Skizofrenia: Pengertian, Gejala, Penyebab, Jenis, Pengobatan, dan Terapinya

Table of Contents
Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia

Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

Istilah skizofrenia berasal dari akar kata bahasa Yunani skhizein (membelah) dan phrÄ“n (ingatan). Gejala awal skizofrenia biasanya muncul pada saat dewasa muda, dengan prevalensi semasa hidup secara global sekitar 0,3% – 0,7%.

Berdasarkan data dari WHO, ada lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Sementara, menurut penelitian Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, diperkirakan ada 450.000 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat di Indonesia, termasuk skizofrenia.

Perlu diketahui bahwa penderita skizofrenia berisiko 2–3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Hal ini karena skizofrenia umumnya disertai penyakit lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau infeksi.

Gejala Skizofrenia

Gejala skizofrenia yang bisa dikenali terbagi menjadi dua, yaitu gejala yang bersifat negatif di mana Anda bisa mengenalinya dan berlangsung bertahun-tahun. Namun hal ini tidak membahayakan dan terjadi sebelum penderita mengalami episode akut pertama.

Hal yang dimaksud adalah gejala menjadi parah dan kadang-kadang diikuti beberapa gejala positif. Untuk gejala positif skizofrenia yang bisa diketahui di antaranya,
1. Halusinasi
Halusinasi merupakan hal pertama yang bisa terjadi jika mengalami skizofrenia. Di mana orang tersebut akan sulit membedakan apakah mereka hidup di dunia nyata atau tidak. Sering kali mengakui bahwa hal yang tidak masuk akal terjadi seperti yang mereka katakan, padahal semua itu tidak ada.

Pasien ataupun penderita akan kesulitan membedakan mana yang benar dan yang tidak masuk akal. Hal ini terjadi begitu saja dan tidak diinginkan penderita. Contoh dari halusinasi adalah pasien atau penderita bisa  mendengarkan hal yang sebenarnya tidak ada dan tidak pernah terjadi.

2. Delusi
Gejala yang ada pada orang atau penderita skizofrenia yaitu delusi. Delusi banyak terjadi pada gangguan jiwa pada manusia modern. Di mana mereka merasa takut akan sesuatu yang tidak jelas dan di tempat paling aman sekalipun. Ketakutan itu tidak beralasan dan sulit untuk dihilangkan atau dikendalikan. Sehingga menyebabkan penderita bertindak di luar logika.

3. Pikiran kacau dan perubahan perilaku
Karena adanya kedua masalah tersebut, pasien akan sulit konsentrasi dan pikirannya akan kacau. Itu pun terjadi bukan karena kemauan mereka namun memang gejalanya seperti itu. Layaknya orang bermasalah sehingga pikirannya terasa melayang-layang tidak tentu arah.

Sering kali juga mereka berbicara yang aneh dan menjadi membingungkan. Penderita juga bisa merasa kehilangan kendali atas pikirannya sendiri, makannya mereka bisa menjadi kasar dan juga menakutkan.

Ciri lain yang bisa didapatkan dari seseorang penderita skizofrenia di antaranya,
1. Mengisolasi diri atau menarik diri dari pergaulan sosial. Di mana mereka sering merasa delusi dan merasa tidak aman jika berada di sekitar orang banyak.
2. Irasional, mengatakan atau meyakini sesuatu yang aneh atau ganjil padahal sebenarnya tidak ada. Jika penderita sudah merasa yakin maka di jelaskan bahwa hal tersebut tidak adapun biasanya penderita tidak percaya.
3. Adanya rasa paranoia atau mempertanyakan motivasi orang lain yang cukup tinggi hingga posisi klimaks
4. Tempramen dan juga mudah emosi, hal ini menyebabkan orang skizofrenia mungkin melakukan hal di luar batasan
5. Permusuhan karena kecurigaan yang tinggi
6. Penggunaan obat-obatan untuk menyembuhkan diri yang akhirnya ketergantungan
7. Berbicara dengan aneh seolah bukan karakternya
9. Sering tertawa pada waktu yang tidak tepat dan bukan dengan alasan yang jelas
10. Insomnia atau susah tidur

Penyebab Skizofrenia

Meskipun penyebab utama skizofrenia belum ditemukan, tapi terdapat beberapa kondisi yang diduga terkait dengan penyakit ini di antaranya,
1. Faktor Genetik
Keturunan dari pengidap skizofrenia memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Risiko tersebut meningkat 40 persen lebih besar ketika kedua orang tua sama-sama pengidap skizofrenia. Sementara itu, anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.

2. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika hamil dan dampaknya akan terlihat saat anak lahir. Kondisi ini, seperti paparan racun dan virus, ibu seorang pengidap diabetes, perdarahan dalam masa kehamilan, serta kekurangan nutrisi.

Selain dari kehamilan, komplikasi yang terjadi ketika persalinan juga dapat menyebabkan seorang anak mengidap skizofrenia. Contohnya, berat badan rendah saat lahir, kelahiran prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen saat dilahirkan.

3. Faktor Kimia pada Otak
Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin pada otak dapat menjadi salah satu penyebab dan meningkatkan risiko seseorang mengidap skizofrenia. Keduanya merupakan zat kimia yang berfungsi untuk mengirim sinyal antara sel-sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter.

Selain itu, pengidap skizofrenia juga memiliki perbedaan pada struktur dan fungsi otak dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan mental di antaranya,
1. Ventrikel otak memiliki ukuran yang lebih besar. Ventrikel sendiri adalah bagian dalam otak yang berisi cairan.
2. Lobus temporalis memiliki ukuran yang lebih kecil. Ingatan dalam otak manusia berkaitan dengan lobus temporalis.
3. Sel-sel pada otak memiliki koneksi yang lebih sedikit.

Jenis Skizofrenia

Terdapat beberapa jenis atau tipe skizofrenia yang mungkin terjadi pada seseorang di antaranya,
1. Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid merupakan jenis yang paling umum terjadi. Gejala paling khas dari jenis ini adalah delusi dan halusinasi akan suatu ketakutan tertentu (waham paranoid). Tidak hanya itu, penderita kondisi ini pun tidak dapat mengendalikan perilakunya.

Akibatnya, pengidap skizofrenia paranoid sering berperilaku tidak pantas, sulit mengendalikan emosi, hasrat, serta keinginannya.

2. Skizofrenia katatonik
Kebalikan dari paranoid, skizofrenia katatonik adalah jenis yang paling langka. Kondisi ini umumnya ditandai dengan gerakan yang tidak biasa, terbatas, dan tiba-tiba. Penderitanya mungkin sering beralih dari sangat aktif ke sangat diam dan sebaliknya. Mereka pun mungkin tidak banyak bicara, tetapi juga sering meniru ucapan atau gerakan lain.

3. Skizofrenia tidak terdiferensiasi
Jenis ini ditandai dengan berbagai gejala dari tipe skizofrenia lainnya. Penderitanya mungkin menjadi tidak banyak bicara atau mengekspresikan diri, tetapi mereka juga bisa menjadi bingung atau paranoid.

4. Schizoaffective disorder
Penderita schizoaffective disorder umumnya mengalami delusi (waham) dan gejala skizofrenia lainnya, tetapi juga disertai dengan satu atau lebih gejala gangguan mood. Ini termasuk depresi serta mania atau hipomania.

Pengobatan dan Terapi

Ketika Anda membicarakan mengenai skizofrenia maka Anda pasti menanyakan pengobatan atau terapi apa yang bisa menyembuhkan orang-orang skizofrenia. Namun jawabannya sangat singkat yaitu terapi CBT yang ada dalam terapi perilaku kognitif.

Tak hanya terapi dokter juga mengkombinasikannya dengan terapi menggunakan obat atau obat antipsikotik. Hal tersebut memperbesar peluang untuk bisa sembuh meskipun tidak 100%. Selain itu juga pengobatan harus didukung oleh perhatian dari orang-orang terdekat.

Sayangnya banyak keluarga menyerahkan keadaan penderita dengan dokter sembarangan saja. Padahal faktanya adalah, banyak orang skizofrenia yang membutuhkan dukungan dan juga support terbesar dari keluarga. Karena mereka membutuhkan tempat teraman untuk bisa bernafas. Minimal menghilangkan rasa khawatir diri mereka sendiri.

Meskipun sudah sembuh penderita Skizofrenia Katakonik , dan jenis skizofrenia lainnya tetap harus ke dokter. Di mana mereka akan terus meresepkan obat-obatan untuk mencegah gejala kambuh yang ada pada penderita. 

Di mana penting untuk penderita agar dipantau meskipun sudah sembuh. Karena banyak sekali penderita skizofrenia yang kembali kambuh setelah sembuh dari penyakitnya sekian lama. Hal ini menjadikan banyak orang bergantung pada psikiater seumur hidupnya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment