Partisipasi Anggaran: Pengertian, Manfaat, Proses, Indikator, Kelebihan, dan Kekurangannya
Table of Contents
Partisipasi Anggaran |
Pengertian Partisipasi Anggaran
Partisipasi Anggaran (anggaran partisipatif) adalah suatu proses penyusunan anggaran yang melibatkan para manajer menengah dan bawah dalam suatu organisasi. Keterlibatan para manajer menengah dan bawah dalam proses penyusunan anggaran akan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan anggaran. Dalam konteks pemerintahan maka keterlibatan dapat dilihat dari proses penyusunan program dan kegiatan yang disusulkan oleh masing-masing unit organisasi di lingkungan pemerintah. Partisipasi anggaran merupakan kesempatan seorang bawahan untuk ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran pada suatu organisasi.
Partisipasi anggaran dalam menentukan target anggaran membutuhkan peran aktif di mana atasan dan bawahan ikut terlibat. Hal ini bertujuan agar para pelaksana anggaran lebih memahami masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan anggaran, sehingga partisipasi anggaran diharapkan menimbulkan efisiensi.
Partisipasi Anggaran Menurut Para Ahli
1. Kenis (1979), partisipasi anggaran diartikan sebagai besar kecilnya keterlibatan manajer bawahan dalam mempengaruhi proses penyusunan anggaran.
2. Brownell (1982b), partisipasi anggaran adalah suatu proses di mana individu terlibat di dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka.
3. Nafarin (2012), partisipasi anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu di dalam menentukan dan menyusun anggaran yang ada di dalam divisi atau bagiannya, baik secara periodik maupun tahunan.
4. Nurrasyid (2015), partisipasi anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran dengan adanya partisipasi anggaran maka dapat terjadi keselarasan tujuan organisasi.
5. Hansen and Mowen (2013), partisipasi anggaran adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreativitas.
Manfaat Partisipasi Anggaran
Menurut Siegel and Marconi (1989) penerapan penganggaran partisipatif memberi manfaat di antaranya,1. Partisipasi menjadi egoinvolved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka
2. Partisipasi akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok dan akibatnya akan meningkatkan kerja sama anggota kelompok dalam penetapan sasaran
3. Partisipasi akan mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran; dan
4. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan dalam mengalokasikan sumber daya di antara bagian-bagian organisasi.
Sementara menurut Hansen and Mowen (2013), partisipasi anggaran mendorong kreativitas serta meningkatkan tanggung jawab dan tantangan manajer level bawah dan mencegah yang mengarah pada tingkat kinerja yang lebih tinggi.
Keikutsertaan para manajer level menengah dan bawah dalam penentuan anggaran akan mendapatkan keputusan yang lebih realistis sehingga tercipta kesesuaian tujuan perusahaan yang lebih besar.
Selain itu, terdapat beberapa manfaat lain menurut Ikhsan dan Ishak (2005) di antaranya,
1. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkat manajemen.
2. Meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerja sama antar anggota kelompok dalam penetapan tujuan.
3. Menurunkan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran.
4. Menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber daya organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi semacam itu.
Proses Penyusunan Anggaran
Ada tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam menyusun anggaran, di mana pemilihan pendekatan menyusun anggaran sangat bergantung pada kondisi dan keinginan terhadap hasil yang ingin dicapai oleh organisasi (Mardiasmo, 2002). Pendekatan tersebut di antaranya, 1. Pendekatan dari atas ke bawah (top down approach)
2. Pendekatan dan bawah ke atas (bottom up approach) dan
3. Pendekatan partisipatif (participative approach).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Mardiasmo (2002) bahwa penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan top down, dimulai dari manajemen puncak yang menetapkan kebijakan pokok organisasi dengan memberikan pedoman bagi manajer yang menyusun anggaran dalam membuat dan mengajukan rancangan anggaran pusat-pusat pertanggungjawaban.
Pelaksanaan pendekatan top down selalu ditentukan dari manajemen puncak, dan manajer, pusat-pusat pertanggungjawaban hanya melaksanakan apa yang ditetapkan oleh manajemen puncak.
Penyusunan anggaran menggunakan pendekatan bottom up dimulai dari para manajer yang menyusun usulan anggaran, kemudian diteruskan ke atas sampai pada manajemen puncak. Proses penilaian dan pengesahan menjadi sangat penting dalam pendekatan ini.
Jika manajemen puncak akan mengubah jumlah yang tercantum dalam anggaran yang diusulkan dari manajemen yang menyusun anggaran, maka perubahan tersebut harus dapat meyakinkan manajer penyusun anggaran dengan alasan yang dapat diterima.
Namun pada kenyataannya hal ini sulit untuk dilaksanakan, karena manajemen puncak merasa memiliki wewenang dan kekuasaan, sehingga setiap perubahan atas usulan anggaran sulit tanpa menimbulkan rasa kesal bagi manajer yang menyusun anggaran.
Penyusunan anggaran dengan pendekatan partisipatif adalah dengan menggabungkan kedua pendekatan top down dengan bottom up. Anggaran dengan pendekatan ini dimulai dari manajer menyiapkan draft pertama untuk anggaran di wilayah tanggung jawabnya berdasarkan panduan/pedoman yang telah dibuat oleh atasan.
Selanjutnya, manajer puncak akan memeriksa dan mengkritisi anggaran yang diusulkan. Proses penyusunan anggaran dengan pendekatan gabungan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan top down ataupun bottom up (Anthony and Govindarajan, 2005).
Indikator Partisipasi Anggaran
Indikator partisipasi anggaran bisa dilihat dari karakteristik partisipasi anggaran yaitu keterlibatan manajer dan atasan dalam proses penyusunan anggaran. Pada dasarnya tidak terdapat indikator-indikator yang sangat jelas mengenai partisipasi anggaran, karena hal tersebut sangat berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia.Adapun menurut Soobaroyen (2005), indikator-indikator yang dapat digunakan dalam mengukur partisipasi anggaran di antaranya,
1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran.
2. Kontribusi dalam penyusunan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Pengaruh manajer dalam penentuan jumlah anggaran final yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Alasan atasan dalam merevisi anggaran yang disusun atau diusulkan manajer.
5. Frekuensi manajer untuk mendiskusikan anggaran yang diusulkan kepada atasan.
6. Frekuensi atasan meminta pendapat atau usulan manajer ketika menyusun anggaran.
Sementara menurut Sinaga (2013), indikator partisipasi anggaran di antaranya,
1. Keterlibatan dalam penyusunan anggaran. Adanya hak untuk mengajukan usulan anggaran dalam organisasi tersebut sesuai dengan tanggung jawab yang dimilikinya.
2. Pengaruh terhadap penetapan anggaran. Besarnya pengaruh dalam hal ini menunjukkan seberapa besar peran dan keikutsertaan yang diberikan karyawan terhadap keputusan anggaran final.
3. Pentingnya usulan anggaran. Kemampuan individu dalam memberikan usulan/pendapat dari bawahan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Kelogisan dalam anggaran. Kadang anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga mengandung unsur ketidakpastian. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan keyakinan dalam membuat anggaran agar anggaran tersebut logis sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Kelebihan Partisipasi Anggaran
Menurut Garrison (2000), kelebihan adanya partisipasi anggaran di antaranya, 1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.
2. Perkiraan anggaran disiapkan oleh manajer level bawah yang lebih akurat dan dapat diandalkan dari perkiraan yang disiapkan oleh manajer level atas yang memiliki pengetahuan kurang detail mengenai pasar dan operasi sehari-hari.
3. Motivasi pada umumnya lebih tinggi ketika individu berpartisipasi dalam menetapkan tujuan mereka sendiri dari pada ketika tujuan yang dipakai dipaksakan dari atasan.
4. Manajer yang tidak mampu memenuhi anggaran yang dipaksakan oleh atasan akan selalu mengatakan bahwa anggaran tidak realistis dan mustahil untuk dicapai.
Kekurangan Partisipasi Anggaran
Menurut Hansen dan Mowen (2013), kekurangan pelaksanaan partisipasi anggaran di antaranya, 1. Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Target yang dicapai pada anggaran cenderung menjadi tujuan manajer saat ikut berpartisipasi dalam pembuatan anggaran. Penetapan tujuan yang terlalu rendah bisa mengakibatkan penurunan tingkat kinerja manajer, namun penetapan tujuan anggaran yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kegagalan untuk mencapai standar dan membuat frustrasi manajer yang bisa mengarah pula pada penurunan tingkat manajer.
2. Membuat kelonggaran dalam anggaran (sering disebut sebagai menutupi anggaran). Partisipasi anggaran dapat menciptakan kesempatan bagi para manajer untuk membuat kelonggaran dalam anggaran (budgetery slack) atau senjangan anggaran. Senjangan anggaran dalam jumlah yang cukup besar dapat merugikan perusahaan, karena sumber daya yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara produktif tidak dapat dilakukan karena telah terikat pada bagian lain yang sebenarnya tidak membutuhkan sumber daya tersebut.
3. Partisipasi semu. Partisipasi semu akan terjadi apabila manajemen puncak menerapkan pengendalian total atas proses penganggaran, sehingga hanya mencari partisipasi semu dari manajer tingkat bawah. Partisipasi semacam ini tidak akan mendatangkan manfaat dari anggaran partisipasi sesungguhnya karena manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal dari manajer tingkat bawah, bukan untuk mencari input yang sebenarnya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment