Psikologi Komunikasi: Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri Pendekatan, dan Teorinya

Pengertian Psikologi Komunikasi
Psikologi Komunikasi
Pengertian Psikologi Komunikasi
Psikologi komunikasi adalah cabang psikologi yang mempelajari usaha untuk memprediksi, menguraikan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Psikologi komunikasi juga bisa diartikan sebagai proses untuk mengenali atau mengetahui lebih jauh tentang karakter dan sikap komunikan tanpa mengabaikan aspek kejiwaannya.

Dalam psikologi komunikasi, psikologi berusaha melacak alasan mengapa suatu sumber komunikasi mampu memengaruhi orang lain dan mengapa sumber komunikasi lainnya tidak. Batasan dalam komunikasi juga sangat luas, mencakup penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem, dan organisme.  

Psikologi Komunikasi Menurut Para Ahli
Gita Sekar Prihanti (2017), psikologi komunikasi merupakan sebuah rangkaian proses untuk mendapatkan informasi mengenai faktor lingkungan serta psikologis yang dapat menghambat atau menunjang sikap manusia.

Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Psikologi tidak membicarakan komunikasi secara umum, melainkan membahas karakteristik manusia dan aspek biologis dalam diri manusia yang melakukan komunikasi.

Psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat indra ke otak, peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, proses saling pengaruh di antara berbagai kinerja dalam diri organisme dan di antara organisme.

Psikologi memeriksa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Di antaranya komunikator, pesan, penerimaan dan pengolahan pesan. Dan juga komunikan yang mencakup karakteristik manusia komunikan dan media komunikasi.

Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Psikologi mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas alam semesta, maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan.

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari komunikasi, memiliki beberapa ciri khas pendekatan yang berbeda dengan disiplin ilmu yang juga mempelajari komunikasi. Fisher (1978) dalam Rakhmat (2001 : 9) menguraikan 4 ciri pendekatan psikologi komunikasi di antaranya,
1. Penerimaan stimuli secara inderawi (sensory reception of stimuli). Psikologi melihat komunikasi diawali dengan penerimaan data oleh indra-indra manusia.
2. Proses Stimuli (internal mediation of stimuli). Stimuli yang mempengaruhi kita kemudian diolah dalam jiwa.
3. Prediksi Respon (prediction of response). Psikologi komunikasi menelaah bagaimana pengalaman yang terjadi pada masa lalu dapat mempengaruhi respons yang akan datang. Dari sinilah timbul pengaruh dari kenangan dan pengalaman yang merupakan jembatan antara  masa lalu dan sekarang. Salah satu unsur sejarah respons adalah peneguhan.
4. Peneguhan Respons (reinforcement of reponses). Peneguhan adalah respons lingkungan atau orang lain pada respons organisme yang asli. Peneguhan inilah yang disebut dengan feedback atau umpan balik oleh Bergera dan Lambert.

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat diramalkan respons yang akan datang. Kita harus mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa ini.

Teori Psikologi Komunikasi
1. Teori Komunikasi Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana.

Artikelnya sering dikutip banyak orang yaitu: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) oleh Littlejhon tahun 1996.

2. Teori Psikologi Komunikasi Dua Tahap dan Pengaruh Antar Pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dan kawan-kawannya mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940.

Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya.

Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respons tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

3. Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori psikologi komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori psikologi komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis.

Teori informasi atau matematis merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 B), Mathematical Theory of Communication.

Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi.

Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding).

Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain.

Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya.

Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.

Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insinyur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon.

Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien.

Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio. Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka.

Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.

Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi.

Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.

4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).

Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.

Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms.

Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan.

Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa.

Tujuannya adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa.

Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial.

Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat.

Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.

Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survei dan riset etnografi.

6. Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting awal mulanya diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw pada tahun 1972.

Asumsi teori psikologi komunikasi ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.

Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa.

Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, di mana media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.

Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut di antaranya,
a. Kognitif. menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
b. Afektif. menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
c. Behavioral. mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut.

Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya.

Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu.

Serta juga dengan struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan berbagai percampuran personal individu, dan persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut.

Kemudian menghasilkan berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasilkan perbedaan pola konsumsi media dan perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan perbedaan pola konsumsi.

Pada akhirnya dapat memengaruhi kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.

9. Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum.

Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi.

Serta persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

10. Teori Konstruksi Sosial Media Massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality, A Treatise in the sociology of knowledge).

Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

11. Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deskripsi yang menarik mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial.

Konsep dasar teori psikologi komunikasi difusi inovasi terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekuensi-konsekuensi.

Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar.

Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.

Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar.

Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini.

Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi yang membuat mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).

12. Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya.

Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia.

Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah.

Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi.

Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya.

Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.

Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogenan dalam kebudayaan.

Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak.

Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996: 254).

13. Teori Psikoanalisis
Menurut Teori Psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud ini, manusia dikontrol oleh kemauan yang terpendam di dirinya.

Perilaku kemanusiaan adalah hasil hubungan dari tiga subsistem dalam kepribadian manusia tersebut, yakni ID, Ego, serta Super ego.
a. IDE. Kepribadian manusia yang menaruh dorongan biologis, pusat insting yang bergerak berdasar prinsip kesenangan, berbentuk egoistis, tidak memiliki moral serta tidak ingin tahu. Id ialah perilaku hewani manusia.
b. Ego. Merupakan mediator antar sarat hewani dengan tuntutan logis serta realistik. Ego bergerak berdasarkan prinsip rasionalitas serta beradaptasi dengan kenyataan, hingga mengakibatkan manusia dapat tundukkan keinginan hewaninya.
c. Super Ego. Ialah hati nurani manusia, yang disebut internalisasi dari etika sosial serta kultural yang berlaku di warga. Super ego memaksakan ego untuk mendesak keinginan alam bawah sadar, super ego adalah “polisi” kepribadian manusia.

14. Teori Behaviorisme
Teori psikologi komunikasi selanjutnya yaitu Teori Behaviorisme. Definisi Teori Behaviorisme adalah sebuah teori yang mendasari munculnya teori jarum hipodermik.

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku manusia dipengaruhi atau dikendalikan oleh lingkungan dan alam sekitar.

Teori Behaviorisme juga menganalisis perilaku yang terlihat saja, yang bisa diukur dan diramalkan. Menurut teori ini, pengalaman adalah satu-satunya dasar kepemilikan ilmu pengetahuan.

Teori Behaviorsme Komunikasi juga disebut sebagai teori belajar dalam psikologi, menurut teori ini seluruh perilaku manusia kecuali insting ialah hasil belajar.

Di mana, definisi belajar merupakan sebuah langkah perubahan perilaku manusia akibat pengaruh lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

15. Teori Humanistis
Teori Humanistis memberi gambaran manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens) dalam berkomunikasi.

Tidak seperti Teori Behaviorisme yang menganggap bahwa manusia seperti mesin atau robot yang dibentuk oleh lingkungan, atau seperti Teori Psikoanalis yang beranggapan manusia dipengaruhi oleh naluri primitif.

Teori Humanistik berpendapat bahwa manusia di dunia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi, dimana sang “aku, diriku, atau diri sendiri” yang menjadi pusat pengetahuan kehidupannya.

Menurut Teori Humanistis, perilaku manusia berpusat pada konsep diri. Persepsi manusia terkait identitas dirinya yang sifatnya fleksibel. Pada teori ini manusia juga dipandang selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

16. Teori Kognitif
Teori psikologi komunikasi kognitif yang dicetuskan oleh George Miller memiliki konsep dasar bahwa manusia merupakan makhluk yang aktif dalam mengelompokkan atau mengorganisasikan dan mengolah informasi yang diterima (homo sapiens).

Teori Komunikasi Kognitif adalah reaksi terhadap teori Behaviorisme yang menganggap manusia hanya bersifat pasif terhadap lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Decrates, Teori Kognitif menjelaskan bahwa manusia selalu berusaha belajar, memahami dan berpikir tentang lingkungannya, jiwanya yang menjadi alat utama sebagai pusat pengetahuan, bukan indra.

Teori Kognitif juga termasuk ke dalam dua cabang ilmu besar, yaitu psikologi dan komunikasi. Kemudian teori ini menekankan terhadap proses pembelajaran yang diterapkan kepada anak.

Sehingga, menurut teori psikologi komunikasi kognitif, guru bukanlah sumber utama dalam proses pembelajaran bagi seorang anak dan tidak diwajibkan patuh terhadap perintah guru.

Hal tersebut memiliki dasar yang diperoleh dari evaluasi dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan proses yang telah dilalui dibandingkan dengan hasil.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Komunikasi: Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri Pendekatan, dan Teorinya"