Psikologi Kognitif: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Konsep Dasar, Lingkup Studi, Teori, dan Perannya

Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi Kognitif
Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental dan pada umumnya membahas mengenai bagaimana cara berpikir, melihat, daya ingat, dan belajar dari seseorang. Fokus utama dari ilmu psikologi kognitif adalah mengenai bagaimana cara manusia memperoleh, memproses, serta menyimpan maklumat.

Psikologi kognitif juga dapat diartikan sebagai ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra kemudian diproses dalam jiwa sebelum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku, dan pada dasarnya psikologi kognitif merupakan hal-hal yang berhubungan dengan sikap, ide, harapan, dan sebagainya.

Sebagian besar karya yang berasal dari psikologi kognitif telah diimplementasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu psikologis modern lainnya, termasuk psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal, psikologi perkembangan, dan ilmu ekonomi.

Psikologi Kognitif Menurut Para Ahli
1. Solso, Maclin, dan Maclin (2008), psikologi kognitif adalah ilmu yang membahas mengenai persepsi terhadap informasi, pemahaman terhadap informasi, alur pikiran, serta formulasi dan produksi jawaban seseorang
2. Brown (2006), psikologi kognitif adalah ilmu yang berkaitan dengan persepsi, memori, perhatian, bahasa, dan pemikiran atau pengambilan keputusan.
3. Sternberg (2009), psikologi kognitif adalah studi tentang bagaimana seseorang memandang, belajar, mengingat, dan berpikir mengenai informasi.

Sejarah Perkembangan Psikologi Kognitif
Diawali pada tahun 1950an, psikologi kognitif merupakan reaksi terhadap psikologi behavioral (yang saat itu sedang naik daun).

Psikologi behavioral dimulai dengan konsep bahwa semua perilaku manusia dipelajari dan diadaptasi dengan konteks sekitarnya. Sebuah perilaku dapat diperkuat atau diperlemah dalam berbagai cara, yang menuntun kepada meningkatnya atau berkurangnya aksi tertentu.

Seiring berjalannya waktu, seperangkat perilaku akan dibentuk dari pengalaman ini, membentuk berbagai macam manusia dengan ketertarikan, keinginan, bakat, dan kebiasaan yang unik.

Pada sisi lain, psikologi kognitif melihat bahwa tindakan manusia juga melibatkan perasaan dan pikiran secara signifikan. Para individu dipandang sebagai mampu memproses pikiran yang menentukan tindakan mereka selanjutnya. Hal ini juga berhubungan dengan kecerdasan dalam psikologi.

Perubahan cara pikir ini sangat dipengaruhi oleh kemunculan teori informasi dan kritik besar Noam Chomsky mengenai ilmu behaviorisme. Dalam perkembangan berikutnya psikologi kognitif semakin diterima dan terkenal di dunia psikologi. Bahkan beberapa studi besar muncul untuk menjelaskan fungsi dari pendekatan kognitif.

Pada tahun 1950-1960 seorang psikolog dari Rusia bernama Alfred Yarbus menunjukkan bagaimana pergerakan mata sakadik dapat mencerminkan proses kognitif. Pergerakan mata sakadik terjadi ketika sedang membaca buku atau ketika lagi melihat-lihat ruangan. Ketika Anda fokus pada satu tempat/benda lalu dengan cepat melihat tempat/benda lain.

Penemuan ini tentunya menjadi sebuah terobosan, tetapi bukan karena penemuan bahwa pergerakan mata berhubungan dengan kognisi. Namun, karena alat pengukuran yang dipakai oleh Alfred Yarbus.

Alat pengukuran milik Yarbus dipasangkan dengan teknologi pengisapan. Teknologi ini memiliki tingkat akurasi yang bisa membantu dalam memberikan jawaban reliabel terhadap proses kognitif dan detail-deatil kecil mengenai mata.

Penelitian terbaru juga dibangun berdasarkan pekerjaan milik Yarbus ini, menunjukkan bahwa investigasi mengenai proses kognitif bisa meliputi lingkungan yang alami.

Penelitian ini juga menunjukkan hasil perdebatan antara psikologi behaviorisme dengan kognitif. Penemuan bahwa gerakan mata tergantung dengan proses kognitif, yang kemudian diarahkan dengan prinsip behaviorisme.

Perkembangan ide-ide mengenai kognisi juga mempengaruhi cara mimik wajah dipahami. Para peneliti dari Uppsala University di Swedia menginvestigasi pergerakan otot secara tidak sadar pada wajah yang muncul ketika ada paparan emosi bawah sadar dari ekspresi wajah. Untuk melihat apakah ekspresi wajah memengaruhi pikiran mereka, tanpa sepengetahuan individu tersebut.

Memakai metode masking untuk mencegah evaluasi (secara sadar) oleh para partisipan dan facial electromyography untuk mendeteksi perubahan di aktivitas otot yang terkadang tidak bisa dilihat. Para peneliti berhasil menunjukkan bagaimana respons psikologis dan fisiologis pada saat seseorang tidak sadar proses kognisi itu.

Salah satu contoh lainnya mengenai otak yang dipengaruhi kemunculan psikologi kognitif adalah cognitive load. Istilah ini diciptakan oleh John Sweller pada 1988, istilah ini merujuk pada jumlah working memory yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas yang ada. Mereka berusaha menjelaskan proses yang muncul saat otak memiliki cognitive load yang tinggi.

Konsep Dasar Psikologi Kognitif
Terdapat dua konsep dasar psikologi kognitif di antaranya,
1. Kognisi
Dalam istilah kognisi, psikologi kognitif merupakan cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas dari pikiran seorang manusia, contohnya seperti proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran, dan juga pemecahan suatu masalah.

Berikut beberapa contoh pendekatan psikologi yang berkaitan dengan informasi.
a. Proses Persepsi
Sebagai contoh dapat diambil perumpamaan seorang mahasiswa yang mengikuti suatu mata kuliah dengan motivasi yang rendah, akan tetapi dalam kelas di mata kuliah tersebut, dosen memberikan nilai yang dipukul rata antara mahasiswa yang aktif dan pasif.

Kemudian muncul persepsi bahwa dia tidak perlu belajar dengan sungguh-sungguh karena tidak akan berpengaruh pada nilai mata kuliahnya tersebut.

b. Ingatan
Kemampuan seseorang dalam mengingat informasi atau suatu berita dari sekedar membaca dengan menulisnya secara ulang akan lebih baik, karena dengan menulis, seseorang dapat membaca informasi tersebut dua kali lipat, pikiran dan otak manusia akan lebih keras bekerja ketika menulis karena berusaha secara beriringan untuk memahami dan menyimpan informasi yang didapatkan.

Sedangkan dengan membaca kita hanya mengandalkan separuh ingatan tanpa pemahaman.

c. Bahasa
Sebuah informasi akan lebih mudah dimengerti dan dipahami ketika bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh orang yang melakukan komunikasi, sehingga informasi tersebut akan lebih maksimal ketika digunakan, dengan hal itu otak dan pikiran manusia dapat mencerna apa yang disampaikan dan bisa menerima makna dari informasi tersebut.

d. Penalaran
Seseorang yang memiliki kemampuan penalaran yang tajam akan mudah mendapatkan informasi terkait dengan masalah tersebut tidak hanya dari satu sisi saja, namun juga diperoleh dari bagian lain, karena suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.

e. Persoalan
Sikap dan perilaku dari seorang manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang mereka hadapi. keberadaan dari sikap dan perilaku ini apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada, maka dapat menciptakan suatu solusi.

2. Pendekatan kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat disebut dan dipandang sebagai cara tertentu dalam mendekati berbagai fenomena yang terjadi dalam dunia psikologi manusia. Konsep pendekatan kognisi ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan, serta proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
a. Peran-Peran Persepsi
Orang yang memiliki berpersepsi akan berpikir bahwa kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda, orang tersebut akan senantiasa berusaha bangkit untuk mencoba lagi ketika mengalami kegagalan, walaupun orang tersebut tidak tahu kapan dia akan berhasil.

Karena jauh di dalam pikirannya semakin dia mencoba, semakin banyak informasi yang ia dapatkan, maka dia dapat meminimalisir tingkat kesalahan dan menghindari kesalahan yang sudah pernah ia buat. Hal tersebut menjadikannya sebagai pribadi yang sabar dan ulet serta pantang menyerah

b. Pengetahuan
Orang yang memiliki pengetahuan yang luas dan besar dari pengalaman, biasanya orang tersebut lebih mengerti dan dapat mengelola serta mengatur informasi dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien.

c. Proses-proses Berpikir
Latar belakang seperti jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita sebagai manusia yang tumbuh dan berkembang.

Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis, hal ini diketahui karena mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang cepat.

Lingkup Studi Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif memiliki kawasan lingkup studi atau pembahasan pembelajaran yang sangat luas, dimulai dari proses kognitif paling sederhana hingga proses kognitif yang sangat kompleks. Lingkup studi kognitif meliputi beberapa hal di antaranya,
1. Persepsi (Perseption)
Persepsi atau dalam bahasa inggris disebut perseption adalah  merupakan sebuah proses untuk mendeteksi dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera yang dimiliki manusia.

Persepsi ini melibatkan penggunaan pengetahuan yang telah disimpan di dalam ingatan seorang manusia. Persepsi merupakan proses yang paling awal dalam di dalam keseluruhan pemrosesan informasi yang dilakukan oleh manusia.

2. Pengambilan pola (Pattern Recognition)
Pengambilan pola dalam konteks psikologi kognitif adalah proses yang awal mengenali stimulus yang tersusun secara kompleks yang diterima melalui sistem alat indera  manusia, misalnya penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecap.

3. Perhatian (Attention)
Perhatian yang dalam bahasa Inggris kerap juga disebut attention dalam ilmu psikologi kognitif merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu obyek atau tugas tertentu dan pada saat yang sama mengabaikan obyek atau tugas yang lain.

4. Ingatan (Memory)
Ingatan atau memori adalah penyimpanan pengetahuan di dalam sistem pikiran  dan otak manusia, ingatan manusia ini berlangsung mulai dari beberapa detik sampai dengan jangka waktu sepanjang hidup.

5. Imajeri (Imagery)
Imanginari atau iamjinasi  merupakan proses membayangkan kembali di dalam pikiran mengenai obyek atau peristiwa yang telah dipersepsi, hal ini bisa juga disebut sebagai sebuah fiksi yang dialami oleh otak dan pikiran manusia.

6. Bahasa (Language)
Bahas adalah kata yang ditulis atau diucapkan melalui l1san. Bahasa merupakan cara universal untuk menyampaikan informasi baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan seperti pada buku, surat kabar, dan majalah.

7. Penalaran (Reasoning)
Penalaran atau reasoning merupakan sistem penarikan kesimpulan menurut aturan logika, penalaran biasanya formal dibedakan menjadi dua macam penalaran yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif, sistem penarikan kesimpulan yang bermula dari hal khusus menjadi umum disebut induktif dan sistem penarikan kesimpulan yang bermula dari hal umum menuju ke khusus disebut deduktif.

8. Pembuatan keputusan (Decision Making)
Pembuatan keputusan dalam lingkup psikologi kognitif artinya adalah suatu proses ketika seseorang sedang memilih di antara dua alternatif atau lebih, menaksir frekuensi suatu kejadian atau memprediksi situasi di depan berdasarkan informasi yang terbatas.

9. Pemecahan masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah dalam hal ini maksudnya adalah proses mencari dan menemukan jalan keluar terhadap suatu masalah dan kesulitan.

10. Pembentukan konsep (Concept Formastion or Learning)
Pembentukan konsep atau concept formation or learning adalah penggunaan aturan tertentu. Digunakan untuk mengategorikan obyek yang memiliki kemiripan di dalam struktur dan fungsinya.

11. Perkembangan kognitif (Cognitive Develoment)
Perkembangan kognitif merupakan suatu tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak hingga dewasa, mulai dari berpikir secara konkret atau melibatkan konsep konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep yang abstrak dan logis.

12. Inteligensi manusia (Human Intelligence)
Inteligensi manusia adalah kemampuan manusia dalam memahami bahasa secara umum, mengikuti instruksi, mengubah deskripsi verbal dalam tindakan nyata, dan berperilaku menurut aturan budaya.

Sementara inteligensi buatan atau artificial intellegence adalah suatu program komputer yang memiliki kemampuan melakukan tugas kognitif sebagaimana manusia melakukannya misalnya robot dan permainan yang bersifat stimulasi.

13. Emosi dan proses kognitif (Emotion and Cognitive Processes)
Emosi dan proses kognitif adalah suatu topik yang mempelajari peran atau pengaruh emosi dan suasana hati terhadap efektivitas pikiran manusia ketika memproses informasi atau mengerjakan tugas kognitif yang lain.

Teori Psikologi Kognitif
1. Teori-Teori Perseptual
Dalam mempelajari persepsi, para psikologi mengembangkan dua teori utama mengenai cara manusia dalam memahami dunia. Teori tersebut adalah teori persepsi konstruktif dan teori persepsi langsung.

Singkatnya, teori persepsi konstruktif menjelaskan bahwa manusia melakukan konstruksi persepsi secara aktif dengan memilih stimulus atau rangsangan dan menggabungkan sensasi tersebut dengan memori. Dalam teori persepsi konstruktif persepsi adalah efek kombinasi dari informasi yang diterima sistem sensorik dan pengetahuan yang dipelajari tentang dunia yang didapatkan dari pengalaman.

Sementara itu, teori persepsi langsung menjelaskan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Teori ini menyatakan bahwa informasi dalam stimulus merupakan elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran serta kognisi tidaklah penting dalam persepsi, karena lingkungan telah memiliki cukup informasi yang dapat digunakan untuk melakukan interpretasi.

Kedua teori tersebut menjelaskan persepsi dengan baik, namun memiliki tahap-tahap proses yang berbeda. Untuk teori persepsi langsung pemahaman mengenai persepsi didasarkan karena dua alasan, yaitu pentingnya stimuli sensorik, pemrosesan stimuli berlangsung secara sederhana dan langsung, dan bahwa kognisi serta persepsi adalah fenomena yang alamiah dan ekologis.

Persepsi langsung membantu kita memahami beberapa persepsi awal terhadap kesan-kesan sensorik, sementara teori persepsi konstruktif berguna dalam pemahaman kita tentang bagaimana kesan-kesan sensorik dipahami oleh otak (Solso, Maclin, dan Maclin, 2008).

2. Teori Perhatian Selektif dan Terbagi
a. Paradigma Dasar Perhatian Selektif
Pada tahun 1953, seorang peneliti bernama Colin Cherry melakukan eksperimen naturalistik yang bernama pembayangan atau shadowing. Eksperimen tersebut dilakukan pada pesta koktail di Thailand.

Dalam shadowing, individu akan mendengarkan dua pesan berbeda dan mengatakan pesan tersebut setelah mendengar pesan, dengan kata lain individu harus mengikuti satu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Cherry menggunakan presentasi binaural untuk beberapa peserta, yaitu menyajikan dua pesan yang berbeda atau terkadang hanya satu pesan ke dua telinga secara bersamaan. Sementara itu, peserta yang lain menggunakan presentasi dikotik, dimana terdapat dua pesan yang berbeda untuk disampaikan ke telinga masing-masing.

Pada kelompok presentasi binaural, peserta merasa sangat tidak mungkin untuk melacak hanya satu pesan selama presentasi binaural berlangsung. Untuk itu, proses shadowing pada presentasi binaural kurang efektif.

Hasilnya jauh lebih efektif untuk melakukan shadowing dalam kelompok dikotik. Dalam tugas tersebut, peserta kelompok dikotik dapat lebih membayangkan pesan dengan cukup akurat. Dalam prosesnya, peserta dikotik juga dapat melihat perubahan fisik dan sensorik dalam pesan, misalnya ketika nada pesan berubah atau suara pesan berubah dari pembicara pria ke wanita.

Namun, mereka tidak melihat adanya perubahan semantik (makna) dalam pesan. Mereka gagal menyadari ketika pesan dialihkan ke bahasa Inggris atau Jerman, atau ketika pesan tersebut diputar mundur.

Selanjutnya, sekitar sepertiga orang dalam situasi ini akan mengalihkan perhatian mereka ketika mendengar nama mereka dipanggil. Hal ini berarti saat mendengar nama dipanggil maka menandakan terdapat kecenderungan keterbatasan pada memori kerja.

Terdapat tiga faktor yang akan membantu seseorang dalam melakukan perhatian selektif. Pertama adalah karakteristik sensorik yang khas dari ucapan target. Misalnya, karakteristik tersebut adalah nada tinggi dengan nada rendah, tempo, dan ritme. Kedua adalah intensitas suara (kenyaringan) dan yang ketiga adalah sumber lokasi suara.

b. Teori Perhatian Selektif
Dalam proses perhatian selektif, terdapat teori yang menyatakan bahwa perhatian selektif didapatkan dengan menggunakan filter/penyaringan dan teori yang menyatakan bahwa perhatian selektif tidak menggunakan filter/penyaringan.
a) Model Broadbent
Teori Broadbent adalah teori pertama mengenai perhatian. Teori ini biasa disebut dengan model penyaringan. Adanya suatu penyaringan informasi yang dicapai setelah melalui tingkat sensorik tertentu. Setelah itu, informasi tersebut akan diproses ke dalam sistem persepsi dengan demikian terdapat makna pada setiap sensasi yang dirasakan individu.

Sebagai contoh, terdapat perbedaan nada atau kenyaringan yang didengar oleh individu. Untuk mencapai sistem atensi / sistem perhatian, terdapat tingkat sensorik yang harus dicapai terlebih dahulu supaya dapat diproses ke sistem persepsi. Namun, untuk nada-nada lain yang sampai hanya di tingkat sensorik, maka tidak pernah melewati filter perhatian untuk mencapai tingkat persepsi.

Teori Broadbent juga didukung oleh eksperimen yang dilakukan oleh Colin Cherry bahwa informasi sensorik dapat ditangkap oleh telinga tanpa harus diawasi. Misalnya, seseorang dapat membedakan suara yang didengar tersebut suara wanita atau pria.

Namun, informasi tersebut tetap membutuhkan proses persepsi yang lebih tinggi dan didengarkan dengan baik oleh telinga. Misalnya, kata-kata dalam Bahasa Jerman dengan kata-kata dalam bahasa Inggris atau kata-kata yang dimainkan dengan pengulangan mundur, bukan maju (Sternberg, 2009).

b) Model Selektif Murray
Tidak lama setelah teori Broadbent, terdapat bukti yang mulai menunjukkan bahwa teori tersebut salah. Pertama, terdapat penemuan yang menunjukkan bahwa ketika peserta mengabaikan sebagian besar aspek tingkat tinggi lainnya (misalnya: semantik, yaitu proses pemaknaan) dari pesan yang didengar tanpa disimak dengan baik, maka peserta masih dapat mendengar nama mereka.

Berdasarkan teori Murray, pesan yang kuat dan sangat menonjol dapat menembus sistem penyaringan perhatian selektif, tetapi pesan yang lain mungkin tidak. Untuk memodifikasi metafora Broadbent, dapat dikatakan bahwa menurut Murray, filter perhatian selektif akan memblokir sebagian besar informasi ditingkat sensorik.

Tetapi, beberapa pesan yang sangat menonjol atau secara pribadi penting akan tetap dapat masuk ke sistem filter perhatian selektif (Sternberg, 2009).

c) Model Atenuasi Treisman
Saat seorang peserta membayangi (shadowing) pesan yang koheren pada satu telinga dan mengabaikan pesan di telinga lainnya menjadi sesuatu yang menarik.

Jika telinga yang digunakan untuk menyimak pesan tiba-tiba dialihkan ke telinga yang tidak digunakan untuk menyimak, maka peserta akan mengambil beberapa kata pertama dari pesan lama di telinga yang tidak digunakan untuk menyimak. Penemuan ini menunjukkan bahwa konteks secara singkat akan mengarahkan peserta untuk membayangi pesan yang harus diabaikan.

Selain itu, jika terdapat pesan yang tidak sengaja didengar identik dengan pesan yang dengan sengaja disimak, maka semua peserta akan memperhatikan pesan tersebut. Peserta bahkan menyadari jika pesan tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam waktu penyampaian.

Peserta biasanya mengenali dua pesan yang sama ketika pesan shadowing mencapai 4,5 detik lebih cepat dibandingkan pesan yang tidak sengaja didengar. Selain itu, peserta juga akan mengenali jika pesan tertinggal 1,5 detik dari pesan yang tidak sengaja didengar.

Treisman juga mengamati peserta bilingual. Beberapa dari mereka memperhatikan identitas pesan jika pesan tanpa pengawasan adalah versi terjemahan dari pesan yang didengarkan dengan pengawasan.

Modifikasi Muray terhadap mekanisme penyaringan Broadbent jelas tidak cukup untuk menjelaskan teori Treisman. Penemuannya menunjukkan kepada Treisman bahwa setidaknya beberapa informasi tentang sinyal tanpa pengawasan sedang dianalisis.

Treisman juga menafsirkan temuan Murray sebagai indikasi bahwa beberapa pemrosesan informasi tingkat tinggi yang sampai ke telinga yang tidak dijaga pasti sedang berlangsung. Jika tidak, peserta tidak akan mengenali suara yang dikenal untuk menyadari bahwa suara itu menonjol.

Artinya, informasi yang masuk tidak dapat disaring pada tingkat sensasi. Jika ya, kita tidak akan pernah melihat pesan tersebut untuk mengenali arti pentingnya.

Berdasarkan temuan tersebut, Treisman mengajukan teori perhatian selektif. Ini melibatkan jenis mekanisme penyaringan yang berbeda. Ingatlah bahwa dalam teori Broadbent, filter bertindak untuk memblokir rangsangan selain rangsangan yang menjadi target.

Dalam teori Treisman, bagaimanapun, mekanisme tersebut hanya untuk melemahkan kekuatan rangsangan, jika rangsangan tersebut bukan rangsangan target. Untuk rangsangan yang sangat kuat, efek atenuasi tidak cukup besar untuk mencegah rangsangan dalam menembus mekanisme pelemahan sinyal.

Menurut Treisman, perhatian selektif melibatkan tiga tahap. Pada tahap pertama, secara intensif menganalisis sifat fisik suatu stimulus. Contohnya adalah kenyaringan (intensitas suara) dan nada (terkait dengan “frekuensi” gelombang suara).

Proses pra-perhatian ini dilakukan secara paralel (bersamaan) untuk semua rangsangan sensorik yang masuk. Untuk rangsangan yang menjadi target, maka sinyalnya akan diteruskan ke tahap berikutnya. Untuk rangsangan yang tidak menunjukkan sifat-sifat target, maka rangsangannya akan menjadi lemah.

Pada tahap kedua, menganalisis pola dari stimulus, seperti ucapan atau musik. Untuk rangsangan yang menunjukkan pola target, maka sinyal akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Sebaliknya, rangsangan yang tidak menunjukkan pola target akan menjadi lemah.

Pada tahap ketiga, memusatkan perhatian pada rangsangan yang berhasil mencapai tahap penyaringan akan dievaluasi secara berurutan untuk mendapatkan arti yang tepat untuk stimulus atau rangsangan yang dipilih (Sternberg, 2009).

c. Perhatian Terbagi
Dalam deteksi sinyal dan perhatian selektif, sistem perhatian harus mengoordinasikan pencarian untuk keberadaan banyak fitur secara bersamaan. Ini adalah tugas yang relatif sederhana, jika tidak mudah. Namun, kadang-kadang, sistem perhatian harus melakukan dua atau lebih tugas terpisah pada waktu yang bersamaan.

Pekerjaan awal di bidang ini dilakukan oleh Ulric Neisser dan Robert Becklen (1975). Mereka meminta peserta melihat rekaman video yang di dalamnya ditampilkan dari satu aktivitas ditumpangkan pada tampilan aktivitas lain.

Kegiatan pertama adalah permainan bola basket tiga orang; kedua, dua orang memainkan permainan menampar tangan. Awalnya, tugasnya hanya mengawasi satu aktivitas dan mengabaikan aktivitas lainnya. Peserta menekan tombol setiap kali peristiwa penting terjadi dalam aktivitas yang dihadiri. Pada dasarnya, tugas pertama ini hanya membutuhkan perhatian selektif.

Namun, kedua peneliti kemudian meminta peserta untuk menghadiri kedua kegiatan tersebut secara bersamaan. Mereka harus memberi sinyal peristiwa penting di masing-masing dari dua kegiatan.

Bahkan ketika peneliti mempresentasikan dua aktivitas secara dichoptical (yaitu tidak dalam satu bidang visual, melainkan dengan satu aktivitas yang diamati oleh satu mata dan aktivitas lainnya diamati oleh mata yang lain), peserta mengalami kesulitan besar untuk melakukan kedua tugas tersebut secara bersamaan.

Neisser dan Becklen berhipotesis bahwa peningkatan kinerja pada akhirnya akan terjadi sebagai hasil dari latihan. Mereka juga berhipotesis bahwa pelaksanaan beberapa tugas didasarkan pada keterampilan yang dihasilkan dari latihan. Mereka percaya itu tidak didasarkan pada mekanisme kognitif khusus (Sternberg, 2009).

Peran Psikologi Kognitif
Mempelajari psikologi kognitif memiliki urgensi untuk dipelajari, dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu di antaranya,
1. Psikologi kognitif berperan penting karena kognisi merupakan proses mental atau pikiran yang memiliki peran penting dan mendasar untuk studi-studi psikologi manusia.
2. Psikologi kognitif memiliki pandangan yang berpengaruh besar dan berperan penting bagi bidang-bidang ilmu psikologi lainnya, misalnya saja psikologi kognitif umum digunakan dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan lain-lain.
3. psikologi kognitif juga berperan penting karena melalui konsep-konsep kognisi, seseorang bisa mengelola informasi secara efisien dan terorganisir dengan baik. Hal ini dirasa sangat krusial mengingat pada masa sekarang ini sistem informasi sangat canggih dan perkembangannya meluas serta susah untuk dikendalikan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Kognitif: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Konsep Dasar, Lingkup Studi, Teori, dan Perannya"