Pengertian Semantik, Sejarah, Unsur, Ruang Lingkup, Jenis, Analisis, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Semantik
Semantik

A. Pengertian Semantik

Semantik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah,
1. ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata;
2. bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara.

Semantik adalah cabang dari linguistik yang menyelidiki tentang makna bahasa. Semantik dari bahasa Yunani ‘semantikos’, 'memberikan tanda', 'penting', dari kata ‘sema’, yang memiliki arti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang di sini adalah tanda-tanda linguistik yang dalam bahasa Prancis ‘signé linguistique’.

Semantik melibatkan kajian tentang interpretasi tanda-tanda atau simbol yang digunakan dalam agen atau masyarakat dalam keadaan tertentu dan konteks. Dalam pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan proxemics memiliki semantik konten (bermakna), dan masing-masing terdiri dari beberapa cabang kajian. Dalam bahasa tertulis, hal-hal seperti struktur ayat dan tanda baca menanggung konten semantik, bentuk lain dari bahasa menanggung konten semantik lainnya.

Kajian formal semantik bersinggungan dengan banyak bidang penyelidikan lain, termasuk leksikologi, sintaksis, pragmatik, etimologi dan lain-lain, meskipun semantik adalah bidang yang didefinisikan dengan baik dalam dirinya sendiri, sering dengan sifat sintetis. Dalam filsafat bahasa, semantik dan referensi berhubungan erat. Bidang-bidang terkait termasuk filologi, komunikasi, dan semiotika. Kajian formal semantik karena itu menjadi kompleks. Dalam kosakata ilmiah internasional, semantik juga disebut semasiologi.

Semantik Menurut Para Ahli
1. Charles Morrist, semantik menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut.
2. J.W.M Verhaar (1981: 9), semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer (1974: 1), semantik adalah studi tentang makna. Semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195), semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
5. Dr. Mansoer pateda, semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.
6. Abdul Chaer, semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
7. Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan secara gamblang dijelaskan mengenai pengertian semantik, baik
8. Edwards (1972:348), semantik dalam ari luas terbagi atas 3 pokok bahasan, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik.
9. Tarigan (2015: 7), semantik adalah telaah mengenai makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup kata-kata, perkembangan dan perubahannya.

B. Sejarah Semantik

Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani Sema (Nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantik.

Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association ‘organisasi filologi amerika’ dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy.

Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel “An Account of the Word Semantics (Word, No.4 th 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul “Le Lois Intellectuelles du Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalm keilmuan, di dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni historis (historical semantics).

Historical semantics ini cenderung mempelajari semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa, misalnya perubahan makna dengan logika, psikologi, dst. Karya Breal ini berjudul Essai de Semanticskue. (akhir abad ke-19).

Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi, ilmu tanda (makna).

Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari sebagai semantik. Istilah Semasiologi sendiri adalah istilah yang dikemukakan Reisig. Berdasarkan pemikiran Reisig tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan di antaranya,
1. Masa pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini disebut Ullman sebagai ‘Undergound’ period.
2. Masa Kedua, yakni semantik sebagai ilmu murni historis, adanya pandangan historical semantics, dengan munculnya karya klasik Breal(1883)
3. Masa perkembangan ketiga, studi makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia Gustaf Stern (1931) yang berjudul “Meaning and Change of Meaning With Special Reference to the English Language" Stern melakukan kajian makna secara empiris.

Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna, baru pada tahun 1990-an dengan munculnya Essai de semantikue dari Breal, yang kemudian pada periode berikutnya disusul oleh karya Stern. Tetapi, sebelum kelahiran karya stern, di Jenewa telah diterbitkan bahan, kumpulan kuliah dari seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan perkembangan linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de Saussure, yang berjudul Cours de Linguistikue General. Pandangan Saussure itu menjadi pandangan aliran strukturalisme.

Menurut pandangan strukturalisme de Saussure, bahasa merupakan satu sistem yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan (the whole unified). Pandangan ini kemudian dijadikan titik tolak penelitian, yang sangat kuat mempengaruhi berbagai bidang penelitian, terutama di Eropa.

Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut di antaranya,
1. Pandangan historis mulai ditinggalkan
2. Perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata,
3. Semantik mulai dipengaruhi stilistika
4. Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5. Hubungan antara bahasa dan pikiran mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang menentukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa).
6. Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan cabang logika simbolis.

Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni ‘thought of reference’ (pikiran) sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent (acuan). Pikiran memiliki hubungan langsung dengan simbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan langsung dengan simbol (lambang).

Lambang tidak memiliki hubungan yang arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa menentukan fakta bahwa asal kata meaning (nomina) dari to mean (verba), di dalamnya banyak mengandung ‘meaning’ yang berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkan ’the meaning of meaning’ yang diperlukan untuk pengantar studi semantik.

Mereka sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli sendiri masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.

C. Unsur Semantik

1. Tanda dan Simbol (Simbol)
Tanda dan simbol (simbol) adalah dua unsur yang terkandung dalam bahasa tersebut. Tanda itu dikembangkan menjadi teori yang disebut semiotik. Semiotika memiliki tiga aspek yang berkaitan dengan ilmu bahasa, yaitu aspek sintaksis, aspek pragmatik, aspek semantik.

2. Hubungan Leksikal dan Referential
Elemen leksikal adalah unit terkecil dalam sistem makna linguistik di mana keberadaannya dibedakan oleh unit terkecil lainnya. Arti leksikal adalah kategori dan sinkategorematis di mana semua kata dan implikasi, kelompok ilmiah dengan makna struktural harus didefinisikan dalam satuan konstruksi. Sedangkan dalam hubungan referensial adalah hubungan yang ada antara sebuah kata dan dunia yang berada di luar bahasa yang dimaksud dengan percakapan.

3. Penamaan
Istilah penimproved oleh Kridalaksana bahwa proses pencarian simbol bahasa yang berfungsi untuk menggambarkan objek, konsep, proses dan sebagainya. Selain itu, penamaan digunakan untuk harta yang ada antara lain dengan mengubah kemungkinan makna atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.

D. Ruang Lingkup Semantik

Seperti dinyatakan bahwa semantik mencakup bidang yang sangat luas, baik dari struktur dan fungsi bahasa maupun dari segi interdisiplin bidang ilmu (Fatimah, 2009: 4). Tetapi dalam hal ini ruang lingkup semantik terbatas pada hubungan ilmu makna itu sendiri dibidang linguistik.

Faktor nonlingistik ikut mempengaruhi semantik sebagai fungsi bahasa non simbolik. Semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas bicara (Tarigan, 2004: 5).

Hubungan bahasa dengan proses mental dapat dinyatakan dengan beberapa cara. Beberapa pakar proses mental tidak perlu dipelajari karena membingungkan, sebagian lagi menyatakan bahwa proses mental harus dipelajari secara terpisah dari semantik, atau semantik dipelajari tanpa menyinggung proses mental.

Dalam kenyataannya, semantik atau makna berkaitan erat dengan struktur dan fungsi. Artinya struktur tanpa makna dan makna tanpa struktur tidak mungkin ada. Jadi bentuk atau struktur, fungsi dan makna merupakan satu kesatuan dalam meneliti atau mengkaji unsur-unsur bahasa.

Dari adanya sejumlah tataran dan kompleksitas dapat dimaklumi bahwa meskipun makna dan lambang serta aspek semantik dan tata bahasa merupakan unsur-unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan, dalam menentukan hubungan semantik dan linguistik masih terdapat sejumlah perbedaan. Ada pengkaji yang lebih senang menyebut semantik dengan teori makna dan langsung memasukkannya ke dalam bidang filsafat bahasa (Aminuddin, 2001: 27).

Pada sisi lain ada juga pengkaji yang beranggapan bahwa selama dalam abstraksi dan proses relasi dan kombinasi, makna masih merupakan sesuatu yang abstrak sehingga kajian empiris dan hasil studi yang saintifik tidak mungkin dapat dilaksanakan dan dicapai.

E. Jenis Semantik

1. Semantik Behavioris
Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: (1) penganut pandangan behavioris tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik berupa mind, concept, dan idea: (2) tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dan hewan: (3) mementingkan faktor belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor bawaan: dan (4) mekanismenya atau determinasinya.

Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan antara stimulus dan respons, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Contoh: seorang ibu yang menyuapkan makanan pada si bayi.

2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif adalah kajian semantik yang khusus memperlihatkan makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul. Tidak diperhatikan. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu orang yang mendapat peringkat teratas dalam pertandingan tanpa memperhatikan makna sebelumnya yaitu pengatur atau pelerai dalam persabungan ayam. Jadi, Semantik deskriptif hanya memperhatikan makna sekarang.

3. Semantik Generatif
Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah: (1) kompetensi (competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan bahasa yang dipahami itu dalam komunikasi: (3) struktur luar, yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti terdengar: dan (4) struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam struktur luar. Aliran ini menjadi terkenal dengan munculnya buku Chomsky tahun 1957 yang kemudian diperbarui.

Teori semantik generatif muncul tahun 1968 karena ketidakpuasan linguis terhadap pendapat Chomsky. Menurut pendapat mereka struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen. Struktur dalam tidak sama dengan struktur semantik.

Untuk menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah, yaitu transformasi. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut transformasi.

4. Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah studi semantik yang khususnya mengkaji makna yang terdapat dalam satuan kalimat. Verhaar mengatakan Semantik gramatikal jauh lebih sulit dianalisis. Untuk menganalisis kalimat masih duduk, kakak sudah tidur tidak hanya ditafsirkan dari kata-kata yang menyusunnya. Orang harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat itu serta sesuatu yang ada dibalik kalimat itu. Sebuah kata akan bergeser maknanya apabila diletakkan atau digabungkan dengan kata lain.

5. Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak terlalu sulit. Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk Semantik leksikal: makna setiap kata diuraikan di situ. Jadi, Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat di dalam kalimat kata sebagai satuan mandiri.

6. Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu. Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji dalam linguistik historis.

Asal-usul kata menjadi bagian studi etimologi. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan periode atau antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain. Misalnya dalam BI terdapat kata padi dan dalam bahasa Jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/ dan/ r/ berkorespondensi.

7. Semantik Logika
Semantik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang mengacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran ajaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap disebut semantik.

Dalam semantik logika dibahas makna proporsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat saja diujarkan dalam proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan lambang disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.

8. Semantik Struktural
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsur berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.

F. Analisis Semantik

Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggris yang mewakili nasi, beras, gabah dan padi. Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.

Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi, beras, gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras dan nasi, seperti bangsa Indonesia. Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tanda lingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.

Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih.  Dan sebaliknya, dua tanda lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama. Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan contoh berikut:

G. Manfaat Semantik

1. Bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan. Mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik, yang dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
2. Bagi peneliti bahasa. Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.
3. Bagi orang awam. Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment