Pengertian Loneliness (Kesepian), Aspek, Faktor, dan Jenisnya

Pengertian Loneliness atau Kesepian
A. Pengertian Loneliness (Kesepian)
Kesepian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan sepi; kesunyian; kelengangan; perasaan sunyi (tidak berteman dan sebagainya). Kesepian (Loneliness) adalah emosi kompleks dan biasanya tidak menyenangkan, mencakup perasaan cemas terhadap kurangnya koneksi atau komunikasi dengan makhluk lain, baik di masa sekarang dan berkembang ke masa depan. Kesepian bisa dirasakan bahkan saat dikelilingi oleh orang lain. Kesepian menjadi pengalaman yang umum di seluruh rentang kehidupan dengan sebanyak 80 persen anak-anak dan remaja dan 40 persen orang yang berusia di atas 65 tahun melaporkan merasa kesepian.

Loneliness dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kesenjangan hubungan sosial yang dimiliki dan diharapkan, dan situasi di mana keintiman dan keakraban yang diharapkan belum terealisasi. Orang yang kesepian merasa terasing dari kelompoknya, tidak merasakan adanya cinta di sekelilingnya, merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya dan merasakan kesendirian, serta merasa sulit untuk mendapatkan teman. Kesepian cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari orang lain dan cenderung tidak membuka diri, merasakan kesia-siaan (hopelessness), dan merasa putus asa.

Baca Juga: Pengertian Kelekatan (Attachment), Aspek, Faktor, dan Manfaatnya

Penelitian telah menunjukkan bahwa kesepian terjadi di seluruh masyarakat, termasuk orang-orang dalam perkawinan, hubungan, keluarga, veteran, dan mereka yang memiliki karier yang sukses. Kesepian telah menjadi tema yang sering dieksplorasi dalam literatur manusia sejak zaman kuno. Kesepian juga telah digambarkan sebagai rasa sakit sosial - sebuah mekanisme psikologis yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang agar mencari koneksi sosial. Kesepian sering didefinisikan dalam kaitannya dengan keterhubungan seseorang dengan orang lain, atau lebih khusus lagi sebagai "pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi ketika jaringan hubungan sosial orang kekurangan dengan cara yang signifikan".

Menurut Margalit (1994) loneliness berbeda dari terisolasi. Loneliness merupakan cerminan dari persepsi individu yang merasa kurang dalam hubungan sosial, berbeda dengan kesendirian, yang merupakan situasi nyata. Perasaan kurang dievaluasi seseorang yang mengalami loneliness secara kuantitatif (kekurangan dalam jumlah hubungan sosial yang dimiliki) dan kualitatif (kekurangan intimasi dengan orang lain). Terisolasi berbeda dengan loneliness yang sengaja memilih untuk sendiri. Terisolasi dapat dipandang sebagai kesenangan, positif, dan kadang-kadang situasi yang diinginkan mungkin mendorong orang yang terisolasi lebih kreatif atau istirahat dari stres yang dialami.

Baca Juga: Kesendirian: Pengertian, Jenis, Cara Mengatasi, Fakta, dan Perbedaannya dengan Kesepian

Loneliness (Kesepian) Menurut Para Ahli
1. Russell, Cutrona, Rose, dan Yurko (1984), loneliness sebagai persepsi subjektif seseorang terkait kurangnya hubungan sosial yang dijalani, baik secara kuantitas atau kualitas.
2. Gierveld (2006), loneliness sebagai situasi yang dialami oleh individu di mana ada perasaan tidak menyenangkan atau tidak dapat diterima dari kualitas hubungan sosial tertentu. Hal ini termasuk situasi, di mana jumlah hubungan yang dimiliki lebih sedikit daripada yang diharapkan, serta situasi di mana keintiman dan keakraban yang diharapkan belum terealisasi.
3. Cacioppo, et al (2006), loneliness merupakan serangkaian perasaan kompleks yang terjadi ketika kebutuhan sosial seseorang tidak terpenuhi dan ada dorongan dari individu untuk mencari pemenuhan kebutuhan sosial tersebut.
4. Myers (2010), loneliness merupakan pengalaman menyakitkan yang berkaitan dengan ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang dibangun dengan yang diinginkan individu. Perasaan seperti itu cenderung muncul ketika hubungan yang diharapkan dengan orang lain dinilai bersifat sementara, telah rusak, atau dirasa kurang berkembang.
5. Weiss, loneliness tidak disebabkan oleh kesendirian, namun disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan suatu hubungan atau rangkaian hubungan yang pasti, bisa juga karena tidak tersedianya hubungan yang dibutuhkan oleh individu tersebut (Peplau & Perlman, 1982).
6. Baron dan Byrne (2005), loneliness adalah suatu reaksi emosional dan kognitif individu terhadap sebuah kondisi dimana individu tersebut hanya mempunyai sedikit hubungan sosial dan tidak memuaskannya karena tidak sesuai dengan harapannya.
7. Bordens dan Horowitz (2008), loneliness adalah keadaan psikologis ketika individu merasa kekurangan atau tidak menyukai hubungan sosial yang dimiliki.
8. Dennis dan Clark (2014), loneliness merupakan kondisi spiritual, bukan emosi. Perasaan kesedihan diawali oleh perasaan kekosongan. Kesedihan menimbulkan perasaan loneliness.
9. Santrock (2002), loneliness adalah ketika merasa bahwa tidak seorang pun memahami dengan baik, merasa terisolasi, dan tidak memiliki seorang pun untuk dijadikan pelarian, saat dibutuhkan atau saat stres.

B. Aspek Loneliness (Kesepian)
Terdapat tiga aspek loneliness menurut Austin (1983) di antaranya,
1. Intimate Others, adalah suatu perasaan di mana individu memiliki jarak dengan orang-orang terdekat. Intimate others menunjukkan perasaan individu mengenai dirinya yang tersisihkan dari orang lain di sekitarnya, kurangnya orang lain untuk berbagi satu sama lain, dan perasaan dikucilkan.
2. Social Others, merupakan suatu perasaan di mana individu merasa bahwa dirinya tidak memiliki jaringan sosial untuk membangun hubungan sosial dengan orang lain. Dimensi ini menunjukkan bahwa individu kurang memiliki hubungan sosial di mana individu merasa tidak ada orang yang bisa diandalkan dan merasa tidak ada yang memahami dirinya dengan baik. Individu juga tidak dapat menemukan hubungan pertemanan ketika ia menginginkannya.
3. Belonging and Affiliation, menunjukkan bahwa individu merasa tidak termasuk atau bukan merupakan bagian dari kelompok yang dianggap penting dalam hidupnya, dalam hal ini kelompok pertemanan. Individu merasa tidak cocok dengan orang lain di sekitarnya. Individu juga merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang cukup ramah dan bersahabat.

Aspek-aspek kesepian atau loneliness menurut Deaux, dkk (1993) di antaranya,
1. Desperation (putus asa), adalah suatu keadaan di mana individu merasakan kepanikan, dan ketidakberdayaan dalam dirinya sehingga merasa ditinggalkan yang akhirnya dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan yang nekat. Indikator yang spesifik dari desperation di antaranya,
a. Putus asa, yaitu memiliki harapan sedikit dan siap melakukan sesuatu tanpa memperdulikan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain.
b. Merasa ditinggalkan, yaitu ditinggalkan atau dibuang seseorang.

2. Impatient boredom (tidak sabar dan bosan), adalah keadaan di mana individu merasakan kebosanan pada diri sendiri sebagai akibat dari ketidaksabarannya ataupun kejenuhannya terhadap diri. Indikator impatient boredom di antaranya,
a. Tidak sabar, yaitu menunjukkan perasaan kurang sabar, sangat menginginkan sesuatu.
b. Sering marah (filed with anger), yaitu perasaan negatif yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan.

Baca Juga: Pengertian Kemarahan, Jenis, dan Dampaknya

3. Self-deprecation (mengutuk diri), yaitu suatu tindakan ketika seorang individu tidak mampu menyelesaikan masalahnya yang membuat individu meremehkan atau merendahkan diri sendiri yang mengacu pada ketidaksukaan ekstrem atau membenci diri sendiri atau menjadi marah bahkan berprasangka pada diri sendiri, indikator self-deprecation di antaranya,
a. Menyesali diri, yaitu perasaan kasihan atau simpati pada diri sendiri.
b. Sulit berkonsentrasi, yaitu ketidakmampuan memberikan perhatian penuh terhadap sesuatu.

4. Depression (depresi), merupakan gangguan suasana hati yang berupa perasaan yang merosot seperti muram, sedih perasaan tertekan dan menarik diri dari orang lain, serta kurang tidur. Indikator depression di antaranya,
a. Sedih, yaitu perasaan yang mendalam dan dalam waktu yang lama, murung dan muram, perasaan tidak nyaman dan terpuruk yang menyebabkan penderitaan.
b. Mengasingkan diri, yaitu menjauhkan diri sehingga menyebabkan seseorang tidak bersahabat.
c. Sensitif, yaitu mudah dilukai secara emosional.

Baca Juga: Pengertian Depresi, Penyebab, Gejala, Jenis, dan Cara mengatasinya

C. Faktor Loneliness (Kesepian)
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan loneliness menurut Cosan (2014) di antaranya,
1. Karakteristik Personal. Individu yang pemalu, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan introvert sulit untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain dikarenakan kekhawatiran terhadap diri sendiri. Individu dengan keterampilan sosial yang rendah akan memiliki kekurangan dalam keterampilan untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain dan mempertahankan hubungan yang telah ada.
2. Pengalaman Masa Kecil. Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai merasakan perasaan loneliness yang mendalam. Semakin kecil usia anak saat orang tuanya bercerai maka semakin tinggi tingkat loneliness yang dirasakan.
3. Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Status Ekonomi. Berdasarkan pendapat Weiss, Cosan menyimpulkan bahwa loneliness dapat dikaitkan dengan jenis kelamin, status perkawinan, dan pendapatan.
4. Kelompok Usia. Remaja lebih rentan mengalami loneliness dibanding kelompok usia lainnya. Hal ini disebabkan karena remaja memiliki harapan yang tinggi terhadap hubungan sosial. Selain itu dapat juga disebabkan karena kesenjangan selama masa transisi ketika remaja meninggalkan hubungan dekat dengan keluarganya dan mencoba membangun hubungan sosial dengan teman-temannya.
5. Faktor Lain. Individu yang memiliki risiko tinggi terhadap loneliness adalah individu yang baru saja pindah rumah, bercerai atau kematian pasangan, kematian orang-orang terdekat, baru memasuki dunia kerja, siswa yang pindah sekolah, ibu-ibu yang anaknya sudah dewasa dan meninggalkan rumah, mahasiswa yang berada di kelas internasional, imigran, veteran, para pengangguran, narapidana, dan individu yang menderita disabilitas atau penyakit yang serius. Beberapa penyebab tersebut dapat menyebabkan loneliness sementara ataupun loneliness dalam waktu yang lama.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesepian pada seseorang menurut Brehm, dkk (2002) di antaranya,
1. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang. Hubungan seseorang yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan hubungan yang tidak adekuat.
2. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan. Sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah mengubah apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut.
3. Self-esteem. Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada situasi yang beresiko secara sosial. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus menerus akibatnya akan mengalami kesepian.
4. Perilaku interpersonal. Kesepian juga disebabkan oleh perilaku interpersonal akan menentukan keberhasilan individu dalam membangun hubungan yang diharapkan. Dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian menilai orang lain secara negatif, tidak begitu menyukai orang lain, tidak mempercayai orang lain, menginterpretasikan tindakan orang lain secara negatif, dan cenderung memegang sikap-sikap yang bermusuhan.

D. Jenis Loneliness (Kesepian)
1. Berdasarkan Kondisi Sosialnya
Terdapat dua bentuk kesepian berdasarkan kondisi sosial menurut Santrock (2002) di antaranya,
a. Kesepian emosional (emotional loneliness), adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim, orang dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering mengalami kesepian jenis ini.
b. Kesepian sosial (social loneliness), adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya, tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisasi, perang- peran yang berarti. Suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas.

2. Berdasarkan Durasinya
Berdasarkan durasi kesepian dibagi menjadi tiga jenis menurut Weiten dan Lloyd (2008) di antaranya,
a. Transient Loneliness, yaitu perasaan kesepian yang singkat dan muncul sesekali, yang banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah cukup layak. Transient Loneliness hanya berlangsung sebentar saja, seperti ketika mendengarkan sebuah lagu atau ekspresi yang mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah pergi jauh.
b. Transitional Loneliness, yaitu ketika individu yang sebelumnya sudah merasa puas dengan kehidupan sosialnya. Seseorang menjadi kesepian setelah mengalami gangguan dalam jaringan sosialnya tersebut (misalnya meninggalnya orang yang dicintai, bercerai atau pindah ke tempat baru).
c. Chronic Loneliness, adalah kondisi ketika individu merasa tidak dapat memiliki kepuasan dalam jaringan sosial yang dimilikinya setelah jangka waktu tertentu. Kesepian kronis berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak dapat dihubungkan dengan stressor yang spesifik. Orang yang mengalami Kesepian kronis bisa saja berada dalam kontak sosial namun tidak memperoleh tingkat intimasi dalam interaksi tersebut dengan orang lain.

3. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya kesepian dibagi menjadi dua bentuk menurut Deaux dkk (1993) di antaranya,
a. Trait loneliness, yaitu kesepian yang cenderung menetap (stable pattern), sedikit berubah, dan biasanya dialami oleh orang yang memiliki self-esteem yang rendah, dan memiliki sedikit interaksi sosial yang berarti.
b. State loneliness, yaitu kesepian yang bersifat temporer, biasanya disebabkan oleh pengalaman-pengalaman dramatis dalam kehidupan seseorang.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Loneliness (Kesepian), Aspek, Faktor, dan Jenisnya"