Food Gathering: Pengertian, Ciri Kehidupan, dan Perbedaannya dengan Food Producing

Table of Contents
Pengertian Food Gathering
Food Gathering

Pengertian Food Gathering

Food gathering adalah istilah yang merujuk pada kehidupan manusia purba pada masa berburu dan meramu yang masih sangat tergantung pada alam sekitarnya. Perburuan dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari laki-laki, dan hasilnya dibagi untuk keluarga mereka. Pola kehidupan ini bersamaan dengan Zaman Paleolitikum dan Mesolitikum.

Manusia purba ketika itu hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden), mengikuti tempat yang cukup banyak menyediakan bahan makanan dan air. Biasanya, mereka hidup di dekat sungai atau danau, di mana hewan buruannya mencari minum. Hewan yang diburu saat itu adalah babi, kerbau, banteng, rusa, monyet, ikan, dan masih banyak lainnya.

Teknologi yang dikuasai masa food gathering masih sangat rendah, di mana hampir semua alat yang digunakan bentuknya begitu sederhana. Untuk menangkap hewan buruan, manusia purba menggunakan alat-alat dari kayu dan tulang, memasang jebakan, serta menggiring hewan ke arah jurang yang terjal.

Sementara itu, kegiatan meramu atau mengumpulkan makanan dilakukan oleh perempuan. Makanan yang dikumpulkan berupa umbi-umbian seperti keladi, buah-buahan, biji-bijian, dan daun-daunan. Peran perempuan sangat penting dalam memilih tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan dan membimbing anak-anak dalam meramu. Hasil budaya yang khas pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana adalah kapak perimbas.

Ciri Kehidupan di Masa Food Gathering

1. Hidup Nomaden
Seperti yang telah sedikit dibahas sebelumnya, manusia purba di masa food gathering hidup secara nomaden. Mereka akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang memiliki sumber makanan dan air yang cukup. Alasannya, karena pada masa itu manusia belum mengenal cara mengolah makanan atau membuat makanan sendiri. Biasanya manusia purba ketika itu hidup di daerah dekat sungai atau danau di mana hewan buruan biasanya mengambil minum.

2. Berburu dan Meramu
Untuk mencukupi kebutuhan makan, manusia saat itu berburu hewan seperti babi, rusa, kerbau, banteng, dan sebagainya. Mereka juga menangkap ikan yang ada di sungai atau danau. Tak hanya hewan, mereka juga mengumpulkan buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian, dedaunan, dan sebagainya. Kemudian, mereka meramu makanan di sekitar.

3. Kelompok Kecil
Perburuan untuk memenuhi kebutuhan makanan ini dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Biasanya kelompok tersebut terdiri dari laki-laki. Kemudian, hasil buruan dibagi untuk keluarga.  Kemudian para perempuan bertugas meramu dan juga mengumpulkan makanan yang tidak memerlukan banyak tenaga. Misalnya mengumpulkan bahan makanan dari tumbuhan yang bisa dikonsumsi. Selain itu, perempuan juga bertugas membimbing anak-anak dalam meramu makanan.

4. Peralatan Seadanya
Untuk berburu dan juga mengumpulkan makanan, manusia purba kala itu masih menggunakan peralatan seadanya dari batu, tulang, ataupun kayu. Peralatan-peralatan tersebut dibentuk dengan sangat sederhana dan masih kasar. Contoh peralatan yang digunakan manusia purba ketika itu antara lain ialah kapak perimbas, kapak genggam, alat serpih, dan alat dari tulang serta kayu.

Ciri yang lain di antaranya,
1. Keadaan Alam
Keadaan bumi pada zaman food gathering masih belum stabil. Terjadi pergerakan endogen dan eksogen yang disebabkan oleh perubahan iklim yang mengakibatkan permukaan bumi masih sering mengalami perubahan.

2. Flora dan Fauna
Dari hasil temuan galian, peneliti menemukan jenis tumbuhan sejenis pohon salam dan rasamala. Adapun tumbuhan yang ikut dijadikan sebagai bahan makanan manusia purba pada masa itu, berupa umbi-umbian, buah dan sayur-sayuran.

Sementara hasil migrasi hewan-hewan yang berpindah dari daratan Asia menuju Kepulauan Indonesia, dapat diidentifikasi hewan yang sudah hidup masa zaman berburu dan meramu. Di antaranya wauwau, gibbon, tapir, beruang Malaya, dan stegodon.

Terdapat juga hewan-hewan yang mempunyai kemiripan dengan hewan dari India, seperti lembu purba, gajah purba, dan beberapa jenis harimau.

3. Kehidupan Masyarakat
Manusia purba yang mendominasi pada masa food gathering atau zaman berburu dan meramu sederhana adalah jenis Pithecanthropus erectus. Pola kehidupan mereka sifat masih berpindah-pindah (nomaden) dan tinggal di gua-gua.

Alasan mengapa, manusia prasejarah berpindah-pindah mereka menyesuaikan ketersediaan makanan di sekitar tempat mereka tinggal. Jika sumber makanan di tempat mereka tinggal habis, maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang menyediakan banyak sumber makanan, khususnya binatang buruan dan dekatnya sumber air.

Ciri kehidupan masyarakat sehari-hari masa itu adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk mereka konsumsi pada saat itu juga. Hal yang bisa mereka lakukan adalah berburu hewan di hutan, menangkap ikan, atau mengumpulkan buah dan umbi-umbian.

Manusia prasejarah pada masa food gathering, hidup dengan cara berkelompok sekitar 20-30 orang. Mereka sudah memiliki pengetahuan adanya pembagian tugas. Kaum laki-laki bertugas untuk berburu makanan dan wanita bertugas menjaga anak dan mengumpulkan buah dari hutan.

4. Alat-alat Kehidupan
Hasil temuan para ahli, mengungkap pada zaman food gathering peralatan yang digunakan masih sangat sederhana. Biasanya, peralatan tersebut terbuat dari batu dan tulang. Di Indonesia pada zaman ini dikenal dengan kebudayaan Pacitan.

Beberapa alat berburu yang ditemukan pada masa food gathering, seperti kapak perimbas, diperkirakan untuk menguliti binatang atau merimbas kayu. Alat-alat serpih dipakai untuk penusuk, pisau dan gurdi. Kapak genggam, digunakan untuk menggali ubi dan memotong daging binatang buruan.

Perbedaan Food Gathering Dengan Food Producing

Food gathering berbeda dengan kehidupan food producing. Pada zaman, food gathering kehidupan manusia untuk berburu untuk mengonsumsi makanan tersebut. Namun, food producing adalah kehidupan manusia untuk mengusahakan setiap sumber kekayaan alam yang ada. Manusia mengolah tumbuhan dan hewan.

Kemudian juga pada masa ini manusia mengusahakan alam dengan cara bercocok tanam, membersihkan hutan dan kemudian menanam bibit – bibit tanaman tersebut akan di tanam di daerah yang memiliki tanah yang subur. Misal tanah sudah tidak subur lagi maka mereka akan membersihkan hutan kembali kemudian berpindah tempat untuk mencari tanah yang lebih subur untuk menanam lagi tanaman – tanaman.

Para manusia jaman purba dengan kegiatan food producing mulai memikirkan bagaimana untuk kelangsungan hidupnya dan keturunannya ke depan, maka dari itu manusia pada masa food producing mulai menerapkan bercocok tanam pada lingkungan persawahan dan mereka hidup menetap. Inilah titik awal kemajuan yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Pada saat manusia zaman food producing tinggal menetap di suatu daerah mereka mempererat diri antara manusia satu dengan manusia yang lainnya di daerah area tempat tinggalnya. Manusia pada jaman ini juga suka bergotong royong karena mereka sadar bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.

Kehidupan gotong royong ini di terapkan pada bidang agraris atau bercocok tanam. Dalam rangka memenuhi kehidupan sehari – hari dan karena manusia sudah sadar bahwa mereka tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan satu dengan yang lainnya maka dari itu mereka mulai melakukan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari – hari.

Sistem barter ini memulai era perdagangan pada kehidupan manusia atau sistem perekonomian dalam kehidupan masyarakat, di mana untuk melakukan kegiatan barter atau tukar menemukan tersebut disadari bahwa manusia memerlukan tempat khusus untuk melakukannya, kemudian tempat bertemunya penjual dan pembeli ini disebut sebagai pasar di kemudian hari.

Pada kehidupan dalam hal budaya, manusia pada jaman food producing menghasilkan alat yang beragam yaitu yang terbuat mulai dari tanah liat, batu, dan tulang. Misalnya beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, perhiasan dan lain – lain.

Sistem pertanian dengan pematang –pematang untuk menahan air. Selain manusia pada jaman food producing ini mengolah tanaman, manusia juga mulai mengolah hewan. Dengan cara mengembang biakkannya, Hewan yang telah di buru bukan lagi untuk di bunuh kemudian di konsumsi, tetapi mereka lebih kearah menangkap hewan – hewan tersebut kemudian mengawinkannya dan juga memeliharanya (memberi makan dan lain – lain).

Kemudian jika sudah berkembang maka mereka akan mengonsumsinya dan tetap mengembang biakkan hewan – hewan tersebut. Hewan yang diternakkan bermacam – macam yaitu kerbau, sapi, ayam, anjing, kuda dan lain – lainnya.

Pada masa food producing juga sudah dapat membuat perahu sederhana dengan cara melubangi potongan – potongan kayu besar dengan api, kemudian lubang tersebut diperdalam menggunakan beliung sehingga menyerupai bentuk lesung, kaum lelaki menggunakan – perahu yang mereka buat untuk menangkap ikan – ikan yang ada di tengah laut dan kemudian kembali ke darat untuk mengonsumsinya. Demikian merupakan beberapa hal mengenai Food Gathering.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment