Pengertian Perilaku Menyimpang, Ciri, Sifat, Penyebab, Jenis, Teori, Bentuk, dan Pencegahannya

Table of Contents
Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku Menyimpang

A. Perilaku Menyimpang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat.

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial di masyarakat atau suatu kelompok atau aturan yang telah diinstitusikan, yaitu aturan yang telah disepakati bersama dalam sistem sosial. Pelaku atau seseorang yang melakukan perilaku menyimpang disebut sebagai devian (deviant).

Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok. Untuk lebih jelasnya berikut pengertian perilaku menyimpang menurut beberapa ahli di antaranya,
1. Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
2. Gillin, perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritas kelompok.
3. Lewis Coser, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
4. James Vander Zenden, penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
5. Paul B. Horton, penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
6. Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
7. Waluyo (2009), perilaku menyimpang adalah suatu keadaan yang tidak lagi dianggap sesuai dengan adanya beragam norma dan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Sehingga kondisi inilah dapat menimbulkan gejolak, alasannya karena aturan-aturan yang telah menjadi konsensus bersama dilanggar dengan sedemikian rupa sehingga masyarakat menjadi tidak taat terhadap aturan yang ada.

B. Ciri Perilaku Menyimpang

Menurut Paul B Horton penyimpangan mempunyai ciri-ciri di antaranya,
1. Penyimpangan harus bisa didefinisikan, hal itu berarti penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan dengan kriteria tertentu dan diketahui asal usul penyebabnya.
2. Penyimpangan dapat diterima dan juga dapat juga ditolak.
3. Penyimpangan relatif dan juga penyimpangan mutlak, hal itu berarti perbedaannya ditentukan oleh frekuensi serta kadar penyimpangannya.
4. Penyimpangan pada budaya nyata ataukah budaya ideal, hal itu berarti budaya ideal merupakan seluruh peraturan hukum yang berlaku atau hidup di dalam suatu kelompok masyarakat.
5. Antara budaya nyata dengan budaya ideal akan selalu terjadi kesenjangan.
6. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran merupakan pola perbuatan yang dilakukan orang guna memenuhi keinginan mereka, tanpa harus dengan menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
7. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, hal itu berarti perilaku menyimpang adalah salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan adanya perubahan sosial.

C. Sifat Perilaku Menyimpang

1. Penyimpangan Positif, positif adalah penyimpangan yang terarah kepada nilai-nilai sosial yang didambakan. Walaupun cara yang dilakukan berupa penyimpangan dari norma yang berlaku. Misalnya seorang ibu yang menjadi tukang ojek guna menambah penghasilan keluarga.
2. Penyimpangan Negatif, penyimpangan negatif adalah tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela serta pelakunya tidak bisa lagi ditolerir oleh masyarakat. Misalnya pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan yang lainnya.

D. Penyebab Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua di antaranya,  
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Berikut beberapa penyebab terjadinya perilaku menyimpang di antaranya,
1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna, maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang.

E. Jenis Perilaku Menyimpang

1. Berdasarkan Kekerapannya
a. Penyimpangan Sosial Primer, merupakan penyimpangan yang sifatnya sementara atau temporer. Orang yang melakukannya atau pelaku masih tetap akan bisa diterima oleh kelompok sosialnya sebab hal menyimpang tersebut tidak terus menerus melanggar aturan. Contohnya orang yang melanggar rambu lalu lintas ataupun orang yang pernah meminum minuman keras di dalam suatu pesta.
b. Penyimpangan Sosial Sekunder, merupakan perilaku penyimpangan sosial yang dilakukan oleh seseorang individu secara terus menerus meskipun pernah mendapatkan berbagai sanksi. Oleh sebab itu, setiap pelaku secara umum akan dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Contoh dalam penyimpangan jenis ini yaitu seseorang yang setiap hari minum minuman keras, siswa SMA atau MA yang terus menyontek teman kelasnya, ataupun yang lainnya.

2. Berdasarkan Jumlah Orang yang Terlibat
a. Penyimpangan individual (individual deviation), adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima di antaranya,
a) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
d) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
e) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.

b. Penyimpangan kelompok (group deviation), adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, sekelompok orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
c. Penyimpangan campuran (combined deviation), penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja yang putus sekolah dan pengangguran yang frustrasi dari kehidupan masyarakat, dengan di bawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia yang menyimpang dari norma umum (geng).

F. Teori Perilaku Penyimpangan

Penyimpangan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat bisa kita pelajari lewat beberapa teori, di antaranya,
1. Teori Labeling, menurut Edwin M. Lemert, seseorang dapat menjadi orang yang menyimpang dikarenakan proses labelling yang berupa julukan, cap dan juga merk yang ditujukan oleh masyarakat maupun lingkungan sosialnya. Pada awalnya seseorang akan melakukan penyimpangan primer (primary deviation) yang menyebabkan si pelaku menganut gaya hidup menyimpang (deviant life style). Dan alhasil akan menghasilkan karier yang menyimpang (deviant career).
2. Teori Hubungan Diferensiasi, menurut Edwin H. Sutherland, seseorang mempelajari terlebih dahulu bagaimana caranya untuk menjadi seorang yang menyimpang. Pengajaran ini terjadi diakibatkan dengan adanya interaksi sosial antara seorang individu dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang.
3. Teori Anomi Robert K. Merton, Merton menganggap anomie disebabkan karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan beberapa cara yang dia pakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton ada lima cara pencapaian tujuan budaya di antaranya,
a. Konformitas, merupakan sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional (biasa) dengan cara yang juga konvensional.
b. Inovasi, merupakan sikap seseorang dalam menerima secara kritis berbagai cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya sembari menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.
c. Ritualisme, merupakan sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara (ritus) tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.
d. Retreatisme, merupakan sikap seseorang menolak, baik tujuan-tujuan ataupun cara-cara mencapai tujuan yang sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat maupun lingkungan sosialnya.
e. Pemberontakan, merupakan sikap seseorang dalam menolak sarana serta tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya serta menggantikan dengan cara baru.

G. Bentuk Perilaku Menyimpang

1. Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Graham Baliane, terdapat beberapa penyebab seorang remaja memakai narkoba atau obat terlarang lainnya di antaranya,
a. Mencari dan menemukan arti hidup
b. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual
c. Menunjukkan tindakan menentang otoritas orang tua, guru, dan norma-norma sosial
d. Membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya seperti kebut-kebutan dan berkelahi
e. Melepaskan diri dari kesepian
f. Sekedar iseng dan didorong rasa ingin tahu
g. Mengikuti teman-teman untuk menunjukkan rasa solidaritas
h. Menghilangkan frustrasi dan kegelisahan hidup
i. Mengisi kekosongan, kesepian, dan kebosanan

2. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual merupakan perilaku seksual yang pada umumnya tidak lazim untuk dilakukan. Penyebab dari penyimpangan seksual di antaranya yaitu pengaruh dari film-film porno, buku dan juga majalah porno. Adapun beberapa contoh dari penyimpangan seksual di antaranya,
a. Perzinahan yakni hubungan seksual yang dilakukan di luar nikah
b. Lesbian yakni hubungan seksual yang dilakukan oleh sesama wanita
c. Homoseksual yaitu hubungan seksual yang dilakukan oleh sesama laki-laki
d. Pedophilia yaitu hasrat untuk memuaskan keinginan seksual dengan cara menggunakan kontak seksual dengan anak-anak
e. Gerontophilia yaitu hasrat untuk memuaskan keinginan seksual dengan orang tua seperti dengan kakek dan juga nenek
f. Kumpul kebo merupakan perilaku pola hidup yang seperti suami istri tanpa adanya ikatan pernikahan

3. Alkoholisme
Racun protoplasmik atau yang biasa kita kenal sebagai alkohol memiliki efek depresan dalam sistem syaraf jika seseorang mengkonsumsinya. Orang yang mengkonsumsinya atau pecandu nantinya akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Sehingga para alkoholik atau pemabuk melakukan keonaran, perkelahian, hingga pembunuhan secara tidak sadar atau setengah sadar.

4. Kenakalan Remaja
Gejala kenakalan remaja akan tampak pada masa pubertas, yaitu sekitar umur 14 hingga 18 tahun, sebab dalam masa ini jiwa dari seorang remaja masih dalam keadaan labil sehingga akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif. Adapun penyebab dari kenakalan remaja ini di antaranya,
a. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis
b. Situasi yang menjemukan dan juga membosankan
c. Lingkungan masyarakat yang tidak menentu untuk prospek kehidupan masa mendatang, contohnya lingkungan hidup yang kumuh dan juga penuh kejahatan

Contoh dari perbuatan kenakalan remaja yaitu:
a. Pengrusakan Tempat Atau Fasilitas Umum
b. Penggunaan Obat Terlarang
c. Pencurian
d. Tawuran Atau Perkelahian Dan Yang Lainnya.

H. Pencegahan Penyimpangan Sosial

1. Keluarga, keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu sebaliknya.
2. Lingkungan tempat tinggal dan teman sepermainan, lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan memengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan begitu juga sebaliknya.
3. Media massa, media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pencegahan agar tidak terpengaruh akibat media massa adalah apabila kamu ingin menonton acara di televisi dengan memilih acara yang bernilai positif dan menghindari tayangan yang dapat membawa pengaruh tidak baik. 

Dari berbagai sumber

Download

Penjelasan Teori Labeling Edwin M. Lemert di Media Sosial:

https://youtu.be/uwoTy3i5QYo?si=vxtLDJPyliGMAIsp

https://www.instagram.com/p/C8baZWcRt-P/

https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7382477758451961096
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment