Psikosis Postpartum: Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Table of Contents
Pengertian Psikosis Postpartum
Psikosis Postpartum

Pengertian Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum (postpartum psychosis) adalah gangguan kesehatan mental serius yang kerap dialami ibu dalam beberapa hari atau minggu usai persalinan. Kondisi yang juga dikenal dengan istilah psikosis nifas ini sangat jarang terjadi. Psikosis postpartum biasanya dialami 1 dari 500 ibu setelah melahirkan.

Psikosis postpartum merupakan gangguan kesehatan mental yang jauh lebih serius dibandingkan baby blues atau perubahan suasana hati ringan setelah melahirkan. Psikosis postpartum bisa menjadi pengalaman yang luar biasa menakutkan.

Dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp. KJ, Spesialis Kedokteran Jiwa, RS Pondok Indah - Pondok Indah menjelaskan, pada psikosis adalah hal yang dialami ibu melahirkan dan muncul gejala, yaitu hilangnya kontak dengan realita.

"Hal ini dapat menyebabkan ibu mulai mendengar, melihat, dan atau meyakini sesuatu yang tidak benar. Keadaan ini dapat menjadi sangat berbahaya bagi ibu dan bayi," jelas Dr. Zulvia Oktanida.

Oleh karena itu penting untuk mencari bantuan sesegera mungkin jika Anda mengalami gejala psikosis postpartum.  Jika ditangani dengan tepat dan dibantu oleh dukungan orang-orang terdekat, kebanyakan penderita psikosis postpartum bisa pulih sepenuhnya.

Gejala Psikosis Postpartum

Gejala psikosis tidak muncul secara tiba-tiba. Biasanya mengikuti pola berikut di antaranya,
1. Tanda sebelum psikosis
Perubahan bertahap dalam cara berpikir dan memahami dunia sekitar. Keluarga atau teman bisa menyadari tanda ini dengan selalu curiga dengan orang sekitar, kurang merawat diri atau kebersihan, lebih sering menyendiri, dan emosi datar.

2. Tanda awal psikosis
Melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang tidak dialami orang lain. Seseorang juga akan percaya pada hal yang tidak lazim meskipun orang lain berusaha menggoyahkan kepercayaan tersebut. Tak jarang mereka juga menjauh dari teman dan keluarga, tidak merawat diri, dan tidak dapat berpikir fokus.

Umumnya, gejala utama psikosis adalah kemunculan delusi dan halusinasi, yang berkembang seiring berjalannya waktu.
Delusi
Melansir StatPearls Journal, delusi adalah jenis gangguan mental yang membuat pengidapnya percaya dan yakin akan suatu hal yang tidak nyata. Pengidap delusi tidak bisa membedakan mana sesuatu yang fakta dan mana yang bukan.

Gejala delusi bisa berbeda-beda pada setiap orang, tetapi umumnya berupa:
a. Perubahan mood dan emosi, misalnya mudah marah
b. Bicara aneh dan tidak nyambung
c. Merasa cemas dan dirinya sedang terancam
d. Meyakini hal-hal yang tidak masuk akal
e. Perubahan perilaku.

Halusinasi
Halusinasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami hal yang tidak nyata. Saat seseorang mengalami halusinasi akan menunjukkan perubahan emosi atau perilaku sesuai dengan sensasi yang ia alami. Hal ini bergantung pada indera yang terpengaruh.
a. Merasakan sensasi di tubuh (seperti perasaan merayap di kulit atau gerakan)
b. Mendengar suara (seperti musik, langkah kaki, atau benturan pintu)
c. Mendengar suara (dapat mencakup suara positif atau negatif, seperti suara yang memerintahkan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain)
d. Melihat benda, makhluk, atau pola atau cahaya
e. Mencium bau (bisa menyenangkan atau busuk dan di salah satu atau kedua lubang hidung)
f. Mencicipi sesuatu (seringkali rasa logam)

Kombinasi halusinasi dan delusi dapat menyebabkan distres yang berat serta perubahan perilaku.

Beberapa tanda dan gejala lain yang dapat menyertai kondisi psikosis di antaranya,
a. Kesulitan konsentrasi
b. Suasana hati depresi
c. Rasa curiga
d. Tidur yang berlebih atau kurang
e. Ansietas/ rasa cemas yang tinggi
f. Menarik diri dari keluarga dan teman-teman
g. Rasa ingin bunuh diri
h. Bicara yang tidak runut, misalnya mengganti topik secara tiba-tiba

Penyebab Psikosis Postpartum

Hingga kini, penyebab psikosis postpartum  belum diketahui. Namun beberapa faktor diduga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya. Faktor-faktor risiko psikosis postpartum tersebut meliputi di antaranya,
1. Memiliki anggota keluarga yang memiliki gangguan mental, khususnya jika psikosis postpartum
2. Menderita gangguan bipolar atau skizofrenia
3. Mengalami kelahiran traumatis atau kehamilan
4. Pernah mengalami psikosis postpartum
 
Sementara beberapa faktor risiko psikosis postpartum meliputi di antaranya,
1. Kehamilan pertama
2. Kehamilan tidak direncanakan.
3. Mengalami perubahan suasana hati atau mood swing yang parah saat hamil.
4. Berhenti mengonsumsi obat psikiatri saat hamil

Cara Mengatasi Psikosis Postpartum

Penting untuk segera mencari pertolongan sesegera mungkin bila gejala Anda atau orang terdekat mengarah pada psikosis pasca melahirkan. Jika kondisi tidak ditangani, halusinasi dan khayalan dapat membuat Anda melakukan hal yang tidak akan terpikirkan saat sedang dalam keadaan sehat.

Hal ini tentu dapat membahayakan hidup Anda dan bayi yang baru lahir. Jenis pengobatan tergantung dari seberapa parah kondisi Anda dan bagaimana Anda menyusui bayi Anda. Jika Anda ingin tetap menyusui, dokter akan meresepkan obat yang aman untuk ibu menyusui.

Penanganan untuk psikosis postpartum di antaranya,
1. Pemberian obat-obatan
Masalah mental ini dapat ditangani dengan obat-obatan antipsikotik atau antidepresan di bawah pengawasan dokter maupun psikiater. Berikut obat-obatan yang dapat diberikan untuk membantu mengobati psikosis postpartum di antaranya,
a. Antidepresan untuk meringankan depresi.
b. Antipsikotik untuk meringankan gejala manik dan psikotik, seperti delusi dan halusinasi.
c. Penenang atau penstabil suasana hati guna mencegah gejala berulang.

Bila diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Sementara bayi bisa diurus oleh pasangan, anggota keluarga lainnya, maupun babysitter.

2. Terapi psikologis
Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk menjalani terapi bicara, seperti cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah terapi bicara yang dapat membantu Anda mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.

3. Terapi elektrokonvulsif (ECT)
Terapi elektrokonvulsif atau electroconvulsive therapy (ECT) adalah jenis stimulasi otak yang terkadang disarankan jika semua opsi pengobatan lain gagal. Anda juga disarankan untuk menjalani terapi ini ketika kondisi sudah mengancam nyawa.

Kebanyakan ibu yang mengalami psikosis pasca persalinan bisa sembuh total setelah menerima perawatan yang tepat. Kebanyakan wanita pulih dari psikosis pasca melahirkan dalam beberapa minggu pengobatan, tapi pemulihan total dapat memakan waktu yang lebih lama.

4. Bentuk Dukungan dari Lingkungan Sekitar
Dukungan dari keluarga dan kerabat dekat akan sangat membantu ibu dengan psikosis postpartum untuk segera pulih.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment