Silent Treatment: Pengertian, Ciri, Penyebab, Contoh, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Pengertian Silent Treatment
Pengertian Silent Treatment
Silent treatment (pendiaman) adalah penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dan elektronik dengan seseorang yang ingin berkomunikasi. Silent treatment juga bisa diartikan sebagai sikap ketika seseorang lebih memilih untuk diam dan mengabaikan orang yang sedang berkonflik dengannya.

Perilaku ini bukan termasuk sikap yang dilakukan sementara untuk menenangkan diri dan meredam emosi, melainkan bisa dalam jangka waktu lama hingga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Perlakuan ini mungkin hanya bersifat merajuk, namun bisa saja merupakan bagian dari perilaku manipulatif yang menyakitkan. 

Baca Juga: Gaslighting: Pengertian, Ciri, Kalimat, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Silent treatment juga dapat dianggap sebagai bentuk pelecehan emosional pasif-agresif di mana ketidaksenangan, ketidaksetujuan, dan penghinaan ditunjukkan melalui gerakan nonverbal sambil mempertahankan keheningan verbal. Psikolog klinis Harriet Braiker mengidentifikasi pendiaman sebagai salah satu bentuk hukuman manipulatif.

Perilaku ini dapat digunakan sebagai bentuk penolakan sosial, menurut psikolog sosial Kipling Williams tindakan ini adalah bentuk pengucilan yang paling umum.

Ciri Silent Treatment
Pada praktiknya di kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang menggunakan silent treatment untuk menciptakan jarak emosional dan mengontrol seseorang. Oleh karena itu, arti silent treatment juga bisa dianggap sebagai kekerasan emosional. 

Baca Juga: Pengertian Kekerasan Tidak Langsung, Bentuk, dan Contohnya

Cara tersebut juga dilakukan untuk mengakui sebuah kesalahan ataupun menghindari sebuah tanggung jawab. Pasangan yang memberlakukan silent treatment ini biasanya menampakkan beberapa sikap di antaranya,
1. Sikapnya dingin selama beberapa hari, bahkan bisa berminggu-minggu.
2. Tidak ingin berbicara, melakukan kontak mata, menerima panggilan telepon, dan tidak akan membalas pesan yang masuk.
3. Silent treatment dilakukan ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan.
4. Menggunakan cara ini untuk menghukum pasangan saat membuat Anda kesal.
5. Tidak akan merespons apapun yang dibicarakan pasangan.
6. Cenderung menekan pasangan supaya meminta maaf pada Anda.
7. Mengabaikan segala bentuk perhatian yang diberikan pasangan.

Orang yang melakukan silent treatment dengan menunjukkan sikap seperti di atas biasanya memiliki kekuatan penuh untuk mengontrol seseorang. Sementara pasangan yang mendapatkan perlakuan ini akan merasa bingung. Akhirnya, ia akan memilih untuk meminta maaf dan tidak menyelesaikan permasalahan sebelumnya.

Jika kejadian ini terus berulang, hubungan yang diciptakan sangat toxic. Pasangan yang sering diabaikan akan merasa tidak dicintai, tidak berharga, merasa cemas, hingga mengalami depresi. Hubungan seperti ini membuat pasangan tidak akan merasa puas dan akan terus memiliki komunikasi yang buruk.

Baca Juga: Toxic Relationship: Pengertian, Penyebab, Ciri, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Penyebab Silent Treatment
Dari Medical News Today, orang-orang yang melakukan silent treatment mengungkapkan beberapa alasan melakukannya di antaranya,
1. Sebagai bentuk penghindaran. Dalam beberapa kasus, seseorang memilih diam dalam percakapan karena mereka tidak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari konflik.
2. Sebagai bentuk komunikasi. Seseorang mungkin mengambil sikap silent treatment ketika mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya tetapi ingin pasangannya tahu bahwa dia kesal.
3. Sebagai bentuk hukuman. Jika seseorang diam saja untuk menghukum orang lain atau untuk melakukan kontrol dan kekuasaan atas mereka, sikap ini dapat digolongkan ke dalam bentuk kekerasan emosional.

Contoh Silent Treatment
Dari Psychcentral, terdapat beberapa ciri-ciri perilaku yang menunjukkan seseorang melakukan tindakan silent treatment di antaranya,
1. Menolak untuk berbicara.
2. Tidak mengakui apa yang seseorang katakan.
3. Mengabaikan panggilan telepon, pesan teks, dan lain-lain.
4. Berpura-pura tidak mendengarkan.
5. Tidak mengakui perasaan dan pendapat.
6. Pergi untuk waktu yang lama, lalu muncul kembali, bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi dan semuanya selalu baik-baik saja.
7. Mengabaikan kebutuhan dan permintaan seseorang untuk berkomunikasi dengan jelas.
8. Perilaku yang dimaksudkan untuk membuat mereka merasa tidak terlihat atau tidak valid.

Dampak Silent Treatment
Silent treatment umumnya dilakukan seseorang karena tidak ingin menghadapi konflik dengan orang lain. Namun, terkadang silent treatment juga dapat menjadi bentuk pelecehan emosional serta manipulasi, di mana pelakunya akan secara sengaja bersikap dingin dengan tujuan menghukum dan berharap orang lain meminta maaf kepadanya. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk perilaku pasif-agresif untuk mengontrol seseorang.

Orang yang mendapatkan perlakukan silent treatment umumnya kemudian akan merasakan beberapa dampak mulai dari kebingungan atau ketakutan, merasa marah, ditolak dan dikucilkan. Merasa tidak dihormati, dicintai dan dihargai, merasakan putus asa, rendah diri, hingga frustrasi

Baca Juga: Pengertian Inferiority Feeling (Rendah Diri), Aspek, Ciri, Faktor, dan Konpensasinya

Jika perlakukan ini kemudian terjadi secara berulang kali, dampak tersebut kemudian akan berkembang menjadi berbagai masalah kesehatan, mulai dari fibromialgia, gangguan makan, sindrom kelelahan kronis, kecemasan, hingga depresi.

Sebuah penelitian sendiri menyatakan bahwa silent treatment yang terjadi dalam sebuah hubungan cenderung menimbulkan perselisihan, karena tidak memiliki kesempatan untuk membahas dan menyelesaikan setiap masalah yang ada.

Masalah yang terus menumpuk dan berlarut-larut akhirnya akan menjadikan hubungan tersebut menjadi toxic atau tidak nyaman untuk kedua belah pihak, kurangnya keintiman, adanya komunikasi yang buruk, bahkan kemudian akan berakhir dengan perpisahan. Hal ini juga dapat berujung dengan ghosting.

Cara Menghadapi Perlakuan Silent Treatment
Pada kebanyakan kasus, dengan melakukan tindakan ini untuk menyelesaikan konflik bukanlah suatu cara terbaik, pasangan pria dan wanita sendiri umumnya memiliki kecenderungan yang sama untuk melakukan hal tersebut. Untuk menghindarinya, komunikasi yang jelas merupakan hal yang terpenting agar hubungan kemudian tetap berjalan dengan sehat.

Hal ini dikarenakan, tindakan ini kemudian akan membuat salah satu pihak tidak memiliki kemauan dalam menyelesaikan konflik secara benar. Ketika seseorang ingin membicarakan masalah tetapi yang lain menarik diri, hal ini kemudian dapat menyebabkan emosi negatif seperti kemarahan.

Orang-orang yang merasa diabaikan pun biasanya cenderung memiliki tingkat harga diri, kepemilikan, dan makna hidup yang lebih rendah dibanding yang lainnya. Oleh karenanya silent treatment dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan, bahkan jika orang yang diam tersebut sebenarnya hanya berusaha menghindari konflik.

Seseorang dengan pasangan yang kerap melakukan silent treatment umumnya cenderung melanjutkan perselisihan karena mereka belum memiliki kesempatan membahas keluhan dengan lebih dalam. Dalam Menangani perlakukan silent treatment dibutuhkan kesabaran yang ekstra. Bahkan, kadang kala Anda perlu mengalah sejenak untuk menurunkan ego agar dapat mencegah dampak buruk dari sikap ini.

Berikut beberapa cara yang mungkin dapat membantu untuk menangani silent treatment di antaranya,
1. Lakukan Pendekatan Secara Baik-Baik
Lakukan pendekatan secara baik-baik sebagai satu di antara cara untuk meredam sikap ini. Katakan bahwa Anda memperhatikan perlakuannya yang tidak pernah merespons, dan Anda sangat ingin mengetahui alasan mengapa sikapnya demikian.

Jika ia masih mengabaikan dan belum merespons, berikan ia waktu untuk dapat mengendalikan dirinya sendiri. Lalu, cobalah atur waktu untuk mendiskusikan masalah yang terjadi, jika ia sudah merasa tenang.

2. Ungkapkanlah Secara Jujur
Ungkapkan perasaan dengan jujur tentang apa yang Anda rasakan ketika mendapatkan silent treatment. Jelaskan bahwa sikapnya yang seperti ini bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal ini justru membuat Anda merasa frustasi, kesepian, dan melukai perasaan Anda.

Baca Juga: Pengertian Loneliness (Kesepian), Aspek, Faktor, dan Jenisnya

3. Bersikap Tenang
Silent treatment juga dapat memicu emosi dan perasaan marah. Namun, ada baiknya Anda tidak terbawa emosi. Cobalah untuk bersikap tenang agar tidak memperburuk situasi. Selain itu, meski masalah yang terjadi bukan sepenuhnya salah Anda, cobalah mengalah dan menurunkan ego.

Minta maaflah secara tulus dan katakan padanya bahwa Anda tidak akan mengulanginya lagi. Namun, jika hal ini kerap terjadi dan membuat Anda merasa rendah diri, cobalah mengevaluasi lagi apakah hubungan yang sedang Anda jalani memang layak dipertahankan.

Jika silent treatment yang Anda peroleh dari rekan kerja di kantor, Anda bisa mencoba bersikap profesional atau mencoba berbicara ke manajer terkait hal tersebut.

4. Fokuslah Pada Diri Sendiri
Selain berusaha meredam sikap dinginnya, alangkah baiknya Anda juga fokus pada diri sendiri. Luangkan waktu yang akan membuat Anda lebih nyaman dan tenang dengan melakukan hal-hal yang positif, misalnya menjalani hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan keluarga atau teman Anda.

5. Hindari Asumsi Secara Berlebihan
Hindari sok tahu, terdapat banyak penyebab mengapa pasangan mendiamkan Anda, jika Anda sok tahu hal ini hanya akan membuat kontraproduktif terhadap sudut pandang mereka. Asumsi berlebihan dan rasa sok tahu kemudian akan menyebabkan pembelaan diri, kemarahan, bahkan keheningan yang berkepanjangan.

6. Jelaskan Keinginan untuk Berkomunikasi
Tak selamanya diam itu emas, karena mendiamkan pasangan dalam waktu yang lama tanpa mengetahui penyebabnya kemudian akan merusak suatu hubungan. Setelah memberinya waktu untuk sendiri, cobalah menjelaskan keinginan Anda untuk berkomunikasi dengannya lagi dengan baik-baik.

7. Dengarkan dan Jangan Hanya Berbicara
Komunikasi sebagai jalan dua arah di mana dibutuhkan kemampuan berbicara dan mendengarkan. Belajar mendengar secara efektif sangat penting untuk komunikasi. Cobalah menyampaikan pendapat secara bergantian tanpa menginterupsi hingga salah satu orang selesai bicara, hal ini kemudian akan menjadi keterampilan yang penting dalam suatu komunikasi antar pasangan.

8. Jadilah Murah Hati dan Tidak Sarkastik
Saat kembali berkomunikasi, jadilah orang yang murah hati dengan mengakui emosi yang dirasakan kepada Anda. Jangan sarkastik serta menggunakan kata-kata pedas untuk melukai pasangan, dan lakukanlah diskusi dengan bahasa jelas.

9. Akui Perasaan Orang Lain
Langkah mengatasi silent treatment selanjutnya adalah meminta pelaku membagikan perasaannya kepada Anda. Dengan memintanya berbagi perasaan, kemudian akan membuat mereka tahu bahwa perasaan mereka valid dan penting, sekaligus membuka jalan pada percakapan.

Hindari bersikap defensif serta berusaha memecahkan masalah saat itu juga. Usahakan untuk tetap mendengarkan dengan penuh empati. Jika lawan bicara merespons dengan cara yang mengancam atau melecehkan, ada baiknya jauhkan diri hingga mereka kemudian merasa tenang. Jika perlu bicaralah dengan dokter, terapis, atau teman terpercaya untuk mendapatkan bantuan.

10. Atur Waktu dan Bersikaplah Tenang
Bersikap Tenang dan Atur Waktu untuk Menyelesaikan Masalah. Terkadang, seseorang memberikan silent treatment kepada orang lain karena sedang merasa terluka, terlalu marah atau kewalahan untuk berbicara.

Mungkin juga terdapat ketakutan dalam mengatakan sesuatu yang hanya akan memperburuk situasi. Pada kasus ini, akan sangat membantu jika setiap pihak kemudian meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum bertemu kembali untuk membahas masalah dengan tenang.

11. Hindari Dendam
Berurusan dengan pasangan yang mendiamkan juga dapat menimbulkan banyak emosi negatif, serta mungkin terasa sulit untuk memperlakukan mereka sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Cobalah tidak memendam rasa dendam, berikan juga contoh kepada mereka bagaimana mengatasi masalah hubungan dengan komunikasi terbuka yang lebih baik dan efektif.

12. Bersedia Meminta Maaf dan Memaafkan
Keheningan umumnya datang dari luka yang tidak terucapkan, bersedialah untuk saling meminta maaf serta mengevaluasi perilaku yang biasanya tidak nyaman. Ketika benar-benar memaafkan seseorang, Anda kemudian akan membuat keputusan untuk merangkul, memaafkan, melepaskan, dan bertumbuh.

13. Jangan Menyerah
Rasa puas diri akan sangat merusak dalam hubungan. Jika Anda telah merasa jenuh dengan kesunyian yang ada dengan pasangan, serta perasaan kesepian di antaranya, temukan keluarga dan teman yang kemudian akan menyemangatimu.

Jangan mudah menyerah untuk membuka jalan komunikasi dengan pasangan karena akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hubunganmu. Demikian langkah menghadapi silent treatment dari pasangan. Jangan mendiamkan dan menyerah dengan pasangan agar hubungan tidak kian berkonflik.

Dari berbagai sumber

Download

Baca Juga:

Materi Sosiologi SMA

Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 3: Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)

1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.1 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.2 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.3 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 4. Konflik, Kekerasan, dan Upaya Penyelesaiannya (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 2. Konflik dan Integrasi Sosial (KTSP)
6. Materi Ujian Nasional Kompetensi Konflik Sosial dan Integrasi Sosial     
7. Materi Ringkas Konflik Sosial dan Integrasi Sosial

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Silent Treatment: Pengertian, Ciri, Penyebab, Contoh, Dampak, dan Cara Menghadapinya"