Kapak Perimbas: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Ciri, Pembuatan, Jenis, dan Persebarannya

Pengertian Kapak Perimbas
Kapak Perimbas

Pengertian Kapak Perimbas
Kapak perimbas (kapak penetak) adalah kapak yang tidak memiliki tangkai dan cara pemakaiannya dengan digenggam memakai jari tangan. Penggunaan kapak ini digunakan di era paleolitikum, atau sering disebut sebagai zaman batu tua. Kapak ini tersebar di beberapa tempat di dunia, dan menjadikannya sebagai saksi hidup adanya manusia purba yang mulai berburu dan meramu.

Kapak perimbas dianggap masih satu jenis dengan kapak genggam, sebab digunakan dalam rentang zaman yang relatif sama. Bedanya, kapak ini lebih umum ditemukan, lebih familiar, dan digunakan secara lebih masif oleh manusia-manusia pada zaman tersebut. Hal ini terjadi karena cara membuatnya yang lebih mudah serta bahan dasarnya yang dapat ditemukan dengan lebih cepat.

Kapak perimbas biasanya dibuat dengan meruncingkan batu pada satu sisi permukaannya terlebih dahulu untuk menghasilkan sudut yang tajam. Sementara, kulit batu yang masih menempel di seluruh anggota permukaan batu yang tidak ditajamkan supaya bisa digenggam dengan aman dan nyaman tanpa melukai jari-jari tangan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis di wilayah Pegunungan Seribu/ Sewu, kapak perimbas ini digunakan manusia jenis Homo erectus. Kapak perimbas ini juga lekat dengan kebudayaan Pacitan di Jawa Timur juga banyak ditemukan di Jampang Kulon, Parigi (Jawa Timur), Tambang Sawah, Lahat, dan Kalianda (Sumatera), Awangbangkal (Kalimantan), Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali). Selain di Indonesia, kapak perimbas juga ditemukan di Myanmar, Vietnam, Thailand, dan China.

Sejarah Kapak Perimbas
Penelitian tentang kapak ini di Indonesia dimulai pada tahun 1935. Pada saat itu arkeolog Koeningsswald melakukan penelitian di wilayah Punung, Pacitan, Jawa Timur. Koeningsswald berpendapat jika temuan alat bantu yang ada di Pacitan memiliki kebudayaan yang sama pada daerah Eropa di awal zaman paleolitik.

Penemuan kapak ini di Pacitan menjadi awal mula penelitian artefak batu terutama kapak di daerah Nusantara. Daerah yang telah ditemukannya kapak perimbas adalah Lahat di Sumatera Selatan, Kalianda di Lampung, Awalbangkal di Kalimantan Selatan, Cabbege di Sulawesi Selatan, Sembira dan Trunyan di Bali, Batutring di Sumbawa, dan Nusa Tenggara Timur.

Penemuan artefak kapak parimbas terbanyak berada di Pacitan. Heekeren membagi temuan kapak parimbas yang di temukan di Pacitan menjadi beberapa jenis. Di antaranya yaitu tipe setrika, tipe kura-kura, dan tipe serut samping. Tipe setrika memiliki bentuk seperti setrika. Di mana memiliki penampang yang cembung dan memiliki penyerpihan yang tegas.

Tipe kura-kura juga memiliki penampilan yang sama seperti namanya. Penampangnya bulat dan memiliki permukaan yang meninggi bagian atasnya. Untuk selanjutnya adalah tipe serut samping. Pada tipe ini bentuknya dibuat tajam pada salah satu bagian dan tidak teratur.

Fungsi Kapak Perimbas
Fungsi dari kapak ini beraneka ragam, namun, jika dilihat dari bentuknya, fungsi utamanya tentu sebagai alat bantu untuk memotong dan menumbuk. Berikut beberapa fungsi kapak perimbas pada zaman batu tua di antaranya,
1. Menumbuk dan Memotong
Kapak perimbas fungsi utamanya memang sebagai alat bantu untuk memotong serta menyayat hasil buruan. Buruan yang memiliki kulit tebal dan daging keras hanya bisa dipotong dan ditumbuk menggunakan bahan yang keras dan juga tajam. Oleh karena itu kapak ini memiliki peran yang penting sebagai alat bantu manusia.

Selain digunakan untuk memotong daging, ia juga digunakan untuk menumbuk kacang dan berbagai serat tumbuhan yang bisa dimakan. Serat tumbuhan yang tidak bisa dimakan akan dibuat sebagai pakaian untuk melindungi diri.

Oleh karena itu, kapak perimbas sangat penting dalam mendukung gaya hidup berburu dan meramu komunitas-komunitas prasejarah pada zaman batu.
 
2. Alat Bantu dalam Berburu
Walaupun fungsi utamanya adalah untuk memotong dan menumbuk, kapak ini kemungkinan juga digunakan untuk berburu hewan. Walaupun fungsi yang terakhir masih diperdebatkan oleh para ahli. Kapak perimbas dianggap memerlukan tenaga yang besar untuk digunakan berburu, apalagi untuk menyerang hewan buruan yang ukurannya lebih besar.

Berbeda dengan panah atau tombak, yang belakangan ditemukan, kapak ini dianggap tidak efisien untuk dipakai berburu sehingga kemungkinan digunakan untuk berburu pun kecil. Walaupun begitu, karena fungsi dan bentuknya yang masih kabur serta sederhana, bukan tidak mungkin ia digunakan berburu hewan kecil dari jarak dekat ataupun sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan tidak terduga saat berburu.
 
3. Membantu Membuat Alat Lain
Ketika seseorang memiliki kapak ini, kemungkinan untuk memiliki peralatan lain juga lebih besar. Hal ini terjadi karena kapak perimbas juga sering digunakan untuk menghasilkan alat serpih yang lain, sehingga proses pemotongan hewan buruan menjadi lebih cepat untuk dilakukan.

Kapak ini dapat digunakan untuk membentuk dan mempertajam alat-alat lainnya dengan cara menumbuknya. Oleh karena itu, selain sebagai alat berburu, kapak perimbas juga dapat digunakan untuk membuat alat dan kapak-kapak lainnya.
 
4. Membantu Hidup Nomaden
Manusia baru hidup menetap dan melakukan aktivitas pertanian jauh setelah ditemukannya kapak ini. Oleh karena itu, kapak perimbas berperan penting dalam kehidupan masyarakat nomaden yang dilakukan selama ribuan tahun sebelum adanya pertanian.

Hidup yang senantiasa berpindah mengharuskan mereka memilik senjata yang praktis, dan dapat digunakan untuk alat serbaguna. Kapak perimbas ini dianggap sebagai peralatan yang tepat dan multifungsi.

Manusia purba yang masih hidup dalam keterbatasan tentu harus memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka untuk hidup, karena itu hadirlah kapak perimbas ini. Pembuatannya yang sederhana menjadi hal yang penting untuk ditelaah lebih lanjut, terutama untuk melihat fungsi dan kultur manusia purba.

Ciri Kapak Perimbas
Berikut beberapa ciri dari kapak perimbas di antaranya,
1. Terbuat dari batu kuarsa, kuarsit, basal, atau obsidian.
2. Berasal dari kebudayaan zaman paleolitikum.
3. Pemangkasan dilakukan pada satu permukaan saja
4. Tajamannya berbentuk konveks (cembung)
5. Kulit batu masih melekat pada sebagian besar permukaan batunya.

Pembuatan Kapak Perimbas
Untuk teknik pembuatan, kapak ini masih dibuat dengan cara yang sederhana dan kasar, terlihat dengan adanya satu bagian mata yang tajam, yang digunakan untuk memotong. Agar bisa tajam dan digunakan dalam rentang waktu yang lama, ia dipangkas satu sisinya agar tajam dengan bantuan batu yang lain. Jika dilihat dengan seksama, bagian mata yang tajam tersebut akan memiliki dua bentuk, yakni cembung dan lurus.

Umumnya, kapak ini terbuat dari batuan beku yang banyak tersedia di alam bebas. Terkadang, jika memungkinkan, digunakan batu obsidian yang jauh lebih tajam sehingga kemampuan memotongnya lebih baik. Kapak perimbas digunakan dengan cara di genggam langsung menggunakan jari tangan, sehingga ia menjadi alat yang tepat untuk membunuh hewan dan memotong suatu bagian tertentu dalam jarak yang relatif dekat.

Jenis Kapak Perimbas
Menurut Heekeren, kapak perimbas dapat dibagi-bagi menjadi beberapa jenis, tergantung dengan karakteristik, bentuk dan juga fungsinya.
1. Kapak serut samping, tipe kapak ini sering disebut sebagai side scrapper. Ia merupakan kapak dengan teknik pembuatan paling sederhana karena hanya satu sisinya yang tajam. Bentuknya masih tidak teratur, dan ditemukan dalam peradaban masa batu tua.
2. Kapak tipe kura-kura, atau sering debut sebagai tortoise. Merupakan kapak perimbasyang salah satu permukaannya cekung, dengan satu bagian yang lebih tinggi dari yang lain. Asal namanya merupakan nama yang diambil dari kura-kura masa modern.
3. Kapak tipe setrika, yang sering disebut sebagai kapak iron heater chopper. Kapak jenis ini memiliki bentuk yang cembung dan serpihan yang lebih tegas di bagian mata kapaknya.

Masing-masing dari ketiga jenis kapak tersebut memiliki kegunaan, bentuk, dan juga keunikan masing-masing. Namun, secara umum, fungsi utamanya tetap sama yaitu membantu dalam berburu dan memotong.

Persebaran Kapak Perimbas
Di dalam budaya kapak perimbas dikenal oleh istilah Oldowan, itu adalah istilah para arkeolog buat menyebut kelompok alat-alat batu yang digunakan selama periode 2.6 Juta tahun yang lalu hingga 1.7 juta tahun yang lalu. Yang disebut oleh kelompok budaya oldowan ini paling banyak di temukan di Afrika, Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Wilayah Afrika itu  gudangnya data bagi budaya kapak perimbas.

Banyak negara-negara di Afrika sebagai tempat ditemukannya kapak perimbas seperti Wilayah Mesir, Ethiopia, Kenya, Tanzania, dan di Afrika Selatan. Eropa juga sudah jadi rumah buat kapak perimbas. Di eropa Alat batu ini ditemukan di Swedia, Portugal, Georgia, Bulgaria, Rusia, Spanyol, Itali, Perancis, Jerman, Hungaria, Ceko, dan Inggris. Untuk di Kawasan Asia dan Timur Tengah, negara tempat ditemukannya kapak perimbas itu di Cina, Pakistan, Israel, Iran, Thailand, Indonesia, Myanmar, dan Malaysia.

Walaupun kapak ini banyak ditemukan hampir di semua bagian di dunia ini, tapi tidak berarti kalau alat batu ini punya bentuk dan fungsi yang sama. Perbedaan antara bentuk dengan bahan itu bisa menunjukkan variasi antar budaya. Kapak perimbas yang ditemukan itu berhadapan dengan kondisi dan kekayaan alam yang beda-beda.

Movius berpendapat kalo di kawasan Asia Tenggara dan wilayah Asia Timur punya perkembangan kebudayaan Paleolitik yang berbeda dengan corak dari kebudayaan yang berkembang di bagian barat seperti di wilayah Eropa, di Afrika, di Asia Barat, dan sebagian wilayah India. Itu diliat liat dari segi bentuk dan teknik pembuatan alat-alat batunya.

Begitu juga oleh jenis batuan yang dipakai untuk membuat kapak perimbas di berbagai tempat beda-beda. Contohnya, memakai fosil kayu banyak digunakan di Myanmar, batuan kuarsa di Punjab, Cina, sama Malaysia. Sedangkan batuan kapur kersikan dan tufa kersikan sering ditemukan buat bahan dasar pembuatan kapak perimbas di Indonesia.

Persebaran Kapak Perimbas di Indonesia
Di Indonesia, kapak ini ditemukan pertama kali oleh Koeningswald yang merupakan peneliti budaya  tahun 1935. Koenigswald menemukan kapak ini di Gunung Pacitan serta Kali Baksoko, yang kemudian diketahui pernah menjadi tempat hidup manusia purba. Ketika ditemukan, alat tersebut masih berupa kapak dengan jenis yang kasar, dibuat dengan sederhana, dan hanya digunakan untuk membantu proses pemotongan yang tidak terselesaikan dengan tangan.

Di Pacitan, tidak hanya kapak perimbas ini yang ditemukan, namun juga berbagai peralatan lain yang menunjang hidup manusia purba. Penemuan di tempat tersebut tidak main-main, sekitar 2 ribu alat ditemukan dan sekarang di museum kan di berbagai tempat dan negara, ada yang di Indonesia, ada pula yang dibawa ke Belanda. Karena penemuan tersebut, penemuan dengan jenis serupa mulai marak dilakukan di Indonesia.

Terkait dengan persebaran dari kapak perimbas, selain di Punung, daerah Pacitan, ia juga ditemukan di Baksoko, yang masih berdekatan dalam satu wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Jawa Timur. Secara umum, kapak perimbas ditemukan oleh para Arkeolog pada daerah-daerah berikut di antaranya,
1. Lahat (Sumatra Selatan)
2. Kalianda (Lampung)
3. Awangbangkal (Kalimantan Selatan)
4. Cabbege (Sulawesi Selatan)
5. wilayah Sembiran dan Trunyan (Bali)
6. Batutring (Sumbawa)
7. Maumere
8. Ruteng (Flores)
9. Kawasan sekitar Atambua, Kefanmanu, dan Noelbaki (NTT)

Selain di daerah-daerah di atas, terdapat daerah lain yang memiliki budaya , terutama di luar negeri yang memiliki alat penunjang hidup yang sama. Beberapa alat lain yang menjadi alat dengan rentang tahun yang sama dan tidak begitu jauh dari alat ini adalah sembiran, batu tring, dan truyan. Akan tetapi, kebanyakan alat ini masih ditemukan di Pacitan sebagai tempat pertama kali penemuan.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Kapak Perimbas: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Ciri, Pembuatan, Jenis, dan Persebarannya"