Teori Interaksionisme Simbolik: Pengertian, Konsep, Asumsi, Teori, Tokoh, Contoh Penerapannya

Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik
Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolik adalah salah satu lingkup teori-teori dalam keilmuan sosiologi. Jikalau mengacu pada konsep multipel paradigma Ritzer, interaksionisme simbolik masuk dalam paradigma definisi sosial dengan kerangka kerja teori-teori dari Max Weber tentang tindakan sosial.

Teori interaksionisme simbolik memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori ini berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan individu lain. 

Baca Juga: Pengertian Konsep Diri, Komponen, Bentuk, Faktor, Macam, dan Perkembangannya

Teori interaksionisme simbolik diperkenalkan oleh Herbert Blumer yang merupakan turunan dari pemikiran George Herbert Mead. Pembahasan teori ini secara spesifik membahas seputar bagaimana seorang individu dalam berperilaku dan menentukan keputusan diri dalam ruang lingkup sosial yang ia lakukan secara sadar.
 
Demikian, terdapat beberapa konsep penting dalam teori interaksionisme simbolik ini di antaranya,
1. Pikiran (Mind)
Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan makna sosial. Oleh sebab itu, setiap individu harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan individu lainnya.

2. Diri (Self)
Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri dari setiap individu melalui penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain. Teori interaksi simbolik ini menjadi salah satu cabang teori sosiologi yang mengemukakan mengenai diri sendiri dan dunia luarnya.

3. Masyarakat (Society)
Masyarakat merupakan jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, serta dikonstruksikan oleh setiap individu di tengah masyarakat. Setiap individu tersebut terlibat aktif dalam perilaku yang dipilih. Ia melakukannya secara sukarela. Kemudian, pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.

Baca Juga: Teori Peran (Role Theory): Pengertian, dan Beberapa Konsep Pentingnya

Dari ketiga konsep tersebut, teori interaksionisme simbolik ini memiliki beberapa asumsi dasar di antaranya,
Herbert Blumer:
1. Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka.
2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.
3. Makna dimodifikasi melalui interpretasi.

La Rossan:
1. Interaksi antar individu dapat mengembangkan konsep diri seseorang.
2. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku seseorang.

Berdasarkan dua pendapat ahli tersebut, dalam buku Introducing Communication Theory: Analysis and Application karya Richard West dan Lynn H. Turner pada 2007, dapat disimpulkan bahwa terdapat ketujuh asumsi teori interaksionisme simbolik ini di antaranya,
1. Manusia bertindak atau memperlakukan orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada dirinya.
2. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretatif.
4. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
5. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
6. Orang serta kelompok-kelompok dipengaruhi oleh budaya dan sosial.
7. Struktur sosial diciptakan melalui interaksi sosial.

Teori-teori dalam Teori Interaksionisme Simbolik
Di antara teori-teori yang masuk dalam lingkup teori interaksionisme simbolik ini adalah teori yang dikembangkan oleh George Herbert Mead dan Erving Goffman. Keduanya menjelaskan mengenai interaksi sosial sebagai salah satu bentuk aktivitas manusia yang memengaruhi kepribadian setiap orang.

Kedua ahli sosiologi tersebut merumuskan teori mengenai interaksi sosial. Teori tersebut dikenal dengan interaksionisme simbolik dan dramaturgi.
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Menurut George Herbert Mead teori interaksionisme simbolik merupakan interaksi sosial yang terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol-simbol tersebut dapat menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial antara individu satu dengan individu lainnya.

2. Teori Dramaturgi
Menurut Erving Goffman—pencetus teori dramaturgi—mendefinisikan teori dramaturgi sebagai interaksi sosial yang serupa dengan pertunjukkan seni. Hal tersebut disebabkan oleh setiap interaksi sosial terdiri dari dua jenis kehidupan, yakni backstage (belakang panggung) dan frontstage (depan panggung).

Baca Juga: Erving Goffman. The Presentation of Self in Everyday Life

Teori ini menggambarkan adanya perbedaan pola interaksi dalam kehidupan manusia. Perbedaan tersebut dilihat dari kondisi dan situasi.

Tokoh dalam Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik menjadi salah satu teori baru yang muncul setelah adanya teori aksi (action theory), yang dipelopori oleh Max Weber. Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli seperti John Dewey, Chales Horton Cooley, George Herbert Mead dan Herbert Blumer.

Namun, secara mendalam, teori interaksionisme simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead, filsuf, sosiolog dan psikolog di Universitas Chicago. Berikut beberapa pandangan tentang teori interaksionisme simbolik yang diperkenalkan oleh beberapa ahli tersebut di antaranya,
1. John Dewey
Bagi Dewey, pikiran manusia tidak hanya berperan sebagai instrumen, tetapi menjadi bagian dari sikap manusia. Pikiran dan manusia saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Adapun interaksi antarmanusia terjadi karena mereka berpikir.

Manusia sendiri terlibat secara aktif dalam proses pengenalan yang menghasilkan citra manusia. Citra yang dibentuk sifatnya dinamis atau dapat berubah, kreatif, dan penuh dengan harapan atau optimistik.

2. Charles Horton Cooley
Cooley memandang hidup manusia secara sosial ditentukan oleh bahasa, pendidikan, dan interaksionisme. Setiap manusia harus dipandang sebagai keseluruhan organis, yang mana individu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Relasi yang terbentuk merupakan tanggapan dari sikap atau tindakan masing-masing individu.

Cooley juga mengembangkan teori mengenai diri (self). Baginya, diri merupakan produk dari interaksionisme. Diri dari setiap individu akan memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat (orang lain) kepadanya.

Adapun tahap-tahap pemantulan diri, di antaranya sebagai berikut.
a. Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya yang akan tampak di mata orang lain.
b. Seseorang membayangkan bagaimana orang lain akan menilai tindakan atau perilaku tersebut.
c. Seseorang membangun konsepsi mengenai diri sendiri berdasarkan penilaian dari orang lain terhadap dirinya.

Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa diri seseorang tidak dapat terlepas dari orang lain. Mereka saling melengkapi. Jika pandangan orang lain baik mengenai diri kita maka diri kita akan berkembang dengan baik pula begitu pun sebaliknya. Jika diri kita dinilai buruk maka akan membawa dampak buruk bagi diri sendiri.

3. George Herbert Mead
Dengan dasar pemikiran tersebut, Mead melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi secara ilmian. Proses evolusi tersebut memungkinkan manusia menyesuaikan diri secara alamiah pada lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya.

Bagi Mead, pikiran (mind) menjadi bagian fenomena sosial, pikiran bukanlah proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang dipengaruhi oleh proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran dan proses sosial bukan menjadi produk pikiran.

Baca Juga: George Herbert Mead. Konsep Diri (Self)

Mead juga mengungkapkan bahwa pikiran memiliki kemampuan untuk memunculkan tidak hanya satu respons dari diri sendiri, tetapi juga terdapat respons komunitas secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan adanya keterhubungan antara pikiran dengan respons terhadap organisasi tertentu.

Selain diri, Mead juga mengungkapkan mengenai teori diri (self). Baginya diri merupakan kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai objek dan di lain pihak sebagai subjek. Dalam relasi sosial, diri memegang peran sebagai objek dan subjek.

Ia akan muncul dan berkembang ketika terjadi komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Bayi yang baru lahir belum memiliki diri karena diri dapat terbentuk dari aktivitas dan hubungan sosial. Diri juga berhubungan secara dialektis dengan pikiran.

Mead juga mengemukakan pendapat mengena masyarakat (society) bahwa proses sosial tidak ada hentinya, yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pikiran dan diri. Masyarakat menjadi kumpulan tanggapan yang terorganisir sehingga berpengaruh pada pembentukan diri.

4. Herbert Blumer
Pemikiran Blumer mengenai interaksionisme simbolik dipengaruhi oleh Mead. Gagasan-gagasan yang menjadi premis atau dasar untuk menarik kesimpulan menurut Blumer sebagai berikut.
a. Manusia bertindak atas sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
b. Makna itu diperoleh dari interaksionisme sosial yang dilakukan dengan orang lain.
c. Makna-makna tersebut disempurnakan dalam interaksionisme sosial yang sedang berlangsung.

Menurut Blumer, masyarakat tidak berdiri secara statis, stagnan, dan semata-mata didasari oleh struktur makro. Esensi masyarakat harus ditemukan dalam diri manusia dan tindakannya. Adapun kehidupan masyarakat terdiri dari tindakan mereka sendiri.

Masyarakat menjadi sekelompok orang yang melakukan tindakan dan aktivitas kompleks secara terus menerus. Tindakan yang dilakukan oleh individu tidak hanya berdampak bagi dirinya, tetapi juga menjadi bagian tindakan bersama yang disebut dengan tindakan sosial.

Contoh Penerapan Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, seperti:
1. Pendidikan
Teori ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana siswa dan guru berinteraksi di dalam kelas, bagaimana mereka memberikan dan menerima makna terhadap materi pelajaran, bagaimana mereka membentuk identitas diri sebagai pelajar atau pengajar, dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.

2. Kesehatan
Teori ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana pasien dan dokter berinteraksi di dalam rumah sakit, bagaimana mereka memberikan dan menerima makna terhadap penyakit, obat, atau tindakan medis, bagaimana mereka membentuk identitas diri sebagai penderita atau penyembuh, dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan kesehatan.

3. Media
Teori ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana penonton dan produsen media berinteraksi melalui media massa, bagaimana mereka memberikan dan menerima makna terhadap pesan, gambar, atau suara yang disampaikan media, bagaimana mereka membentuk identitas diri sebagai konsumen atau produsen media, dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan media.

Dari Berbagai Sumber

Download

Lihat Juga

Materi Sosiologi Kurikulum Merdeka

Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 3: Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi Kelas X Bab 3: Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas (Kurikulum Merdeka)

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Teori Interaksionisme Simbolik: Pengertian, Konsep, Asumsi, Teori, Tokoh, Contoh Penerapannya"