Food Producing: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya dengan Food Gathering

Pengertian Food Producing
Food Producing
Pengertian Food Producing
Food producing adalah periode ketika manusia prasejarah dapat memproduksi makanan sendiri dengan cara beternak dan bercocok tanam, mereka mulai meninggalkan hidup nomaden untuk tinggal menetap. Periode ini disebut sebagai Revolusi Neolitik karena dianggap sebagai periode revolusi besar-besaran dalam peradaban manusia, di mana terjadi perubahan yang mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan manusia.

Pada awalnya, praktik bercocok tanam masih dilakukan dengan amat sederhana dan berpindah-pindah menurut keadaan kesuburan tanah. Setelah tanah pertanian dianggap tidak subur lagi, mereka akan berpindah untuk mencari lahan baru. Tanaman yang dibiakkan pada masa ini misalnya adalah keladi, ubi, sukun, pisang, gandum, padi, kentang, jagung, kedelai, dan beberapa jenis buah-buahan.

Di sisi lain, masyarakatnya juga telah mengenal teknik penjinakan hewan dan bertukar barang. Hewan-hewan seperti anjing, babi, kerbau, kuda, dan jenis-jenis unggas akan dipelihara untuk persediaan makanan dan keperluan pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia prasejarah pada periode ini kerap menukar hasil bercocok tanam mereka. Manusia prasejarah yang telah mengembangkan budaya pertanian adalah Homo sapiens.  

Karakteristik Food Producing
1. Masyarakatnya bisa bercocok tanam
Manusia pada masa food producing sudah mulai menghasilkan makanan sendiri, tidak lagi tergantung sepenuhnya pada alam. Mereka telah mengembangkan kemampuan bercocok tanam dengan membuka hutan, kemudian menanaminya dengan sayur dan buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Tanaman yang dibiakkan pada masa ini misalnya adalah keladi, ubi, sukun, pisang, gandum, padi, kentang, jagung, kedelai, dan beberapa jenis buah-buahan.

2. Masyarakatnya bisa beternak
Kehidupan pada periode sebelumnya, yakni berburu dan meramu, tidak ditinggalkan manusia purba masa food producing. Namun, pada masa ini, manusia purba telah mengembangkan kemampuan untuk beternak dan menjinakkan hewan Binatang buruan yang ditangkap tidak semuanya langsung di makan, ada yang dijinakkan untuk dipelihara dan ada yang diternak. Hewan-hewan seperti anjing, babi, kerbau, kuda, dan jenis-jenis unggas akan dipelihara untuk persediaan makanan dan keperluan pertanian.

3. Masyarakatnya hidup menetap
Memasuki masa food producing, pola hunian manusia purba berubah. Karena telah mengenal cara bercocok tanam, manusia purba tidak lagi berpindah-pindah tempat atau nomaden, tetapi menetap di suatu wilayah. Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya.

Karena hunian mereka telah menetap, masyarakat masa food producing hidup secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil. Mereka juga menunjuk pemimpin atau ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.

4. Membuat rumah panggung
Masyarakat pada masa food producing tidak lagi memanfaatkan gua-gua sebagai tempat tinggal, tetapi sudah bisa membuat rumah sendiri. Mereka menetap di perkampungan kecil yang terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong dengan sistem pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki. Biasanya, para laki-laki bertugas membangun rumah, sementara perempuan membersihkan dan menghiasnya.

5. Mengenal sistem barter
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia prasejarah pada masa food producing diperkirakan sudah mengenal barter. Barter merupakan bentuk awal perdagangan yang memfasilitasi pertukaran barang dan jasa ketika manusia belum mengenal ulang. Barang yang dipertukarkan umumnya dari hasil bercocok tanam mereka.

6. Alat-alat batu sudah diasah dan dihias
Manusia praaksara pada masa food producing menggunakan peralatan dari batu dan tulang yang telah diupam (diasah). Alat-alat yang umumnya diumpam adalah beliung, kapak lonjong, mata panah, dan mata tombak.

7. Membuat pakaian dan gerabah
Dari penemuan berupa alat pemukul kayu, manusia pada masa food producing diduga sudah mengenal pakaian yang terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang. Selain itu, penyelidikan arkeologi membuktikan bahwa tradisi membuat benda-benda gerabah mulai dikenal pada masa ini.

8. Adanya sistem kepercayaan animisme dan dinamisme
Masyarakat pada masa food producing mengenal kepercayaan akan hal gaib dan orang yang meninggal akan memasuki alam lain. Oleh karenanya, orang yang meninggal biasanya dibekali benda-benda keperluan sehari-hari. Secara umum, sistem kepercayaan pada masa bercocok tanam dapat dibagi ke dalam dua aliran, yaitu animisme (kepercayaan terhadap roh leluhur) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda gaib).

Perbedaan Food Gathering dan Food Producing
Food gathering adalah pengumpulan makanan secara mentah untuk diramu di rumah. Sedangkan food producing adalah kegiatan produksi makanan yang dapat dilakukan di tempat tinggal saja. Tidak seperti food gathering yang memerlukan pemburuan, food producing membutuhkan teknik produksi dan pemeliharaan yang tepat.

Food producing lebih aman daripada food gathering, karena tidak berisiko bertemu hewan berbahaya. Jadi, food gathering adalah fase pengumpulan makanan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Food Producing: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya dengan Food Gathering"