Ghosting: Pengertian, Penyebab, Ciri, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Penyebab Ghosting
Ghosting
A. Pengertian Ghosting  
Ghosting adalah mengakhiri sebuah hubungan secara mendadak dan memutuskan komunikasi tanpa memberikan penjelasan apa pun. Istilah ghosting ini berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti berbayang atau bayangan, atau sebagai hantu yang bisa menghilang secara tiba-tiba.

Adapun penggunaan istilah sekarang viral ini, mengacu pada seseorang yang menghindar dan menghilang begitu saja, tak terlihat seperti hantu (ghost). Gosting dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan interpersonal yang lain, namun istilah ini paling sering dijumpai dalam konteks hubungan romantis.

Ghosting yang terjadi dalam hubungan yang dilandasi rasa kasih sayang begitu kuat tentu berdampak psikologis lumayan besar. Pelaku ghosting akan pergi setelah melakukan komunikasi intens atau beberapa kali pergi kencan atau pada saat Anda berkomitmen dalam suatu hubungan.

Apabila dalam sebuah hubungan percintaan, ghosting identik dengan pemberi harapan palsu dan untuk hubungan pertemanan, ghosting identik dengan hubungan platonic. Alasan pelaku ghosting umumnya hanya diketahui oleh pelaku dan tidak diketahui oleh korban ghosting.

Anda tidak akan bisa menghubungi pelaku ghosting ini melalui nomor ponsel, media sosial, maupun secara langsung. Selain itu, pelaku ghosting juga sering disebut sebagai pengecut karena menimbulkan rasa dendam, penyesalan, sampai amarah pada korban. Apalagi jika kenangan-kenangan sebelum di ghosting dibuat sangat indah dan sulit untuk dilupakan.

B. Penyebab Ghosting
Terdapat beberapa sebab orang tega melakukan ghosting di antaranya,
1. Tidak Ingin Menyakiti Perasaan
Beberapa ghoster melakukan ghosting karena tidak ingin menyakiti perasaanmu. Dengan mengatakan dia tak bisa melanjutkan hubungan yang sudah terlanjur hangat, dia akan melukai perasaanmu. Ia takut kata-kata yang ia gunakan membuat masalah semakin runyam. Ia takut penjelasan yang ia berikan akan dianggap sebagai alasan saja.

Menghilang dengan cara tiba-tiba mungkin terasa nyaman bagi ghoster. Mereka tidak perlu ribet menyusun kata-kata yang tepat untuk menjelaskan, memikirkan momen yang tepat, dan tak perlu repot-repot berempati pada korban ghosting. Ghoster pikir, dengan melakukan itu semua masalah dapat selesai dengan cepat tanpa ada drama yang berlarut-larut.

2. Tidak Dapat Mengomunikasikan Keinginan untuk Mengakhiri Hubungan
Pada dasarnya, ghosting merupakan sikap penolakan, namun tanpa finalitas. Ghoster melakukan ini karena tidak bisa menemukan cara yang baik untuk memutuskan apa yang telah tersambung. Ia menggunakan ghosting sebagai cara untuk mengkomunikasikan semuanya tanpa memerlukan bahasa.

3. Tidak Ingin Menjalin Komitmen yang Serius
Seseorang yang easy come easy go, cenderung lebih mudah melakukan ghosting. Orang seperti ini biasanya tidak siap untuk berkomitmen. Maka dari itu dia hanya mencari tempat mampir, bukan tempat untuk menetap.

4. Tidak Nyaman dengan Situasi yang Sedang Dialami
Ia tidak nyaman dan memilih untuk pergi ketimbang menyelesaikan masalah yang dihadapi.

5. Menemukan Orang Lain yang Lebih Memikat Hatinya
Selama melakukan pendekatan, mungkin saja seseorang juga menemukan orang lain yang lebih memikat hatinya dibanding kamu. Di satu sisi, dia sudah terlanjur dekat dengan kamu. Tidak mau dikatakan selingkuh atau berkhianat, dia memilih untuk hilang.

6. Kata Tak Lagi Bisa Ungkapkan Semua
Pada saat tertentu, kata tidak bisa mewakili perasaan. Keadaan telah mengatakan semua. Pertanda sudah bisa mengisyaratkan bahwa hubungan ini tidak bisa diteruskan.

Dia sudah terlalu lelah menahan situasi ini. Bukan, bukan dia bermaksud jahat. Dia hanya menganggap tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan selain menghilang, demi kebaikan kalian. Jika tidak menghilang, kemungkinan situasinya akan semakin rumit.

Time heals everything. Waktu akan menyembuhkan segalanya. Mungkin waktu yang akan menjelaskan padamu mengapa dia melakukan itu.

7. Memiliki Gangguan Psikologis
Sebagian orang melakukan ghosting karena hobi, bahagia, atau kepuasan. Ada orang yang melakukan ghosting dengan cara mendekati lawan jenis, membuat nyaman, jadi bergantung padanya, lalu pergi tanpa kabar. Dengan begitu, ia merasakan kepuasan. Ia akan mencari korban-korban baru secara terus-menerus. Hal seperti itu tentu mengganggu hidup orang lain. Untuk masalah seperti ini, orang tersebut perlu berkonsultasi dengan ahli yang menangani kesehatan mental.

8. Terlalu Sibuk
Kehidupan seseorang yang sangat sibuk kadang menyebabkannya tidak sempat untuk menyelesaikan masalah yang menggantung. Banyaknya tuntutan dan tanggung jawab saat ini menjadikan daftar prioritas bergeser sehingga seringkali orang yang terlalu sibuk me-ghosting kamu karena kamu bukan lagi prioritasnya.

C. Ciri Perilaku Ghosting
Terdapat beberapa ciri perilaku ghosting yang bisa dikenali sehingga Anda bisa mengambil langkah mengantisipasinya di antaranya,
1. Mulai sulit diajak komunikasi
Ketika kamu mengajak dia untuk komunikasi melalui chat, sms, telpon, dan sebagainya, dia menunjukkan sikap “aku tidak lagi minat denganmu”. Wujud kurangnya antusias tersebut bisa dilihat dari beberapa sikap, contohnya slow response meskipun tidak sibuk, mengabaikan pesanmu, dan pura-pura tidak tahu kalau kamu berbicara kepadanya.

2. Tidak lagi terbuka kepadamu
Jika dulunya dia banyak cerita mengenai apapun kepadamu, namun tidak lagi kini. Ia yang biasanya semangat menceritakan sesuatu, kali ini lebih banyak diam seperti orang asing satu sama lain. Bahkan beberapa ghoster bahkan sampai berani membohongi kamu.

3. Membangun tembok yang tinggi untuk menciptakan jarak
Menciptakan jarak merupakan salah satu upaya untuk menjauhi secara halus. Mungkin dulu kamu dan dia tidak ada batasan, kalaupun ada sangat sedikit. Namun jika dia sudah membatasi dirinya agar tidak terlalu dekat denganmu itu pertanda.

4. Easy come easy go
Pada satu waktu dia bersikap hangat dan proaktif mendekati kamu. Di saat yang lain dia tidak muncul saat dibutuhkan. Jangankan muncul, dihubungi saja tidak tahu rimbanya. Kita mengharapkan kehadirannya, sangat. Dan orang seperti ini memiliki sesuatu yang tak kasat mata yang bisa membuat orang lain merindukannya. Namun yang kamu butuhkan adalah orang yang berkomitmen. Sayangnya orang yang seperti itu belum bisa terikat dengan komitmen. Dan ciri-ciri seperti ini sangat berpotensi ghosting.

5. Kurang perhatian
Jarang menanyakan kabarmu dan keluargamu. Jarang menawarkan bantuan. Jarang berinisitaif untuk kebaikanmu. Jika semua itu kamu temui ada pada seseorang yang sedang ada di dekatmu, waspadai ya.

6. Sering membatalkan janji, bahkan di saat-saat menjelang acara
Sebal banget kan kalau acara yang dijanjikan tiba-tiba dibatalkan secara sepihak menjelang dimulai? Ibaratnya sudah akan bahagia tiba-tiba dihempaskan harapanmu. Kebiasaan membatalkan janji dengan mudahnya, apalagi menjelang acara dimulai, merupakan salah satu indikasi bahwa dia tidak segan akan meng-ghosting kamu.

7. Menolak adanya pertemuan
Baginya, ada dan tidaknya kamu tidak berpengaruh. Karena itu dia tak mengharapkan adanya temu denganmu. Dia tidak lagi antusias saat ada ajakan untuk bertemu. Kalau kamu mengajaknya bertemu, dia akan berbelit-belit sebelum kamu berhasil mengajaknya.

Kalaupun terpaksa bertemu, dia cenderung mempersingkat pertemuan. Ia tampak tidak semangat  saat bertemu. Seringkali ia menjadi orang yang pertama berpamitan.

D. Dampak Ghosting
Korban ghosting seringkali memiliki pengalaman buruk yang bisa mengganggu perjalanan hidupnya di masa depan.
1. Sakit Hati yang Bisa Menyebabkan Sakit Fisik
Istilah yang berbunyi sampai menangis darah mungkin tepat untuk menggambarkan ini. Sakit hati akibat di-ghosting rasanya bagaikan rasa sakit setelah kamu diangkat lebih tinggi lalu dijatuhkan dengan keras. Ya, saat pendekatan awal, kamu seakan diangkat ke langit karena terbuai oleh kebaikan-kebaikan dia. Harapan muncul.

Kemudian saat kamu berada di tempat yang tinggi, dia pergi, Kamu seakan dihempaskan tanpa ada penyangga. Rasa sakit hati memiliki jalur aktivasi yang sama dengan sakit fisik saat sistem saraf otak merespon.

Kecewa, sedih, marah, merasa tak berdaya, nyeri, ngilu, lemas biasanya akan muncul karena hati yang sakit. Itu sebabnya orang yang hati dan pikirannya sakit, cenderung memiliki penyakit dalam.

2. Merasa Bersalah dan Tidak Berharga
Orang yang menjadi korban ghosting akan bertanya-tanya mengapa dirinya ditinggal begitu saja tanpa kabar. Apakah aku telah melakukan kesalahan besar yang membuatnya tidak nyaman? Apakah aku tidak cukup baik? Atau aku tidak menghargai keberadaannya?

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Alih-alih mempertanyakan pelaku, pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih mengarah pada kekurangan diri sendiri. Sayangnya tidak ada satupun pertanyaan yang terjawab pasti karena kepada siapa pertanyaan tersebut ditujukan? Sementara dia pergi entah kemana. Tidak meninggalkan jejak sama sekali.

Rasa bersalah dan ketidakberhargaan diri akan terus menghantui. Maka seringkali korban ghosting susah untuk move on. Tidak pantas untuk siapapun. Mau maju takut salah. Mau mundur sudah pasti salah.
Dampak Ghosting Merasa Bersalah dan Tidak Berharga
Dampak Ghosting

3. Meninggalkan Jejak Trauma
Rasa bersalah dan merasa diri tidak berharga yang terus-menerus berlangsung dapat memunculkan trauma bagi para korbannya. Traumanya seperti takut menaruh kepercayaan pada orang lain untuk menjalin hubungan baru, takut di-ghosting lagi, takut membuat orang tidak nyaman lagi (padahal belum tentu korban yang menjadi penyebabnya), takut kalau dirinya belum cukup baik, dan sebagainya.

4. Bingung dan Depresi
Tentunya kamu akan merasa bingung dengan tindakan yang dia lakukan terhadapmu. Kamu akan terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk hingga akhirnya kamu pun depresi. Bahkan, di waktu mendatang pun kamu akan merasa bingung, ingin menjalin hubungan lagi dengan orang baru atau memilih untuk sendiri hingga kondisi pikiranmu kembali bersahabat.

5. Merasakan Kekejaman Emosional
Disebutkan dalam jurnal penelitian yang berjudul Psychological Correlates of Ghosting and Breadcrumbing Experiences: A Preliminary Study among Adults, perilaku ghosting merupakan salah satu bentuk kekejaman emosional atau emotional cruelty. Dianggap kejam karena meninggalkan luka yang dalam. Dari merasa kesepian hingga merasa rendah diri.

Pikiran kita akan terasa kacau apabila sedang patah hati. Bawaannya overthinking, pikiran kacau, gelisah, merasa terpuruk hingga akhirnya bisa bikin kita jadi seperti orang tak waras.

E. Cara Mengatasi Ghosting
Apa pun yang terjadi hidup tetap berlanjut, kamu harus move on, harus bangkit dan lebih baik dibanding sebelumnya. Semakin terpuruk, semakin sakit. Berikut beberapa cara mengatasi kondisi tersebut di antaranya,
1. Berikan Waktu bagi Diri untuk Sembuh
Time heals everything. Waktu yang akan menyembuhkan segalanya, dan memang setiap orang punya waktu yang berbeda-beda agar bisa move on bergantung pada sedalam apa lukanya, sedahsyat apa ghosting yang diterima, seindah apa kenangan yang terbentuk, sekuat apa kamu bisa menahan perih, dan sekeras apa tekadmu untuk bangkit.

Kuncinya, berikan waktu dirimu untuk berproses. Secara perlahan namun pasti, kamu akan sembuh.

2. Apresiasi Diri untuk Setiap Kemajuan
Sembuh dari luka tentu tidak bisa langsung. Kalau tidak terluka, berarti kamu tidak menyukai atau mencintai dia sedalam itu. Jadi terluka itu wajar. Kamu perlu proses. Dan setiap ada kemajuan dalam prosesmu, lakukan perayaan-perayaan kecil. Hal ini untuk mengapresiasi perjuanganmu untuk bangkit dari keterpurukan yang sulit.

3. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri
Salah satu dampak dari ghosting adalah menyalahkan diri sendiri. Stop! Berhenti menyalahkan dirimu. Di satu sisi, melakukan introspeksi diri memang baik dan bisa menjadikanmu lebih baik. Meskipun ada kesalahan yang kamu perbuat, kamu tidak boleh menyalahkan diri terus-menerus.

Bagaimanapun kesalahan yang kamu perbuat, dia seharusnya tidak meninggalkan begitu saja tanpa ada penjelasan. Barangkali dia merasa kamu tidak cocok dengannya. Selera orang berbeda-beda kan? Tentunya bukan berarti tidak ada yang cocok denganmu. Bukan berarti juga kamu tidak pantas dekat dengan siapapun. Intinya kecocokan. Jadi, berhentilah untuk menyalahkan diri sendiri.

4. Berkumpul dengan keluarga
Seorang sahabat yang banyak merasakan kepahitan pernah berkata, “Keluarga adalah satu-satunya pintu yang masih terbuka di saat pintu-pintu lain sudah tertutup untuk kita.” Ya, seburuk apapun keadaan kita, satu-satunya yang masih mau menerima keadaan kita adalah keluarga. Cinta tanpa syarat.

Berkumpullah dan bercandalah dengan mereka. Mungkin hatimu yang sempat membeku karena dingin yang teramat sangat dapat menghangat secara perlahan.

5. Dekatkan Diri dengan Tuhan
Bagaimanapun, keimanan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap move on. Seorang penulis bernama Novi Ahimsa Rosikha atau dikenal Ahimsa Azaleav pernah menyampaikan bahwa bangkit dari patah hati merupakan sebagian dari iman.

Karena menyelamatkan diri dari ketidakberdayaan, bangkit dari ketidakbermanfaatan, bangkit dari kesedihan, merupakan upaya-upaya perbaikan diri untuk menjadi seperti yang diinginkan Tuhan. Dan agar kuat menjalani itu semua, kamu butuh banget pertolongan-Nya. Maka mendekatkan diri kepada Tuhan adalah satu cara untuk menyembuhkan segala luka yang kita rasakan.

6. Jangan Mencari Tentang Dirinya Lagi
Mencarinya atau mencari tahu tentangnya bisa membuat kamu susah move on. Masih ada harapan dalam hatimu untuk bertemu dengannya. Kalau begitu, sepertinya kamu akan susah untuk bisa bangkit. Karena yang ingat ketika mencari tahu dia adalah mengapa kamu di-ghosting. Dia sudah bahagia dengan jalannya, maka mengapa kamu masih bersedih dengan mencari tahu tentangnya? Kamu juga berhak bahagia ya.

7. Relakan Semuanya
Semuanya sudah terjadi. Dan pilihan terbaik untuk menghadapinya adalah dengan berdamai dengan keadaan. Semakin kita tidak terima, semakin diri kita tersiksa. Namun saat kita berdamai dengan keadaan, hati kita akan menjadi lebih lapang.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Ghosting: Pengertian, Penyebab, Ciri, Dampak, dan Cara Mengatasinya"