Psikologi Abnormal: Pengertian, Pendekatan, Teori, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Psikologi Abnormal
Psikologi Abnormal

Pengertian Psikologi Abnormal

Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal. Untuk memahami perilaku abnormal, psikolog menggunakan acuan DSM (diagnostic and statistical manual of mental disorder).

Psikologi Abnormal sendiri sebenarnya memiliki banyak istilah yang spesifik, beberapa di antaranya adalah Psikopatologi, mental disorder, mental illness dan emotional discomfort.

Psikologi Abnormal Menurut Para Ahli
1. Singgih Dirgagunarsa, psikologi abnormal atau disebut juga psikopatologi merupakan bidang psikologi yang kaitannya dengan hambatan atau kelainan kepribadian, di mana ini menyangkut isi dan proses kejiwaan.
2. Kartini Kartono, psikologi abnormal merupakan cabang ilmu psikologi yang menyelidiki bentuk abnormalitas jiwa dan gangguan mental.
3. Durand & Barlow dalam bukunya Abnormal Psychology (2006), psikologi abnormal merupakan disfungsi dalam diri individu yang terkait dengan distres dalam fungsinya dan respons yang tidak diterima secara kultural.

Pendekatan psikologi abnormal

Beberapa pendekatan psikologi abnormal di antaranya,
1. Statistical infrequency
Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dalam mendefinisikan konsep abnormalitas. Semua variabel yang akan diukur terlebih dahulu didistribusikan ke dalam suatu kurva normal. Kurva normal ini berbentuk seperti lonceng.

Sebagian besar orang akan berada pada bagian tengah kurva. Abnormalitas dapat dilihat di kedua ujung kurva dan tidak berada di tengah kurva atau tidak masuk dalam bagian lonceng.

Abnormalitas menurut konsepsi statistik biasanya digunakan dalam bidang psikologi atau bidang medis. Sebagai contoh dalam pengukuran intelegensi, ketrampilan membaca, tekanan darah, berat badan dan sebagainya. Meski masuk dalam konsep abnormal, namun jarang digunakan istilah abnormal dalam bidang ini.

Orang dengan IQ yang berada di sebelah kanan dan termasuk abnormalitas misalkan IQ 150 disebut jenius bukan abnormal. Perlu adanya informasi lain yang mendukung apakah suatu perilaku termasuk normal atau tidak normal.

2. Unexpectedness
Perilaku abnormal dengan pendekatan ini didefinisikan sebagai suatu refleks atau bentuk dari respons yang tidak diharapkan akan terjadi.

Respons seperti cemas dengan tiba-tiba saat berada dalam tengah suasana di mana keluarga berbahagia atau respons kekhawatiran akan ekonomi keluarga sementara keadaan ekonomi keluarga tengah sangat baik. Respons-respons ini tidak diharapkan terjadi masuk dalam perilaku abnormal.

3. Personal distress
Perilaku akan dianggap sebagai abnormal jika perilaku menimbulkan penderitaan bagi individu atau perilaku tersebut menyengsarakan individu. Tidak semua disorder atau gangguan akan menyebabkan distress .

Sebagai contoh adalah psikopat yang melukai orang lain tanpa merasa bersalah dan tidak ada kecemasan dalam melakukan tindakan melukai. Dalam konsep ini, tidak semua kesakitan dan penderitaan dikatakan abnormal, seperti sakit karena suntikan.

Kriteria dalam konsep ini dikatakan subyektif karena sulit untuk menentukan standar tingkat distress yang dapat diberlakukan secara umum.

4. Violation of norms
Konsep ini mendefinisikan perilaku abnormal dengan mengaitkannya dengan konteks sosial di lingkungan perilaku tersebut. Ketika perilaku sesuai dengan norma masyarakat maka perilaku dapat dikatakan normal.

Jika perilaku bertentangan dengan norma di mana perilaku dilakukan maka perilaku disebut sebagai abnormal. Konsep ini mempertimbangkan relativitas perilaku dengan norma masyarakat dan budaya yang ada dalam lingkungan dan pada saat yang sama.

5. Disablitity
Abnormalitas dapat menyebabkan individu kesulitan dalam mencapai tujuan. Abnormalitas dapat mengakibatkan kesulitan mengoptimalkan fungsi akademik bagi pemakai narkoba. Tidak hanya itu pemakai narkoba juga dapat kesulitan menjalankan pekerjaan serta fungsi sosial.

Ketidakmampuan ini menyebabkan pemakaian narkoba disebut sebagai abnormalitas. Konsep ini tidak menjelaskan dengan gamblang apakah orang abnormal akan mengalami disability.

Teori Psikologi Abnormal

1. Psikodinamika
Teori ini disebut juga dengan teori psikoanalisis atau psychoanalyic theory yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dalam teori ini disebutkan bahwa terdapat 3 struktur dalam kepribadian yaitu id, ego dan superego.

Ketiganya menjadi kekuatan yang saling bertentangan. Fungsi keseimbangan yang dinamis diantara ketiganya sebagai struktur psikis merupakan kesehatan mental.

Sementara perilaku abnormal muncul disebabkan interaksi yang terjadi antara id, ego, dan superego yang tidak seimbang. Jika salah satu dari fungsi tersebut tidak berjalan normal, maka seseorang bisa berkecenderungan untuk berperilaku abnormal.

Dalam psikodinamika terdapat 5 tahapan perkembangan yang dikenal sebagai tahapan psikoseksual di antaranya,
a. Tahap Oral(0-18 bulan), adalah fase di mana pusat kenikmatan berada pada area mulut. Seorang anak akan merasakan kepuasan karena makan, menyusu, atau menggigit dan memasukkan apapun ke dalam mulut.
b. Tahap Anal (18 bulan-3 tahun), kepuasan pada fase ini memiliki fokus pada stimulasi di daerah anal, contohnya menahan BAB dan setelahnya
c. Tahap Phallic (3-5 tahun), energi seksual pada fase ini berfokus pada area genital. Anak akan merasa lebih tertarik atau senang dengan orang tuanya yang berlawanan jenis.
d. Tahap Fase Latency (5-12 tahun), pada usia ini anak akan merasa tertarik untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya yang memiliki jenis kelamin yang sama. Seks masih belum menjadi fokus pada tahap ini.
e. Tahap Genital (12 tahun- dewasa), pada tahap inilah akan terbentuk kembali dorongan seksual terutama menjelang masa pubertas.

Ketika seseorang gagal atau tidak berhasil dalam menyelesaikan tahapan-tahapan inilah menjadi penyebab munculnya perilaku abnormal.

2. Behaviorisme
Disebut juga sebagai Teori Belajar Behavioristik dan dikemukakan oleh John B. Watson dan Ivan Pavlov. Teori ini meyakini bahwa terdapat peran dari belajar untuk menjelaskan perilaku baik itu normal maupun abnormal.

Abnormal dipandang melalui perspektif teori behaviorisme ini, memiliki cerminan pembelajaran dan perolehan perilaku yang tidak sesuai.

Obsessive-compulsive  berhubungan dengan kontrol dari orang tua yang berlebihan di masa anak-anak. Sehingga anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari tentang perilaku eksploratif.

3. Kognitif-Sosial
Albert Bandura, Walter Mischel dan Julian B Rotter memberikan kontribusi terhadap teori kognisi-sosial ini. Model Kognitif-Sosial ini memberikan fokus pada peranan kognisi atau proses belajar melalui pengamatan ataupun modeling dari perilaku manusia lain. Individu dan lingkungan saling memberi pengaruh.

4. Humanistik
Model ini dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut model Humanistik ini, ada dorongan untuk mencapai self actualization.  

Self Actualization dimaksud dengan menjadi apapun yang bisa kita diraih. Model ini percaya bahwa manusia merupakan aktor, bukan reaktor dalam kehidupan. Abnormal dipandang melalui perspektif teori ini merupakan hasil dari pengembangan konsep diri yang mengalami gangguan.

5. Kognitif
Teori Kognitif dikembangkan oleh Psikiater Aaron Beck dan Psikolog Albert Ellis. Teori ini menggunakan pendekatan pemrosesan informasi untuk menjelaskan perilaku abnormal. Dari sudut pandang Teori Kognitif, Distress emosional disebabkan oleh karena keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai pengalaman hidup mereka.

6. Diatesis Stres
Diatesis adalah suatu predisposisi atau kerentanan pada gangguan tertentu. Model diatesis stres ini menjelaskan bahwa masalah-masalah yang terjadi dari perilaku abnormal meliputi interaksi antara peristiwa dan predisposisi. Peristiwa dapat mengenai pengalaman kehidupan yang penuh stress.

Manfaat psikologi abnormal

Beberapa manfaat psikologi abnormal di antaranya,
1. Mempelajari psikologi abnormal, maka individu akan mendapatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai jenis, gejala, pencegahan, penyebab dan penanganan dari perilaku abnormal.
2. Psikologi abnormal dapat dimanfaatkan dalam bidang konseling dan psikiatri untuk membantu memahami subyek atau klien.
3. Bagi konselor, pemahaman mengenai psikologi abnormal dapat membantu dalam melakukan penanganan dan pencegahan gangguan psikologis pada peserta didik.
4. Individu yang mengalami abnormalitas dapat melakukan fungsi sosial dengan normal.
5. Psikologi abnormal juga memiliki manfaat bagi keilmuannya, antara lain mengembangkan metode intervensi, penelitian serta berbagai alat bantu untuk memudahkan intervensi klinis pada subyek yang teridentifikasi mengalami abnormalitas.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment