Sejarah Krisis Moneter 1998 di Indonesia, Penyebab, dan Dampaknya

Table of Contents

Krisis Moneter 1998 di Indonesia
Bagaimanakah Krisis Moneter 1998 di Indonesia?

Krisis moneter 1998 di Indonesia adalah periode sulit dalam sejarah ekonomi negara yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Krisis ini berdampak pada berbagai sektor perekonomian, kehidupan sehari-hari masyarakat, dan memicu gejolak sosial dan politik.

Krisis moneter adalah kondisi terpuruknya perekonomian suatu negara yang menyebabkan harga-harga aset mengalami penurunan tajam. Laman OCBC menyebut, keterpurukan ekonomi yang terjadi membuat masyarakat tidak bisa melunasi utang sehingga industri perbankan kekurangan likuiditas.

Baca Juga: Pengertian Krisis Moneter, Penyebab, Ciri, Dampak, Peristiwa, dan Kebijakan Penanggulangannya

Munculnya krisis moneter akan berdampak pada kepanikan masyarakat yang akan memicu penjualan aset secara masif dan penarikan dana besar-besaran dari rekening tabungan. Masyarakat terpaksa melakukan hal itu  untuk menghindari risiko kerugian karena harga aset yang terus menurun apabila tetap disimpan.

Tindakan tersebut selanjutnya akan berdampak buruk pada pasar saham, pemerintah, dan menimbulkan krisis mata uang. Pada saat itu, nilai mata uang rupiah sempat mengalami penurunan drastis dari Rp2.450 per dolar AS pada Juni 1997 menjadi Rp13.513 per dolar AS pada Januari 1998.

Penurunan yang signifikan tersebut bahkan membuat devisa negara tidak mampu menahan kemerosotan rupiah.

Sejarah Krisis Moneter 1998 di Indonesia

Penyebab krisis moneter 1998 adalah karena harga aset mengalami penurunan, bisnis dan konsumen kesulitan membayar utang, serta lembaga keuangan yang kekurangan likuiditas. Krisis keuangan juga disertai dengan kepanikan investor yang menjual aset atau menarik uang dari rekening tabungan karena takut nilainya menurun. 

Baca Juga: Pengertian Rush Money, Sejarah, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Di samping itu, krisis moneter turut dipengaruhi oleh runtuhnya gelembung keuangan spekulatif, jatuhnya pasar saham, gagal bayar pemerintah, dan krisis mata uang. Kronologis krisis moneter di Indonesia diawali dengan lumpuhnya perekonomian negara yang terjadi sejak awal Juli 1997.

Selain itu, ada berbagai permasalahan yang dialami Indonesia pada saat itu, seperti krisis valuta asing, musim kering berkepanjangan, hama, kebakaran hutan besar-besaran, dan lain sebagainya. Pada saat yang bersamaan, kurangnya transparansi dan data menyebabkan masuknya dana luar negeri terjadi secara besar-besaran.

Sektor swasta banyak meminjam dana dari luar negeri yang sebagian besar merupakan kredit dengan jatuh tempo jangka pendek.

Penyebab Krisis Moneter 1998 di Indonesia

Berbagai penyebab krisis moneter 1998 yang membuat negara Indonesia mengalami keterpurukan dalam hal ekonomi. Adapun penyebab krisis moneter 1998 di Indonesia, di antaranya yaitu:
1. Nilai Rupiah Menurun
Krisis moneter ini sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1997, tepatnya pada bulan Agustus. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar Amerika Serikat.

Mata uang rupiah mengalami penurunan drastis dari rata-rata Rp2.450 pada Juni 1997 menjadi Rp13.513 di akhir Januari 1998. Selain itu, cadangan devisa negara juga tidak mampu untuk menahan gejolak penurunan nilai mata uang rupiah.

2. Tingginya Utang Luar Negeri
Penyebab krisis moneter 1998 yang berikutnya adalah besarnya utang luar negeri, terutama pada sektor swasta. Pada Maret 1998, total utang luar negeri Indonesia yaitu sebesar 138 miliar dolar Amerika Serikat, di mana setengah dari jumlah tersebut ialah milik swasta.

Lebih buruknya lagi, sepertiga dari utang tersebut bersifat jangka pendek dan akan jatuh tempo pada akhir tahun 1998. Tak hanya itu, cadangan devisa negara pada saat itu hanyalah sekitar 14,4 miliar dolar Amerika Serikat, sehingga tidak cukup untuk membayar kembali utang dan suku bunganya.

3. Pemerintah Kurang Tanggap
Penyebab krisis moneter 1998 juga dipengaruhi oleh tata kelola pemerintah dalam menyelesaikan masalah perekonomian yang kian memburuk. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik yang masih berputar pada pemilihan umum terakhir dan kesehatan Presiden Soeharto saat itu.

4. Solusi IMF Gagal
Berbagai pihak telah banyak memberikan kritik terhadap IMF terkait krisis yang terjadi di Asia. Adapun beberapa keluhan tersebut, di antaranya:
a. Meskipun program IMF terlalu seragam, masalah yang dihadapi setiap negara tidak sama persis
b. Program IMF terlalu melanggar kedaulatan negara donor dan bantuan yang diberikan tidak memberikan dampak baik, terutama di Indonesia, Thailand, serta Korea Selatan

Baca Juga: Pengertian Dana Moneter Internasional, Sejarah, Anggota, Aktivitas, Tujuan, dan Fungsinya

Setelah melihat program yang diterapkan pada tiga negara tersebut, timbul kesan bahwa IMF tidak memahami secara mendalam terkait penyebab krisis moneter 1998. Hal itulah yang membuat mereka tidak bisa memberikan jalan keluar secara tepat. Salah satu pemecahan masalah standar dari IMF adalah menuntut adanya surplus anggaran belanja negara.

Padahal, Indonesia dalam hal anggaran belanja negara pada tahun 1996 -1997 hampir selalu surplus, meskipun ditutupi dengan bantuan dari luar negeri. Peristiwa ini menjadi salah satu ujian terberat Indonesia. Krisis moneter dan ekonomi menyebabkan berbagai gangguan keamanan serta ketertiban.

Pada situasi tersebut, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mampu menemukan cara mengatasi krisis moneter 1998 dengan tepat.

Dampak Krisis Moneter 1998 di Indonesia

Mengingat penyebab krisis moneter 1998 yang sudah disebutkan sebelumnya, hal tersebut tentu memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan pemerintah. Adapun beberapa dampak krisis moneter 1998 di Indonesia, di antaranya:
1. Perusahaan Gulung Tikar
Perusahaan yang tidak mampu membayar utang akhirnya mengalami gulung tikar. Apalagi mengingat bahwa sebagian besar bahan baku diperoleh secara impor, tentu mereka membutuhkan dolar Amerika Serikat untuk membelinya.

Penurunan nilai tukar rupiah yang melonjak membuat perusahaan tidak bisa membeli bahan baku dan melakukan kegiatan produksi, sehingga terpaksa harus kehilangan bisnisnya. Situasi ini sangat merugikan karena ada banyak pekerja yang kehilangan sumber penghasilan sehingga kemiskinan meningkat tajam.

2. Perbankan Mengalami Kredit Macet
Penyebab krisis moneter 1998 yang mengakibatkan nilai tukar rupiah menurun akhirnya membuat seluruh bank menghadapi situasi kredit gagal bayar. Kredit macet ini merugikan bank, sehingga pemerintah memutuskan untuk menggabungkan beberapa lembaga keuangan untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.

3. Hilangnya Kepercayaan Negara Asing
Indonesia saat itu cukup terbuka bagi investor asing yang menanamkan modal usahanya di perusahaan dalam negeri. Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mencocokkan nilai tukar rupiah dengan harga pasar.

Namun, bukannya membaik, nilai tersebut justru mencapai angka yang lebih rendah daripada sebelumnya. Hal ini membuat investor tidak lagi percaya bahwa uang yang diinvestasikan di Indonesia akan memberikan hasil yang baik sehingga mereka memilih untuk menarik modalnya.

4. Harga Bahan Pokok Meningkat
Selain menyebabkan kenaikan tingkat pengangguran, nilai tukar yang terus terdepresiasi akan memengaruhi harga komoditas pokok. Kenaikan harga barang pokok membuat masyarakat resah karena kehilangan daya beli dan menimbulkan protes di mana-mana.

5. Kerusuhan Masyarakat
Krisis moneter 1998 juga memicu timbulnya protes besar-besaran yang terjadi hampir di seluruh Indonesia, termasuk oleh mahasiswa. 

Baca Juga: Kerusuhan Mei 1998: Sejarah, Penyebab, Kronologi, Dampak, dan Peristiwa Pentingnya

Hal tersebut membuat situasi semakin memburuk karena terjadi bentrokan antara pelaku demo dengan pihak polisi. Akibatnya, bentrokan massa pun pecah dan menewaskan empat orang mahasiswa Trisakti.

Sumber:
https://www.ocbc.id
https://rri.co.id
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment