Paradigma Sosiologi: Pengertian, Kegunaan, dan Macamnya

Pengertian Paradigma Sosiologi
Pengertian Paradigma
Konsep Paradigma berasal dari bahasa Yunani yaitu paradeigma yang berarti pola, model atau rencana. Konsep ini menjadi begitu populer sejak diterbitkannya karya Thomas Kuhn yaitu The Structure of Scientific Revolutions yang bertujuan menyingkap asumsi tentang cara-cara yang terjadi dalam perubahan ilmu.

Robert Friedrich (1970) memberikan definisi paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.

George Ritzer (1975) lebih memandang konsep paradigma sebagai hasil kesepakatan (konsensus) para ilmuwan dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari oleh suatu disiplin ilmu. Di mana kesepakatan tersebut pada akhirnya berkenan membentuk identitas dari suatu disiplin kelimuan.

Kegunaan Konsep Paradigma
Ritzer mengintisarikan bahwa konsep paradigma tersebut pada dasarnya mempunyai tiga kegunaan yaitu,
Pertama; sebagai pembeda antara komunitas ilmiah satu dengan lainnya,
Kedua; untuk membedakan antara tahap-tahap historis yang berbeda dalam perkembangan suatu ilmu, 

ketiga; sebagai pembeda antara cognitif groufings dalam suatu ilmu yang sama.

Paradigma Sosiologi
Menurut Robert Friedrich, berdasarkan apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) dari sosiologi. Terdapat dua macam paradigma dalam sosiologi yaitu: paradigma sistem dengan penekanan pada konsensus, serta paradigma konflik yang menekankan pada disintegrasi dan paksaan.

Kedua paradigma tersebut pada gilirannya melahirkan asumsi yang berlainan dalam pembentukan perspektif sebuah teori.

Sementara Ritzer membagi paradigma sosiologi menjadi tiga bagian yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial.
Paradigma Fakta Sosial
Ritzer meletakan teori konflik dan teori fungsional termasuk teori sistem dalam paradigma fakta sosial dengan asumsi terdapat pokok kajian yang sama yaitu, fenomena struktur sosial skala luas dan institusi, serta efeknya terhadap pemikiran dan aksi individu.

Ritzer melihat paradigma fakta sosial ini adalah sebagai paradigma yang memiliki warna deterministik.

1. Exemplar
Exemplar paradigma Fakta Sosial ini diambil dari kedua karya Durkheim. Durkheim meletakan landasan paradigma Fakta Sosial melalui karyanya The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897).

Dua karya tersebut dimaksudkan Durkheim untuk memisahkan sosiologi dari pengaruh filsafat dan psikologi, serta membantu sosiologi guna mendapatkan lapangan penyelidikannya sendiri maka Durkheim membangun satu konsep yakni, Fakta Sosial (social fact). Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi.

2. Pokok Persoalan
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut paradigma ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besarnya fakta sosial terdiri atas dua tipe. Masing-masing adalah struktur sosial (social structur) dan pranata sosial (social institution).

Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri atas: kelompok, kesatuan masyarakat tertentu (societies), sistem sosial, posisi/status, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintah dan lain sebagainya.

Di mana menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial, yakni nilai-nilai umum (common values) dan Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.

Norma-norma dan pola nilai ini bisa disebut institution atau di sini diartikan dengan pranata. Sedangkan jaringan hubungan sosial di mana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari individu dan sub kelompok dapat dibedakan sering diartikan sebagai "struktur" sosial.

Dengan demikian, struktur sosial dan pranata sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi menurut paradigma fakta sosial.

3. Teori-teori
Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial ini. Masing-masing adalah, teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem, serta teori sosiologi makro.

Dari keempat varian teori tersebut yang paling dominan adalah teori fungsionalisme struktural dan teori konflik.

4. Metode
Penganut paradigma fakta sosial cenderung mempergunakan metode kuesioner dan interview dalam penelitian empiris mereka.

Paradigma Definisi Sosial
1. Exemplar
Exemplar paradigma ini adalah salah satu aspek yang sangat khusus dari karya Max Weber, yakni dalam analisanya tentang tindakan sosial (social action). Berbeda dengan Durkheim, Weber tidak memisahkan dengan tegas antara struktur sosial dengan pranata sosial.

Struktur sosial dan pranata sosial keduanya membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau penuh makna.

2. Pokok Persoalan
Weber sebagai pengemuka exemplar dari paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Kedua hal inilah yang menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah tindakan yang penuh arti dari individu.

Yang dimaksud dengan tindakan sosial di sini adalah tindakan individu sepanjang tindakannya tersebut memiliki makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.

Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal.

Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasar, yakni konsep tentang penafsiran atau pemahaman, serta konsep yang menyangkut metode untuk menerangkan yang pertama.

3. Teori-teori
Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi sosial ini. Masing-masing adalah teori aksi (action theory), interaksionisme simbolik (simbolic interactionism) dan fenomenologi (phenomenology).

Ketiga teori tersebut mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya, manusia adalah aktor kreatif dari realitas sosialnya.

Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan lain sebagainya seperti yang diasumsikan paradigma fakta sosial.

Manusia mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak di luar kontrol dari fakta sosial.

4. Metode
Penganut paradigma definisi sosial ini cenderung mempergunakan metode observasi dalam penelitian mereka. Alasannya adalah untuk dapat memahami realitas intrasubjektif dari tindakan sosial dan interaksi sosial.

Paradigma Perilaku Sosial
1. Exemplar
Pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama, khususnya dalam psikologi. Kebangkitannya di seluruh cabang ilmu sosial di zaman modern, terutama dalam sosiologi ditemukan dalam karya B. F Skinner, yang sekaligus pemuka exemplar paradigma ini.

Melalui karya itu Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi.

Skinner melihat dua paradigma sebelumnya sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional.

Dengan memusatkan perhatian pada kedua persoalan yang dibahas oleh kedua paradigma tersebut, berarti menjauhkan sosiologi dari objek studi berupa barang sesuatu yang konkrit realis.

Menurutnya, objek studi sosiologi yang konkrit-realis itu adalah: perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement).

2. Pokok Persoalan
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya. Lingkungan terdiri atas:
a. Bermacam-macam objek sosial
b. Bermacam-macam objek non-sosial

Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek non sosial.

Singkatnya hubungan antara individu dengan objek sosial dan hubungan antara individu dengan objek non sosial dikuasai oleh prinsip yang sama.

Atau dengan kata lain yang menjadi pokok persoalan paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.   

3. Teori-teori
Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial, yaitu teori behavioral sosiologi yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi, dan teori exchange yang dipelopori George Homans.

4. Metode
Paradigma perilaku sosial dapat menggunakan metode yang dipergunakan oleh paradigma yang lain seperti kuesioner, interview dan observasi.

Namun demikian paradigma ini lebih banyak mempergunakan metode eksperimen dalam penelitiannya.

Dari berbagai sumber yang relevan 

Download 

Penjelasan Mengenai Paradigma Sosiologi di Media Sosial

https://youtu.be/UxRrLPz72PQ?si=LQv4o7rGm4awx2EJ

https://www.instagram.com/p/C62s9q0ROu5/

https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7367982965223181584
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Paradigma Sosiologi: Pengertian, Kegunaan, dan Macamnya"