Pengertian Logis, Logika, Sejarah, Komponen, Dasar, Fungsi, Manfaat, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Logis dan Logika
Logis dan Logika

A. Pengertian Logis dan Logika

Pengertian logis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuai dengan logika; benar menurut penalaran; masuk akal. Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal.

Pengertian Logika Menurut Para Ahli
1. W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso, logika merupakan ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat.
2. Jan Hendrik Rapar, logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
3. Soekadijo, logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan menalar.
4. William Alston, logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah.
5. Aristoteles, logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.

B. Sejarah Logika

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles. Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya. St. Yohanes dari Damaskus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. St. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Kemudian lahirlah logika modern.

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.

J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik. Chares Sanders Peirce (1839-1914) melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya.

Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

C. Komponen Logika

Berpikir logis mempunyai 3 komponen di antaranya pengertian (concept), keputusan (decision), dan penalaran (reasoning).
1. Pengertian merupakan penangkapan inti dari suatu obyek atau kejadian. Kata lain dari pengertian yaitu konsep. Konsep merupakan gambaran luas suatu obyek atau kejadian. Muncul rumusan dari pengertian atau konsep tersebut. Rumusan merupakan sebuah keingintahuan terhadap suatu hal. Rumusan dari pengertian atau konsep tersebut akan menghasilkan sebuah definisi.
2. Keputusan merupakan suatu aksi seseorang dalam menyatakan untuk mengakui atau memungkiri suatu hal. Keputusan setiap orang didasari oleh hasil tindakan akal budi yang dimiliki manusia.
3. Penalaran atau reasoning merupakan suatu proses manusia dengan akal budi untuk mencapai sebuah kesimpulan dari satu atau lebih hal yang telah ia ketahui sebelumnya. Hal-hal yang telah ia ketahui sebelumnya merupakan sebuah data.  Data tersebut akan menghasilkan sebuah kesimpulan atau pendapat baru yang sebelumnya belum diketahui. Data merupakan fakta empirik yang sebelumnya sudah diketahui kebenarannya.

Kaitan antara pengertian, keputusan, dan penalaran sangat erat. Tanpa adanya salah satu komponen tersebut, hasil dalam berpikir belum dapat dipastikan sesuai dengan logika manusia pada umumnya. Dalam berpikir logis, komponen-komponen tersebut harus dilalui secara berurutan. Dalam proses berpikir logis, terdapat pendapat yang diasumsikan diakui kebenarannya atau sebelumnya sudah terbukti kebenarannya.

D. Dasar Logika

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
1. Penalaran Deduktif, kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
2. Penalaran Induktif, kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

E. Fungsi Logika

1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan, serta kesesatan
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
7. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang

F. Manfaat Logika

1. Melatih jiwa manusia sehingga bisa memperhalus jiwa dan pikiran
2. Mampu mendidik kekuatan akal dan pikiran
3. Studi logika mampu mendidik agar bisa berpikir jauh lebih jernih dan kritis
4. Logika sangat memungkinkan melaksanakan disiplin intelektual yang sangat diperlukan dalam menyimpulkan pemikiran
5. Logika juga akan membantu dalam menginterpretasikan mengenai fakta dan pendapat orang lain secara memadai
6. Logika bisa membantu juga untuk mendeteksi penalaran yang keliru dan kurang jelas
7. Logika bisa memancing pemikiran yang lebih ilmiah dan reflektif
8. Daya khayal akan semakin tinggi sehingga membuat kita menjadi lebih kreatif

G. Jenis Logika

1. Logika Alamiah, adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
2. Logika Ilmiah, logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment