Base Transceiver Station (BTS): Pengertian, Komponen, Topologi, Fungsi, Jenis, dan Dampaknya

Pengertian Base Transceiver Station atau BTS
Base Transceiver Station (BTS)
Pengertian Base Transceiver Station (BTS)
Base Transceiver Station (BTS) adalah sebuah infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara peranti komunikasi dan jaringan operator. Peranti komunikasi penerima sinyal BTS bisa telepon, telepon seluler, jaringan nirkabel sementara operator jaringan yaitu GSM, CDMA, atau platform TDMA. Sebutan lain dari base transceiver station adalah stasiun pemancar.

Instalasi BTS biasanya dilakukan pada sebuah tower, menara dan bangunan tinggi lainnya, agar sinyal yang dipancarkan dapat menjangkau area yang luas. Biasanya penyedia layanan telekomunikasi atau perusahaan operator akan membangun sendiri tower atau menara BTS mereka yang pada umumnya dibangun di atas tanah atau bangunan yang disewa oleh perusahaan operator tersebut.

Penentuan lokasi pembuatan BTS sendiri diperlukan survei topografi agar lokasi yang dipilih tepat serta akurat. Salah satunya dengan melihat daerah Fresnel. Daerah Fresnel harus bersih dari segala kendala sehingga akan mencapai LoS (Line of Sight) atau yang disebut dengan tampak pandang antar BTS.

Menurut Nugraha dan Sudarsono (2007), Base Transceiver Station merupakan perangkat penghubung gelombang komunikasi seluler dan perangkat yang menyediakan koneksi user equipment ke jaringan telekomunikasi melalui udara serta merupakan sebuah tool untuk meningkatkan tujuan bisnis.

Komponen Base Transceiver Station (BTS)
Pada menara BTS terdapat berbagai komponen yang melekat pada tower BTS dan saling menunjang satu sama lain. Terdapat sembilan komponen penting yang harus dimiliki oleh tower BTS di antaranya,
1. Antena Sectoral. Antena ini letaknya ada di bagian paling atas dan berbentuk persegi panjang. Fungsinya adalah menghubungkan BTS dengan alat komunikasi misal handphone. Antena ini ada 2 macam yaitu monotype yang dipakai di daerah pedesaan dan pinggiran. Yang kedua adalah Dual type yang lokasinya biasanya di daerah perkotaan.
2. Antena Microwave. Saat kita menjumpai tower BTS pasti ada satu bagian yang tampak seperti gendang rebana, itulah yang dimaksud antena microwave. Fungsinya menerima dan memancarkan gelombang radio dari BTS ke BSC atau dari BTS ke BTS.
3. Shelter. Shelter ini berfungsi untuk menyimpan peralatan, biasanya ada di samping tower.
4. Microwave System. Sistem ini dibagi dua yakni indoor unit dan outdoor unit. Keduanya terhubung melalui kabel coaxial. Indoor unit sesuai namanya berada di dalam shelter sedangkan outdoor unit menempel pada antena microwave.
5. Rectifier System. Sistem ini bertugas untuk mengubah tegangan dari PLN 220/380 volt alternative current menjadi tegangan direct current untuk dikirim ke BTS.
6. Baterai. Di dalam BTS terdapat baterai yang gunanya sebagai cadangan power apabila terjadi pemadaman listrik. Ketahanan baterai mencapai 3-4 jam.
7. Tower sentral. Adalah tower itu sendiri serta sistem pertanahan yang mengaturnya. Fungsinya sebagai media untuk menginstal antena-antena dan feeder.
8. Feede. Merupakan kabel besar yang dijadikan media rambat gelombang radio antara BTS dengan antena sector.
9. Dynaspere. Merupakan alat yang digunakan untuk melindungi tower dari sambaran petir.

Topologi Base Transceiver Station (BTS)
BTS dan handphone keduanya disebut dengan transceiver karena sifatnya yang dapat mengirim informasi dan dapat menerima informasi. Ketika BTS mengirim informasi ke handphone, ketika itu pula handphone bisa mengirim informasi ke BTS dengan cara bersamaan, seperti ketika pembicaraan melalui telepon kita dapat berbicara bersamaan.

Dalam topologinya, BTS berfungsi untuk menyediakan jaringan (interface) berbentuk sinyal radio gelombang elektromagnetik untuk pemakainya. Dalam hal ini adalah handphone, modem, fax, dan perangkat lainnya. Frekuensi yang digunakan mengikuti peruntukan yang telah diberikan pemerintah kepada tiap-tiap operator, mulai dari band 450 Mhz sampai 1800 Mhz.

Downlink merupakan komunikasi dari arah BTS ke pemakainya, sedangkan saluran frekuensi yang digunakan pemakai untuk mengirim informasi kepada BTS disebut Uplink. Frekuensi downlink dibuat lebih tinggi dari pada frekuensi uplink dikarenakan hal ini berkaitan dengan persoalan kapasitas energi yang perlu disiapkan bagi perangkat pemakai dalam hal ini adalah baterai handphone.

Dalam ilmu pengetahuan, semakin besar frekuensi maka gangguan (noise) akan semakin besar pula sehingga diperlukan energi yang lebih besar supaya kualitasnya lebih aman. Apabila frekuensi uplink memakai frekuensi yang tinggi maka akibatnya baterai handphone dapat lebih boros sehingga cepat habis.

Begitu pun dengan jarak, semakin jauh posisi pengguna dengan BTS maka energi atau daya yang dibutuhkan pun akan semakin besar sehingga baterai gadget akan mudah habis. Hubungan jarak adalah berbanding terbalik dengan kualitas sinyal. Semakin dekat jarak semakin bagus pula kualitasnya, sedangkan semakin jauh jarak semakin berkurang kualitas sinyalnya.

Apabila kualitas sinyal handphone yang diterima rendah maka BTS akan menginstruksikan handphone untuk menaikkan energi atau daya pancarnya yang pastinya penggunaan baterai selalu cepat drop atau habis. Secara sederhana topologi dari sistem ini adalah sebagai berikut:
Ponsel 1 – BTS – BSC – MSC – SMSC – MSC – BSC – BTS – Ponsel 2

Topologi di atas merupakan gambaran topologi ketika pengguna ponsel mengirimkan pesan (SMS).

Fungsi Base Transceiver Station (BTS)
1. Sebagai Interkoneksi Daerah
BTS merupakan alat untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, meskipun daerah tersebut berada di tempat yang sulit untuk dijangkau menggunakan alat transportasi. Alat ini memungkinkan suatu daerah yang terpencil dapat terhubung dengan daerah lainnya karena dapat bertukar informasi melalui gelombang radio yang dipancarkan oleh BTS maupun perangkat seluler.

Namun jauh dekatnya kekuatan sinyal dari BTS tetap bergantung pada kondisi topografi suatu daerah. Sinyal di dataran (seperti perkotaan) cenderung akan stabil dan dapat menjangkau hampir seluruh wilayah. Berbeda dengan lingkungan pegunungan yang berbukit-bukit, sinyal cenderung akan sulit didapatkan di lokasi-lokasi tertentu mengingat gelombang (kebanyakan GSM) yang dihasilkan oleh BTS tidak bisa menembus perbukitan.

2. Mengontrol Kualitas Jaringan GSM
BTS dapat digunakan untuk mengendalikan atau mengawasi kualitas GSM, apalagi dalam hal frekuensi hopping dan antena diversity.

3. Sebagai Protokol Jalur Sinyal Radio
Setiap BTS akan mengurus sebuah sel, di mana setiap BTS akan mengatur BCCH (Broadcast Control CHannel) degan jumlah kanal pembawa maksimum 8 kanal. Setiap transceiver mentransmit dengan daya yang sama. BTS dapat digunakan sebagai protokol dari jalur sinyal radio, jalur sinyal informasi antara BSC dengan MS (Mobile Switch), maupun protokol interface BSC.

Menurut Mulyanta (2005), setiap BTS berisi sejumlah transceiver (TRX) yang akan melayani dari sel ke sel atau sejumlah sel. BTS dapat berfungsi sebagai pemancar dan penerima (transceiver) sinyal koneksi dari atau ke MS serta menghubungkan MS dengan bagian lain dalam jaringan seperti Base Station Controller (BSC), Mobile Switching Center (MSC), Short Message Service Center (SMSC), dan sebagainya dengan menggunakan tipe radio antar muka.

Kondisi tersebut dapat menjadikan fungsi BTS sebagai alat perangkat komunikasi untuk pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu jangkauan pancaran BTS dapat disebut Sel. Komunikasi seluler adalah komunikasi saat ini yang sangat mendukung kegiatan apapun. Dari sebagian BTS selanjutnya diawasi oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubung melalui hubungan microwave maupun fiber optik.

Jenis Tower Base Transceiver Station (BTS)
Tower BTS memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan jumlah kaki atau bentuk dan jenis fondasi yang digunakan. Seperti yang umumnya ditemui di Indonesia berdasarkan jumlah kaki, tower terbagi atas tower empat kaki atau segi empat, tower tiga kaki atau segitiga, dan kaki satu.

Berdasarkan jenis fondasinya, tower dibedakan sesuai panjang dan diameter pipa besi yang digunakan seperti tower pipa besar dan pipa kecil.
1. Tower 4 kaki/ Rectangular Tower
Sesuai dengan namanya, tower ini berbentuk segi empat dan memiliki 4 kaki. Karena konstruksinya yang kokoh tower ini diharapkan memiliki kekuatan yang optimal untuk menghindari kemungkinan roboh. Tingginya kurang lebih 42 meter serta mampu mencakup banyak antena dan radio.

Tipe tower ini biasanya digunakan oleh perusahaan telekomunikasi terkemuka seperti Telkom, Indosat, XL, dll mengingat harganya yang cukup fantastis yakni mencapai  650 juta-1 milyar rupiah.

2. Tower 3 kaki/ Triangle Tower
Menara segitiga ini terdiri dari 3 pondasi tower. Tiap pondasi disusun dalam beberapa potongan yang berkisar 4-5 meter. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misal roboh sebaiknya tower ini memakai besi yang berdiameter diatas 2 centimeter.

Rata-rata tower jenis tingginya berkisar antara 40 meter dan maksimal 60 meter. Makin pendek tower tingkat keamanannya lebih tinggi. Kelebihan dari menara ini adalah komponennya lebih ringan sehingga menghemat biaya produksi dan pengangkutan.

3. Tower 1 kaki/ Pole
Sebenarnya tower jenis ini tidak direkomendasikan karena banyak kekurangannya. Dalam penerimaan sinyal tergolong tidak stabil, mudah goyang, dan mengganggu sistem koneksi data yang berakibat pencarian di komputer terjadi secara terus-terusan.

Tower ini ada 2 macam, yang pertama dibuat dengan pipa/plat baja tanpa spanner dengan diameter 40 cm hingga 50 cm dan rata-rata tingginya 42 meter. Kedua, tower yang dibuat dengan spanner yang menurut ahli pembuatannya tidak melebihi 20 meter.

Dampak Base Transceiver Station (BTS)
Dalam pembangunan menara BTS ini tentunya ada dampak yang dirasakan oleh masyarakat, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak Negatif
Dampak negatifnya yaitu radiasi gelombang elektromagnetik dalam jangka panjang dapat mengganggu kesehatan. Misalnya medan elektromagnetik di sekitar tower BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh seseorang, akibatnya tubuh seseorang dapat mengalami alergi dengan gejala ruam dan gatal-gatal.

Lebih dari itu, dalam jangka panjang radiasi dari menara ini dapat menyebabkan kanker kulit dan mengganggu organ reproduksi. Daerah sekitar tower pun menjadi rawan terkena imbas dari sambaran petir pada tower, lahan di sekitar menjadi sulit untuk dikontrak atau dijual, dan terdapat kekhawatiran terhadap robohnya menara ini.

Dampak Positif
Dampak positifnya sudah tentu banyak juga. Masyarakat menjadi lebih mudah dalam mengakses internet, mengembangkan usaha di sekitar tower (terutama usaha online), dan masyarakat menjadi tidak tertinggal dalam hal akses informasi global.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Base Transceiver Station (BTS): Pengertian, Komponen, Topologi, Fungsi, Jenis, dan Dampaknya"