Patah Hati (Broken Heart): Pengertian, Fase Pemulihan, Penyebab, Fakta, dan Obatnya

Pengertian Patah Hati atau Broken Heart
Pengertian Patah Hati (Broken Heart)
Patah hati atau cabar hati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hilang keberanian; hilang kemauan; tidak mau berusaha (berkumpul) lagi; kecewa karena putus percintaan; kecewa karena harapannya gagal. Kata lain, sakit hati yaitu perasaan tidak senang (dendam, benci, dan sebagainya) karena dihina (dilukai hatinya).

Patah hati (Broken Heart) merupakan sebuah metafora yang digunakan untuk menggambarkan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta.

Frasa patah hati ini mengarah pada sakit fisik yang dirasakan seseorang di dada sebagai dampak kehilangan tersebut, tetapi ada pula perpanjangannya yang meliputi trauma emosional ketika perasaan tersebut tidak dialami sebagai wujud sakit somatik. 

Baca Juga: Trauma: Pengertian, Gejala, Penyebab, Jenis, dan Cara Menghilangkannya

Meskipun biasanya tidak memberi kerusakan fisik apa pun pada jantung, terdapat sebuah kondisi bernama kardiomiopati takotsubo (sindrom patah hati), yaitu ketika sebuah insiden traumatik mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke jaringan jantung yang melemah.

Fase Pemulihan Patah Hati (Broken Heart)
Tak ada yang tahu pasti berapa lama patah hati akan sembuh dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk seseorang bangkit dari keterpurukan. Namun, sebuah penelitian dari Journal of Positive Psychology mengatakan bahwa butuh waktu rata-rata sekitar 11 minggu untuk seseorang merasa lebih baik setelah ia merasa putus cinta.

Selain itu, sebuah penelitian terpisah juga menyebutkan 18 bulan merupakan waktu yang tepat untuk seseorang pulih dari patah hati karena pernikahan berakhir. Pada kenyataannya, patah hati adalah proses yang menyedihkan serta terlihat berbeda bagi semua orang. Tak ada waktu pasti kapan seseorang akan bangkit dari kondisi ini.

Meski demikian, terdapat beberapa fase yang bisa menjadi tanda bahwa seseorang sudah pulih dari patah hati yang ia rasakan di antaranya,
Fase 1
Fase pertama Anda mulai membuka diri dengan orang lain. Umumnya, seseorang yang tengah patah hati kemudian akan enggan untuk berkenalan dengan orang baru. Hal ini dikarenakan Anda masih terpaku serta terfokus pada mantan pasangan Anda. Akan tetapi, jika Anda mulai bisa membuka diri dengan orang lain, maka hal ini kemudian menjadi kabar baik untuk Anda.

Fase 2
Tidak merasa cemas ataupun sedih saat mendengarkan nama mantan. Tahapan sakit hati yang paling parah adalah saat Anda langsung menangis, merasa stres, dan cemas, bahkan jantung berdebar ketika mendengar nama orang yang membuat Anda patah hati.

Jika kondisi tersebut tidak lagi terjadi, maka hal ini kemudian menjadi tanda lainnya Anda untuk pulih dari rasa sakit hati.

Baca Juga: Pengertian Kecemasan (Anxiety), Gejala, Penyebab, Jenis, dan Tingkatannya

Fase 3
Anda sudah dapat berdamai dengan diri sendiri. Dengan semakin cepat Anda berdamai dengan diri sendiri, maka semakin cepat juga rasa sakit hati yang Anda rasakan akan hilang. Anda tidak dapat memaafkan atau berdamai dengan orang lain, jika Anda belum berdamai dengan diri sendiri.

Penyebab Patah Hati (Broken Heart)
Tentunya patah hati tidak terjadi begitu saja, terdapat beberapa penyebab yang dapat dijadikan contoh di antaranya,
1. Putusnya hubungan percintaan
Bagi sebagian besar remaja, salah satu penyebab patah hati yang cukup umum adalah karena putusnya sebuah hubungan percintaan. Sebuah hubungan percintaan yang telah dibangun bersama orang yang dicintai bisa menyebabkan rasa kehilangan dan duka yang mendalam ketika hubungan itu berakhir.

2. Kematian orang yang disayangi
Penyebab kedua dari patah hati yang cukup menyakitkan adalah karena kematian seseorang yang disayangi. Sebenarnya hal ini tidak terbatas pada manusia saja, ketika kehilangan barang atau hewan kesayangan, kita juga akan cenderung merasakan patah hati.

Perasaan ini muncul karena rasa kasih sayang terhadap manusia, benda, atau hewan yang meninggalkan kita. 

Baca Juga: The Five Stages of Grief: Pengertian, dan Tahapannya

3. Tidak tercapainya mimpi atau cita-cita
Patah hati tidak hanya dapat disebabkan oleh orang lain. Terkadang, hal-hal seperti ekspektasi, mimpi, dan cita-cita juga dapat membuat kita merasa patah hati. Ketika apa yang sudah kita rancang dan rencanakan dengan baik tidak berjalan lancar, kita bisa merasakan patah hati dan kekecewaan yang besar.

4. Kehilangan teman dekat
Sosok sahabat yang selalu ada untuk kita, lantas suatu hari mendadak berubah atau tidak lagi memedulikan kita, juga bisa menumbuhkan perasaan patah hati. Kehilangan teman dekat atau sahabat yang sudah benar-benar menjadi bagian dari diri kita pasti akan meninggalkan luka yang mendalam pada hati.

5. Kehilangan pekerjaan
Sebagian besar orang dewasa mungkin pernah mengalami hal ini. Ketika sudah nyaman dan betah dalam suatu pekerjaan, tiba-tiba kita harus beralih atau berganti pekerjaan. Tentu hal ini bukan hal yang mudah. Kehilangan pekerjaan yang kita sukai dan senangi juga dapat menyebabkan patah hati.

Fakta tentang Patah Hati (Broken Heart)
Berikut beberapa fakta tentang patah hati dari sudut pandang ilmiah:
1. Patah hati punya nama ilmiah sendiri
Di dunia medis, patah hati dikenal dengan nama stress-induced cardiomyopathy. Sindrom ini bisa menyerang siapa pun, bahkan jika kondisi fisik kita sehat dan bugar. Patah hati menimbulkan rasa nyeri yang intens di dada dan dipicu dari pengalaman emosional yang menyakitkan.

Misalnya, orang terdekat yang meninggal, perceraian, putus cinta, diabaikan atau mengalami penolakan. Laman Heart.org menyebut bahwa perempuan lebih rentan mengalami hal ini, karena reaksi dari hormon yang memicu stres berlebih.

2. Perubahan pada jantung ketika mengalami patah hati
Patah hati kerap salah didiagnosis sebagai serangan jantung, sebab gejalanya yang serupa. Hasil tes menunjukkan bahwa terjadi perubahan ritme jantung yang dramatis dan tekanan darah yang mirip dengan gejala serangan jantung, jelas laman Heart.org. Perbedaannya, patah hati tidak menyebabkan penyumbatan arteri jantung.

Ketika patah hati, sebagian jantung akan membesar untuk sementara dan tidak memompa darah dengan baik. Sementara, bagian jantung yang lain akan berfungsi normal, atau bahkan mengalami kontraksi yang lebih kuat. Kabar buruknya, patah hati bisa menyebabkan kegagalan otot jantung ketika kita berlarut-larut dalam duka.

3. Kenali gejala-gejala ini ketika Anda patah hati
Tubuh kita mengalami perubahan ketika patah hati. Gejala yang umum terjadi adalah angina (nyeri dada) dan sesak napas. Selain itu, kita juga berisiko mengalami aritmia, di mana detak jantung menjadi tidak beraturan.

Shock kardiogenik juga bisa terjadi. Hal ini ditandai dari jantung yang tiba-tiba melemah dan tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, ungkap laman Heart.org.

Anda harus sigap, karena ini bisa menjadi fatal bila tak diobati segera. Sebab, ketika seseorang meninggal akibat serangan jantung, penyebab kematiannya paling banyak karena shock kardiogenik.

4. Hormon yang dikeluarkan tubuh ketika patah hati
Ketika kita jatuh cinta, otak mengeluarkan hormon kebahagiaan, seperti dopamin dan oksitosin. Namun, ketika patah hati, otak mengeluarkan hormon yang berbeda, yaitu cortisol dan epinephrine.

Efek dari hormon-hormon ini di antaranya, terlalu banyak kortisol dapat menyebabkan otot membengkak, sakit kepala, leher kaku dan dada sesak, terang laman Hey Sigmund. Selain itu, masalah lain dapat terjadi, seperti kram perut, diare, masalah tidur hingga kehilangan nafsu makan.

5. Patah hati bisa menyebabkan kematian
Ternyata, patah hati lebih berbahaya dari yang kita pikir. Bahkan, patah hati bisa menyebabkan kematian! Dalam beberapa kasus, patah hati memicu stres dan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada jantung, ungkap laman NBC News. Ini dikenal juga dengan sebutan takotsubo cardiomyophaty atau broken heart syndrome.

Sejarahnya, sindrom ini pertama kali diketahui di Jepang pada tahun 1990. Cardiomyophaty membuat otot jantung melemah, namun di sisi lain dapat menyebabkan pembengkakan jantung dan kontraksi otot jantung yang lebih kuat.

6. Patah hati dapat menurunkan kepercayaan diri dan memicu depresi
Tidak hanya berdampak buruk pada fisik, patah hati juga bisa memiliki efek buruk pada kesehatan mental. Peneliti dari Virginia Commonwealth University melakukan penelitian pada 7 ribu orang dan menganalisa level depresi dan kecemasan berdasarkan pengalaman traumatis yang pernah mereka alami.

Peneliti mendapat kesimpulan bahwa rasa kehilangan akibat patah hati dapat berpengaruh pada turunnya rasa kepercayaan diri, terang laman Elite Daily. Bahkan, ini juga bisa mengarah pada gangguan kecemasan dan depresi.

Baca Juga: Pengertian Percaya Diri, Aspek, Ciri, Faktor, Proses, Manfaat, Cara, dan Contohnya

7. Patah hati memicu masalah tidur
Ketika patah hati, akan sulit untuk menenangkan pikiran dan beristirahat normal seperti biasa. Justru, yang sering terjadi adalah overthinking dan mengingat-ingat kembali apa yang sudah terjadi. Berharap, semuanya bisa diperbaiki kembali seperti dulu. Tidak heran kalau kita mengalami kesulitan tidur setelah patah hati terjadi.

Stres akibat putus cinta dapat membuat kita cemas berkepanjangan. Kesedihan dan kehilangan dapat memengaruhi sistem saraf dan membuat kita sedikit kehilangan kendali. Inilah yang memengaruhi insomnia muncul pada periode ketika kita patah hati, terang Ronald Alexander, psikoterapis dan penulis buku, seperti yang dituturkan pada laman Huffpost.

8. Patah hati memicu perubahan pola makan
Dan terakhir, patah hati juga bisa mengubah pola makan. Kita bisa kehilangan selera makan secara total ataupun justru makan lebih banyak dari biasanya.

Makan seolah menjadi pelampiasan dan pelarian atas luka di hati. Ketika patah hati, kita cenderung mencari makanan yang tinggi kalori, gula dan garam. Bahkan, di sebagian kasus, sebagian orang melarikan patah hati dengan alkohol.

Sebaliknya, patah hati juga mendorong kita untuk malas makan. Seolah kita tak berhasrat dan kehilangan nafsu makan, meskipun kenyataannya kita lapar. Pengaruh hormon yang mendorong terjadinya perubahan pada pola makan, terang laman Huffpost.

Obat Patah Hati (Broken Heart)
1. Cintai diri sendiri
Percaya atau tidak, saat putus dengan pasangan, salah satu cara terbaik yang dapat Anda lakukan untuk move on ialah dengan semakin mencintai diri sendiri. Mungkin ini bukan hal yang mudah, untuk dilakukan, tetapi sangat penting. Percayalah bahwa Anda berhak mendapatkan yang terbaik dengan menjalani hubungan yang lebih baik.

Baca Juga: Self Love: Pengertian, Manfaat, dan Caranya

Jadi, maafkanlah segala kesalahan yang mungkin pernah Anda lakukan terhadap mantan pasangan. Hal ini karena menjadi bagian dari mencintai diri sendiri. Jadi, sebisa mungkin untuk hindari menyalahkan diri sendiri saat hubungan yang Anda jalani tidak berhasil dan harus berakhir begitu saja.

Terima juga segala kesalahan yang telah lalu, baik dari diri maupun dari pasangan. Perbaiki kesalahan-kesalahan ini agar dapat menjalani hubungan yang lebih baik lagi ke depannya.

2. Terbuka terhadap perasaan sedih dan sakit hati
Tidak sedikit orang yang lebih memilih untuk berpura-pura tak ada apa-apa saat putus dengan pasangan. Padahal, rasa sedih, marah, serta rasa kecewa harus bisa Anda terima secara terbuka, setidaknya untuk diri sendiri. Artinya, akuilah kepada diri sendiri, bahwa Anda sedang merasa sedih, kecewa, atau marah pada situasi tersebut.

Hal ini kemudian dapat menjadi cara terbaik untuk move on, karena menerima perasaan-perasaan ini akan memudahkan untuk sembuh dari rasa sedih, kecewa, serta rasa marah tersebut. Selain itu, Anda juga tidak akan dapat menghadapinya tanpa merasakannya terlebih dahulu.

Meski begitu, perlu diingat bahwa membiarkan diri merasakan perasaan ini tidak sama dengan membiarkan pikiran-pikiran negatif mengenai situasi tersebut hinggap serta berkuasa dalam kepala.

3. Jangan menyalahkan diri sendiri terlalu lama
Pola pikir tak bahagia, sedih depresi stres, pusing akan dirasakan saat pasangan memutuskan hubungan secara sepihak, maka pihak yang diputuskan melakukan kritik yang terlalu keras kepada diri sendiri. Padahal, kritik adalah musuh besar yang datang dari dalam diri Anda. Suara-suara negatif yang hidup dalam kepala ini kemudian harus dapat Anda kelola agar tidak menyakiti diri sendiri.

Suara-suara ini justru menjerumuskan untuk merasa bersalah pada hubungan yang telah kandas, merasa tak berguna serta tak berarti setelah pasangan memilih untuk pergi. Selain itu, hal ini juga akan membuat proses move on menjadi semakin sulit.

Bukannya bangkit serta melangkah maju, Anda mungkin saja menjadi semakin terpuruk jika terus mendengarkannya dan membiarkan kritikan ini menguasai diri. Jadi, salah satu cara terbaik untuk move on adalah dengan tidak melakukan kritik terhadap diri sendiri.

4. Putus merupakan bagian kecil dari kehidupan
Putus hubungan dengan pasangan bukan berarti dunia Anda telah berakhir. Anda boleh merasa sedih, namun jangan menganggap akhir dari hubungan sebagai akhir dari kehidupan. Setiap orang tentunya pernah mengalami situasi yang tak menyenangkan dalam hidup.

Jika orang lain dapat melaluinya, maka Anda dapat melakukan hal yang sama. Saat ini, Anda mungkin masih merasa sedih, kesepian, kehilangan, serta berbagai perasaan lainnya. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, perasaan ini kemudian akan mereda serta sembuh. Dengan begitu, rasa sakit yang dialami saat ini dapat menjadi sebuah pelajaran berharga di kemudian hari.

Itu sebabnya, salah satu cara move on terbaik adalah dengan menjadikan hubungan yang telah kandas sebagai bagian kecil, bukan pusat utama dari hidup. Percayalah bahwa Anda tak membutuhkan orang, benda, atau apapun untuk menjadi satu  kesatuan yang utuh.

5. Curahkan isi hati kepada pada orang terdekat (curhat)
Curhat dapat menjadi salah satu cara terbaik untuk move on. Anda dapat menceritakan masalah yang tengah dialami kepada orang terdekat atau kepada psikolog. Ingat, pergi ke psikolog atau ahli kesehatan mental tidaklah menandakan bahwa Anda sedang mengalami gangguan kesehatan mental.

Setidaknya, saat berbagi pada orang lain, Anda tak akan merasa kesepian. Terlebih lagi, jika orang ini dapat bersimpati terhadap apa yang terjadi dan dapat membantu melalui masa-masa sulit ini. Percayalah bahwa ada banyak orang yang ingin menemani Anda di dalam kondisi tersebut.

6. Mempraktikkan mindfulness mencegah neuropati berpikir positif negatif demensia
Mindfulness merupakan suatu kemampuan untuk memahami, memberikan toleransi, serta menghadapi segala perasaan yang Anda miliki dengan cara yang baik. Selain itu, cara ini juga dapat membantu untuk mengurangi stres dengan menerima perasaan dan pikiran tanpa menghakiminya. Hal ini dapat Anda lakukan sebagai cara move on terbaik. Mindfulness tidak melulu harus dilakukan melalui meditasi.

Baca Juga: Mindfulness: Pengertian, Prinsip, Tujuan, Manfaat, dan Cara Mengembangkannya

Anda juga dapat melakukannya dengan membiasakan diri menerima segala perasaan yang muncul, namun tak selalu harus Anda percayai. Jadi, fokuslah saja terhadap hal-hal baik serta lupakan hal-hal yang buruk. Menurut Psychalive, hal ini kemudian akan sangat membantu untuk segera move on dari pasangan serta hubungan yang telah lalu. Dengan begitu, Anda dapat menyambut kebahagiaan-kebahagiaan lain yang menanti.

7. Hapuslah kontak mantan
Anda tak perlu berteman dengan mantan pasangan hanya untuk terlihat tegar. Lebih baik, utamakanlah perasaan hingga benar-benar pulih sebelum memutuskan apakah masih penting untuk menjalin hubungan yang baik dengannya. Ini juga menjadi cara move on terbaik yang patut Anda coba.

Namun, ini bukan berarti Anda harus menghindari mantan pasangan selamanya. Jika beberapa tahun ke depan Anda sudah sembuh dari perasaan sedih dan kecewa kepadanya, kemungkinan berteman dengan mantan tentunya masih bisa terjadi.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Patah_hati
https://www.gramedia.com/best-seller/obat-sakit-hati/
https://yoursay.suara.com/lifestyle/2022/08/23/130256/5-penyebab-patah-hati-kamu-pernah-mengalaminya
https://www.liputan6.com/citizen6/read/4964819/jangan-berlarut-larut-ini-tips-atasi-patah-hati-dari-pakar-cinta
https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/yang-terjadi-pada-otak-dan-tubuh-ketika-patah-hati 

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Patah Hati (Broken Heart): Pengertian, Fase Pemulihan, Penyebab, Fakta, dan Obatnya"