Pengertian Aktualisasi Diri (Self Actualization), Aspek, Ciri, Faktor, dan Caranya

Pengertian Aktualisasi Diri atau Self Actualization
Aktualisasi Diri (Self Actualization)
A. Pengertian Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Aktualisasi diri (self actualization) adalah kebutuhan seseorang untuk mengembangkan, menggunakan dan memanfaatkan potensi, bakat dan kapasitas yang dimiliki sebagai sarana perwujudan diri. Aktualisasi diri merupakan puncak kedewasaan dan kematangan diri seseorang. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya kesadaran diri dengan segenap potensinya. Hasil akhir aktualisasi diri adalah terungkapnya suatu keadaan seseorang yang selama ini terselubung atau tersembunyi yang mana suatu saat pasti terungkap dengan sendirinya sebagai tanda atau ciri khas yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Aktualisasi diri merupakan keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. Mereka mengekspresikan kebutuhan dasar kemanusiaan secara alami, dan tidak mau ditekan oleh budaya (Alwisol, 2016).

Dalam teori Abraham Maslow yaitu hierarki kebutuhan yang divisualisasikan dengan sebuah piramida, bahwasannya bagian tertinggi ialah sebuah aktualisasi diri (self actualization). Aktualisasi diri yaitu terpenuhinya segala kebutuhan dari tingkatan bawah 'piramida' tersebut hingga ke atas/mencapainya sebuah potensi diri. Menurut Maslow (dalam Friedman & Schustack, 2006) aktualisasi diri adalah proses bawaan di mana orang cenderung untuk tumbuh secara spiritual dan menyadari potensinya. Hanya sedikit orang yang berhasil mengaktualisasikan diri sepenuhnya, namun banyak yang sedang menuju arah tersebut. Menariknya, pemikiran mengenai aktualisasi diri pertama kali diusulkan oleh Carl Jung.

Maslow menemukan bahwa setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya masing-masing. Kebutuhan tersebut meliputi di antaranya,
1. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam.
3. Kebutuhan rasa memiliki sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan terhadap persahabatan, berkeluarga, berkelompok, dan interaksi.
4. Kebutuhan terhadap penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan harga diri, status, martabat, kehormatan, dan penghargaan dari pihak lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan dan potensi diri.
Pengertian Aktualisasi Diri (Self Actualization), Aspek, Ciri, Faktor, dan Caranya

Kebutuhan aktualisasi diri termasuk dalam kelompok meta need, yaitu kebutuhan karena ingin berkembang dan berubah, di mana individu ingin mengalami transformasi menjadi lebih bermakna atau being need. Kebutuhan meta kognisi merupakan kebutuhan estetik. Individu beraktualisasi adalah yang memiliki nilai being values yang berupa kemandirian, kejujuran, kebaikan, keindahan, keutuhan, perasaan hidup, keunikan, kesempurnaan, kelengkapan, keadilan, kesederhanaan, totalitas, membutuhkan sedikit usaha, dan memiliki rasa humor.

Aktualisasi Diri (Self Actualization) Menurut Para Ahli
1. dictionary.cambridge.org, aktualisasi diri adalah keinginan seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apa pun yang mereka mau dan bisa dilakukan.
2. Chaplin (2008), aktualisasi diri merupakan kecenderungan untuk mengembangkan bakat dan kapasitas diri sendiri atau disebut self realization, pemenuhan atau penyelesaian potensialitas individu sendiri, seperti: aktualisasi dari bakat, kecerdasan, ketangkasan sendiri dan seterusnya.
3. Maslow (1987), aktualisasi diri merupakan penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan diri tersebut.
4. Rogers (dalam Syafitri, 2014), aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk melihat ke depan menuju perkembangan kepribadian. Konsep aktualisasi diri merujuk pada kecenderungan organisme untuk tumbuh dari makhluk yang sederhana menjadi suatu yang kompleks, lalu berubah dari ketergantungan menuju kemandirian dari sesuatu yang tetap dan kaku menuju proses perubahan dan kebebasan berekspresi.
5. Schultz (1991), aktualisasi diri adalah kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya atau kebutuhan individu untuk menjadi apa saja menurut potensi yang dimilikinya.
6. Adhani (dalam Kurnia & Shinta, 2015), aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang disukai. Pengerjaan itu dilakukan dengan gairah sesuai dengan potensi yang ada di dalam dirinya. Hal ini merupakan kebutuhan pencapaian tertinggi manusia.

B. Aspek Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Aspek-aspek aktualisasi diri pada seseorang menurut Maslow (1987) di antaranya,
1. Kreativitas (creativity). Merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Sifat kreatif nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang penuh. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas, keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati.
2. Moralitas (morality). Merupakan kemampuan manusia melihat hidup lebih jernih, melihat hidup apa adanya bukan menurutkan keinginan. Kemampuan melihat secara lebih efisien, menilai secara lebih tepat manusiawi secara penuh yang ternyata merembes pula ke banyak bidang kehidupan lainnya.
3. Penerimaan diri (self acceptance). Banyak kualitas pribadi yang dapat dirasakan di permukaan yang tampak bervariasi dan tidak berhubungan kemudian dapat dipahami sebagai manifestasi atau turunan dari sikap yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa bersalah, melumpuhkan rasa malu dan kecemasan dalam kategori berat.
4. Spontanitas (Spontaneity). Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan sebagai relatif spontan pada perilaku dan jauh lebih spontan daripada di kehidupan batin, pikiran, impuls, dan lain-lain, perilaku ini ditandai dengan kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak selalu berarti perilaku konsisten yang tidak konvensional.
5. Pemecahan masalah (Problem Solving). Yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya, Dengan beberapa pengecualian dapat dikatakan bahwa objek biasanya bersangkutan dengan isu-isu dasar dan pertanyaan dari jenis yang telah dipelajari secara filosofis atau etika.

Vallet (dalam Putri, 2007) berpendapat bahwa aspek-aspek proses perkembangan seseorang untuk mewujudkan aktualisasi dirinya, antara lain:
1. Memahami kebutuhan dasar yang manusiawi, yaitu bagaimana individu memahami kebutuhan-kebutuhannya yang paling mendasar.
2. Mengungkapkan perasaan yang manusiawi, yaitu ungkapan-ungkapan individu tentang apa yang dirasakannya.
3. Kesadaran dan kontrol diri, bagaimana individu mampu menyadari dan mengontrol setiap tindakannya sehingga sesuai dengan harapan-harapannya.
4. Menjadi sadar akan nilai-nilai manusiawi, kemampuan individu untuk bisa menerima nilai-nilai yang berlaku di sekelilingnya, seperti bekerja sama dengan orang lain.
5. Mengembangkan kedewasaan sosial dan individu, kemampuan individu untuk dapat mempertimbangkan segala tindakan yang dilakukan serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

C. Ciri Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Maslow (dalam Jarvis, 2015) menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan. Adapun ciri-ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri di antaranya,
1. Memiliki persepsi akurat tentang realitas
2. Menikmati pengalaman baru
3. Memiliki kecenderungan untuk mencapai pengalaman puncak
4. Memiliki standar moral yang jelas
5. Memiliki selera humor
6. Merasa bersaudara dengan semua manusia
7. Memiliki hubungan pertemanan yang erat
8. Bersikap demokratis dalam menerima orang lain
9. Membutuhkan privasi
10. Bebas dari budaya dan lingkungan
11. Kreatif
12. Spontan
13. Lebih berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri
14. Mengakui sifat dasar manusia
15. Tidak selalu ingin menyamakan diri dengan orang lain

Sedangkan menurut Asmadi (2008), seseorang dengan aktualisasi diri optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Beberapa karakteristik dan ciri-ciri yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri di antaranya,
1. Mampu melihat realitas secara lebih efisien. Karakteristik ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali kebohongan, kecurangan, kepalsuan, yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan.
2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya. Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain.
3. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran. Orang yang mengaktualisasikan dirinya dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat.
4. Terpusat pada persoalan. Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia.
5. Membutuhkan kesendirian. Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persisnya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois dan tidak bergantung pada pikiran orang lain.
6. Otonomi, kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan. Orang yang sudah mencapai aktualisasi diri tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan di mana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya.
7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. Merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang ia miliki.
8. Kesadaran sosial. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial dimana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.
9. Hubungan interpersonal. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku masyarakat di sekelilingnya.
10. Demokratis. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan golongan, etis, agama, suku, ras, status sosial-ekonomi, partai, dan lain-lain.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis. Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor yang menghina kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina, merendahkan, bahkan menjelekkan orang lain.
12. Kreativitas. Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini tanpa tendensi atau pengaruh dari manapun dan siapapun. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
13. Independensi. Mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan atau kepentingan.
14. Pengalaman puncak. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya.

D. Faktor Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri di antaranya kreativitas, kepribadian, transendensi, demokratis, dan hubungan sosial. Anari (dalam Putri, 2007) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri di antaranya,
1. Kreativitas, merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Kreativitas bagi mereka adalah suatu sikap. Individu ini asli, inventif dan inovatif meski tidak harus menghasilkan sesuatu.
2. Kepribadian, yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu terhadap lingkungan.
3. Transendensi, yaitu lebih tinggi, unggul, agung, melampaui superlatif arti yang lain tidak tergantung dan tersendiri. Individu yang beraktualisasi diri akan berusaha menjadi yang terbaik.
4. Demokratis, orang yang beraktualisasi diri bertingkah laku lebih dalam daripada toleransi. Meski individu menyadari bahwa perbedaan-perbedaan dengan orang lain, tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial. Individu siap mendengarkan dan belajar pada siapa saja yang dapat mengajarkan itu pada dirinya.
5. Hubungan sosial, yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya.

E. Cara Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Pada piramida teori hierarki kebutuhan Maslow, aktualisasi diri memang berada pada tingkatan teratas. Akan tetapi, piramida ini sering kali dikritik karena dianggap kurang tepat. Pasalnya, kebutuhan seseorang mungkin saja berubah berdasarkan situasi yang sedang terjadi di dalam hidupnya.

Sebagai contoh, seseorang mungkin tidak memiliki tempat tinggal yang layak, tetapi ia masih bisa memelihara hubungan yang kuat dengan orang lain. Dengan kata lain, Anda sebenarnya bisa mencapai aktualisasi diri walau kebutuhan-kebutuhan di bawahnya belum tercapai.

Aktualisasi diri bisa dicapai dengan berbagai cara di antaranya,
1. Meningkatkan rasa empati
2. Memberanikan diri untuk mencoba hal-hal baru
3. Menghabiskan waktu lebih banyak untuk diri sendiri atau ‘me time
4. Menghargai hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup, misalnya makanan yang baru Anda makan atau cuaca yang sedang baik
5. Belajar untuk menerima setiap hal yang terjadi dalam hidup, baik itu hal yang baik maupun yang buruk
6. Tidak memusingkan apa yang dipikirkan orang lain mengenai diri kita
7. Bersikap jujur kepada diri sendiri dan melakukan hal-hal yang bisa membawa kita mencapai tujuan hidup

Cara-cara di atas bisa Anda terapkan untuk mencapai aktualisasi diri. Namun, ingat, aktualisasi diri bukanlah suatu hal yang bisa Anda capai dalam waktu yang singkat. Sebaliknya, aktualisasi diri bisa dianggap sebagai tujuan jangka panjang menuju pribadi yang lebih baik.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Aktualisasi Diri (Self Actualization), Aspek, Ciri, Faktor, dan Caranya"