Edwin M. Lemert: Biografi dan Teori Labelingnya

Biografi Edwin M Lemert
Edwin McCarthy Lemert
Biografi Edwin M. Lemert
Edwin McCarthy Lemert lahir 8 Mei 1912 di Ohio, AS—meninggal 10 November 1996 pada usia 84 tahun. Edwin Lemert adalah seorang profesor sosiologi di University of California.

Edwin Lemert memperoleh gelar sarjana dalam bidang sosiologi dari Universitas Miami dan gelar doktor dari Universitas Negeri Ohio. Dia mengkhususkan diri dalam sosiologi dan antropologi. Menjadi profesor di Kent State dan di Universitas Michigan Barat.

Lemert dapat melihat bagaimana sebagian besar tindakan sosial dipandang sebagai tindakan yang menyimpang. Saat mempelajari kecanduan narkoba, dia melihat pengaruh yang begitu kuat di tempat kerja.

Selain perubahan fisik karena kecanduan dan semua masalah ekonomi yang ditimbulkannya, ada proses yang sangat besar untuk mempelajari identitas seseorang dan membenarkan setiap tindakan, "Saya melakukan hal-hal ini karena saya begini."

Kegiatan seperti minum dan/atau mengutil tidak mencerminkan kepribadian seseorang. Lemert pernah menulis:
"Tindakannya diulangi dan diorganisir secara subyektif dan ditransformasikan menjadi peran aktif dan menjadi kriteria sosial untuk menetapkan status ... Ketika seseorang mulai melakukan perilaku menyimpang atau peran yang didasarkan padanya sebagai alat pertahanan, menyerang, atau menyesuaikan dengan masalah terbuka dan terselubung yang diciptakan oleh reaksi masyarakat yang diakibatkannya, penyimpangannya bersifat sekunder ".

Teori Labeling (Labelling Theory)
Pemberian label dilakukan oleh orang lain terhadap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, teori labeling berkonsentrasi pada aspek psikologi sosial, yaitu suatu kondisi yang memberikan label penyimpangan pada individu maupun kelompok.

Dalam teori label menggunakan pendekatan interaksionis, artinya label diberikan kepada individu maupun kelompok sebagai hasil interaksi dengan individu maupun kelompok lainnya, atau antara penyimpang dengan masyarakat.

Teori label dikemukakan oleh banyak tokoh di antaranya Lemert (1951), Mead (Blumer 1969:52), Tennambaum (1938), dan Schutz (1967). Di dalam tulisan ini akan diuraikan teori label yang dikemukakan oleh Lemert.

Teori label lebih menekankan pada definisi sosial dan sanksi sosial yang mendorong seseorang untuk melakukan penyimpangan.

Fokus perhatian teori label bukan pada individu dan perilakunya tetapi pada keterlibatan individu di dalam pendefinisian yang diberikan orang lain terhadap tindakan sosialnya sebagai penyimpang.

Proses perkembangan terhadap label sampai terjadinya penyimpangan dilakukan secara bertahap mulai dari tahap inisiasi, penerimaan, komitmen sampai menjadi terpenjara dalam suatu peran menyimpang. Proses penyimpangan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Traub dan Little pada tahun 1985.

Analisa proses penyimpangan ini dipusatkan pada reaksi orang lain yang memberikan definisi atau pemberi label terhadap individu atau perilaku yang dianggap negatif berdasarkan penilaian orang lain.

Di dalam teori labeling ada dua hal yang terpenting yaitu konsep penyimpangan dan konsekuensi dari pelaksanaan kontrol sosial. Kedua hal tersebut dapat memperjelas tentang asal mula terjadinya penyimpangan dan macam-macam penyimpangan.

Penyimpangan yang dilakukan individu atau kelompok dapat dibagi menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer (hasil perbuatan yang mendapat label dari masyarakat), dan penyimpangan sekunder (pelaksanaan penyimpangan setelah mendapat label dari masyarakat).

Perbuatan Menyimpang sebagai Hasil Reaksi
Konsep penyimpangan dapat dilihat dari reaksi orang lain terhadap perilaku yang dilakukan individu maupun kelompok. Oleh karena itu, penyimpangan dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu konsekuensi atas penerapan sanksi-sanksi oleh orang lain.

Dengan demikian orang yang melakukan penyimpangan akan diberikan label sebagai penyimpang, sedangkan perilaku menyimpang adalah perbuatan yang dilakukan individu atau kelompok yang telah diberikan label.

Perbuatan menyimpang tidak didasarkan kepada norma yang dimiliki masyarakat, tetapi lebih didasarkan kepada reaksi orang lain atau masyarakat terhadap suatu perilaku tersebut.

Walaupun ada kontrol sosial yang dilakukan masyarakat terhadap berbagai macam interaksi sosial masyarakat, namun menurut teori labeling justru kontrol sosial yang menciptakan perilaku menyimpang.

Individu ataupun kelompok dapat termotivasi untuk melakukan penyimpangan sebagai akibat reaksi dari pelabelan tersebut.

Pemberian label sebagai penyimpang oleh masyarakat dapat menghasilkan perubahan mendasar pada penerima label, sehingga pelaku dapat menghasilkan dua macam label penyimpang yaitu penyimpang primer (primary deviance) dan penyimpang sekunder (secondary deviance).

Penyimpang primer (primary deviance) yakni suatu perilaku yang muncul yang diakibatkan berbagai macam alasan, seperti kesempatan, situasional, keterpaksaan, dan lain sebagainya.

Sedangkan penyimpang sekunder (secondary deviance) yakni perilaku yang digunakan sebagai cara untuk bertahan atau guna melakukan penyesuaian terhadap masalah yang timbul sebagai akibat dari label tersebut.

Dengan demikian penyimpangan sekunder (secondary deviance) dilakukan individu atau kelompok sebagai reaksi atas pemberian label dari masyarakat. Contoh penyimpangan sekunder (secondary deviance) seorang individu atau kelompok yang diberikan label sebagai narapidana pelaku kejahatan.

Jika masyarakat bereaksi terhadapnya seolah-olah individu atau kelompok tersebut sebagai narapidana pelaku kejahatan yang tidak dapat berbuat baik lagi, maka lama kelamaan individu atau kelompok tersebut akan mengadopsi identitasnya sebagai pelaku kejahatan.

Perbuatan individu atau kelompok yang telah diberikan label tersebut akan terus-menerus mempergunakan label itu sebagai pelaku kejahatan.

Pada sebagian orang berusaha melakukan penolakan atas pemberian label tersebut dan berusaha mengembalikan status sosial semula sebelum dilakukan pelabelan oleh masyarakat, maka usaha itu disebut sebagai penyimpangan tersier (tertiary deviance).

Perbuatan penyimpangan tersier (tertiary deviance) sebagaimana dikemukakan oleh Kitsuse (1980) dilakukan secara aktif dan terus melakukan protes terhadap label yang diberikan kepada mereka dan berusaha menetralisir labelnya.

Hal itu yang membedakan dengan penyimpangan sekunder (secondary deviance) karena pada penyimpangan sekunder (secondary deviance) penerimanya hanya pasif saja.

Perjalanan penyimpangan yang dimulai dari penyimpangan primer (primary deviance) kepada penyimpangan tersier (tertiary deviance) membutuhkan waktu yang panjang dan lama, karena individu atau kelompok yang telah memperoleh label akan terus mempergunakan label tersebut.

Perbuatan itu dilakukan tanpa sadar karena biasanya penerima label penyimpangan sekunder (secondary deviance) hanya pasif tidak berusaha melepaskannya. Jika akan melepaskan label penyimpangan sekunder (secondary deviance) membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kekuasaan Pemberian Label
Pemberian label sebagai penyimpang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat yang dianggap sebagai agen kontrol sosial. Kelompok tertentu dapat juga membuat label terhadap individu atau kelompok, dengan demikian agen yang berkuasa memberikan label ada yang dipengaruhi oleh politik, hukum, sosial, dan lain sebagainya.

Kelompok masyarakat yang berkuasa memberikan label akan berusaha menetapkan kriteria penyimpangan. Selain itu juga berusaha untuk memengaruhi pemberian label yang dikaitkan dengan bidang lainnya seperti politik, hukum, dan sosial.

Jika memengaruhi pada bidang hukum, maka penyimpangan akan diproses oleh agen-agen resmi yang dilakukan secara formal melalui polisi, kejaksaan, pengendalian, dan lembaga pemasyarakatan.

Begitu pula jika terkait dengan bidang politik, akan dikeluarkan kriteria sebagai penyimpang, seperti badut politik. Hal itu dimaksudkan bahwa orang yang dilabel badut politik yakni orang yang sangat tidak dipercaya kata-katanya dibidang politik.

Schutz (1980) menyatakan bahwa konsep menyimpang diartikan sebagai kontes stigma. Jika individu atau kelompok telah diberikan label, berarti stigma tidak baik telah melekat padanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori labeling dikemukakan oleh tiga tokoh yaitu:
1) Labeling menurut Edwin M. Lemert
Menurut Edwin M. Lemert, seseorang melakukan penyimpangan dari proses labeling (pemberian julukan/cap) yang diberikan masyarakat kepadanya. Penyimpangan yang dilakukan itu mula-mula berupa penyimpangan primer. Akibatnya si penyimpang di cap sesuai penyimpangan yang dilakukan, seperti pencuri atau penipu.

Sebagai tanggapan atas cap tersebut, si penyimpang primer mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi perilaku penyimpangan tersebut, sehingga penyimpangan yang dilakukannya berubah menjadi penyimpangan sekunder

2) Labeling menurut Mead
Lahirnya teori penjulukan (labeling teori), diinspirasi oleh perspektif interaksionisme simbolik dari Herbert Mead dan telah berkembang sedemikian rupa dengan riset-riset pengujiannya dalam berbagai bidang seperti kriminologi, kesehatan mental (pengidap schizophernia) dan kesehatan, serta pendidikan.

Teori penjulukan dari studi tentang deviant di akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960 yang merupakan penolakan terhadap teori konsensus dan fungsionalisme struktural. Awalnya, menurut teori struktural deviant atau penyimpangan dipahami sebagai perilaku yang ada yang merupakan karakter yang berlawanan dengan norma-norma sosial.

3) Teori labeling menurut Micholowsky
Kejahatan merupakan kualitas dari reaksi masyarakat atas tingkah laku seseorang. Reaksi itu menyebabkan tindakan seseorang dicap sebagai penjahat. Umumnya tingkah laku seseorang dicap jahat menyebabkan orangnya juga diperlakukan sebagai penjahat.

Seseorang yang dicap dan diperlakukan sebagai penjahat terjadi dalam proses interaksi, di mana interaksi tersebut diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu, antarkelompok dan antarindividu dan kelompok.

Terdapat kecenderungan di mana seseorang atau kelompok yang dicap sebagai penjahat akan menyesuaikan diri dengan cap yang disandangnya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Edwin M. Lemert: Biografi dan Teori Labelingnya"