, revolusi ialah perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga sosial di masyarakat, yang berpengaruh terhadap sistem sosial, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok elite di masyarakat.
2. Wijoyo Nitisastro, revolusi yaitu sebagai proses transformasi total dari kehidupan tradisional bersama-sama teknologi yang baik (pra-modern) dalam arti organisasi sosial untuk pola ekonomi dan politik.
3. Kingsley Davis, revolusi dapat didefinisikan sebagai perubahan sosial yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
4. Wibert E. Moore, revolusi merupakan transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial ke arah pola-pola tradisional ekonomi dan politik didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.

B. Syarat Revolusi
Terjadinya revolusi harus memenuhi beberapa syarat di antaranya,
1. Adanya keinginan umum untuk melakukan suatu perubahan, artinya dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas pada kondisi yang ada. Selain itu dalam masyarakat harus ada keinginan untuk mencapai perbaikan serta perubahan keadaan.
2. Adanya salah satu orang atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat.
3. Pemimpin tersebut bisa menampung keinginan-keinginan masyarakat yang menginginkan perubahan. Selain itu, pemimpin harus mampu merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat untuk dijadikan program dan arah bagi gerak masyarakat.
4. Pemimpin tersebut harus bisa menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Hal itu berarti bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan bisa dilihat oleh masyarakat. Selain itu, dibutuhkan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya perumusan suatu ideologi.
5. Adanya momentum untuk melakukan revolusi, yaitu suatu kondisi saat semua keadaan baik untuk memulai gerakan revolusi. Jika momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi bisa mengalami kegagalan.

C. Tipe Revolusi
Terdapat beberapa tipologi revolusi yang berbeda di antaranya,
1. Alexis de Tocqueville
a. Revolusi politik, revolusi mendadak dan keras yang berupaya tidak hanya untuk membangun sistem politik baru tetapi untuk mengubah seluruh masyarakat, dan;
b. Transformasi lambat namun menyeluruh dari seluruh masyarakat yang membutuhkan beberapa generasi untuk terjadi (seperti perubahan dalam agama).

2. Marxis
a. Pra-Kapitalis
b. Borjuis Awal
c. Borjuis
d. Borjuis-Demokratik
e. Proletar Awal
f. Sosialis

3. Charles Tilly
a. Coup d’état (perebutan kekuasaan top-down)
b. Perang sipil
c. Pemberontakan, dan
d. Revolusi besar (revolusi yang mengubah struktur ekonomi dan sosial serta lembaga-lembaga politik, seperti Revolusi Prancis 1789, Revolusi Rusia 1917, atau Revolusi Islam Iran).

4. Mark Katz
a. Revolusi pedesaan
b. Revolusi perkotaan
c. Kudeta, misalnya Mesir, 1952
d. Revolusi dari atas, misalnya Lompatan besar Mao ke depan tahun 1958
e. Revolusi dari luar, misalnya invasi sekutu Italia, 1944 dan Jerman, 1945.
f. Revolusi oleh osmosis, misalnya islamisasi bertahap dari beberapa negara.

Kategori-kategori tersbeut tidak saling eksklusif (terpisah dari yang lain), misalnya revolusi Rusia pada tahun 1917 yang dimulai dengan revolusi perkotaan untuk menggulingkan Tsar, kemudian diikuti oleh revolusi pedesaan, diikuti oleh kudeta Bolshevik pada bulan November.

Katz juga membagi revolusi berdasarkan lintas klasifikasi berikut di antaranya,
1979. Pusat; negara, biasanya kekuatan besar, yang memainkan peran utama dalam gelombang Revolusi; misalnya Uni Soviet, Jerman Nazi, Iran sejak 1979.
1980. Revolusi yang menginspirasi (Aspiring revolutions), yang mengikuti revolusi Pusat
1981. Revolusi bawahan atau boneka
1982. Revolusi saingan, misalnya komunis Yugoslavia, dan Cina setelah 1969

Dimensi selanjutnya dari tipologi Katz adalah bahwa revolusi menentang (anti-monarki, anti-diktator, anti-komunis, anti-demokrasi) atau untuk (pro-fasisme, komunisme, nasionalisme, dan lain-lain). Dalam kasus-kasus terakhir, periode transisi sering kali diperlukan untuk memutuskan arah yang diambil.

Jenis-jenis revolusi lain, dibuat untuk tipologi lain, termasuk revolusi sosial; revolusi proletar atau komunis (terinspirasi oleh ide-ide Marxisme yang bertujuan untuk menggantikan kapitalisme dengan Komunisme); revolusi yang gagal (revolusi yang gagal mendapatkan kekuasaan setelah kemenangan sementara atau mobilisasi skala besar); atau revolusi kekerasan vs non-kekerasan.

Selain dalam konteks politik, istilah revolusi juga telah digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan besar di luar bidang politik. Revolusi seperti itu biasanya diakui telah berubah dalam masyarakat, budaya, filsafat, dan teknologi lebih dari sistem politik; mereka sering dikenal sebagai revolusi sosial.

Beberapa perubahan tersebut dapat bersifat global, sementara yang lain terbatas pada satu negara. Salah satu contoh klasik dari penggunaan kata revolusi dalam konteks semacam itu adalah Revolusi Industri, Revolusi Ilmiah atau Revolusi Komersial.

D. Contoh Revolusi
1. Revolusi Prancis (1789-1799)
Revolusi Prancis (1789-1799) merupakan suatu masa di mana pergolakan politik dan sosial terjadi di Prancis yang berdampak pada perubahan struktur sosial politik Prancis. Monarki Absolut yang selama ratusan tahun tegak berdiri harus kandas oleh pergerakan rakyat hanya dalam waktu tiga tahun. Berbagai stratifikasi sosial seperti feodalisme, aristokrasi, dan monarki diruntuhkan oleh kelompok radikal sayap kiri, oleh masa-masa di jalan, dan oleh masyarakat petani di pedesaan yang meluluhlantahkan Paris.

2. Revolusi Amerika (1775-1783)
Revolusi Amerika serikat merupakan bentuk sebuah pemberontakan (perlawanan) rakyat koloni Amerika terhadap pemerintah kolonial Inggris di Amerika. Rakyat koloni di Amerika menyuarakan kebebasan secara mendasar dan fundamental dalam segala aspek kehidupan dari kekuasaan kerajaan Inggris.

3. Revolusi Iran (1978-1979)
Revolusi Iran (juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam, Persia: انقلاباسلامی, Enghelābe Eslāmi) merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam. Sering disebut pula “revolusi besar ketiga dalam sejarah,” setelah Prancis dan Revolusi Bolshevik.

4. Revolusi Turki Muda (1908)
Revolusi Turki Muda (Juli 1908) di Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) merupakan restorasi konstitusi Utsmaniyah tahun 1876 dan mengantar suatu politik multi partai dalam sistem pemilihan umum dua tahap (undang-undang pemilihan umum) di bawah parlemen Utsmaniyah oleh gerakan Turki Muda.

5. Revolusi Taiping (1850-1864)
Pemberontakan Taiping (1851 hingga 1864) merupakan salah satu pergerakan revolusioner terbesar dalam sejarah negara China dan dunia. Pemberontakan Taiping yang bermula secara resmi pada 11 Januari 1851 telah dipimpin oleh Hung Hsiu-chuan dari keturunan Hakka yang lahir di Kwantung pada Januari 1814, apabila beliau mengasaskan Kerajaan Perdamaian Agung atau Taiping Tien-kuo. Propaganda pergerakan ini ialah Keamanan, kemakmuran’ yang bertujuan menggulingkan Kerajaan Manchu dan menubuhkan satu susunan politik dan sosial yang baru di negara China.

6. Revolusi China (1911-1912)
Pada 103 tahun yang lalu, para pejuang nasionalis di Tiongkok mendeklarasikan berdirinya negara republik. Dengan demikian, setelah 2.000 tahun diperintah para raja, Tiongkok bukan lagi berbentuk kekaisaran melainkan menjadi negara Republik China. Menurut sejarawan Edward J. M. Rhoads dalam bukunya, “Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861-1928,” peristiwa itu dikenal dengan Revolusi Xinhai (Hsinhai), yang juga populer disebut Revolusi 1911 atau Revolusi China. Para tokoh nasionalis, seperti Dr Sun Yat-sen, saat itu berhasil menggalang pemberontakan untuk menjungkalkan kekaisaran dinasti Qing, yang telah berkuasa sejak 1644. Hasilnya, “Kaisar Terakhir” China, Pu Yi, resmi turun dari kekuasaan pada 12 Februari 1912.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Revolusi, Syarat, Tipe, dan Contohnya"