Psikologi Humanistik: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Asumsi Dasar, Tokoh, dan Teorinya

Pengertian Psikologi Humanistik
Psikologi Humanistik
Pengertian Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik adalah salah satu pendekatan dalam ilmu psikologi yang memandang manusia sebagai individu yang utuh, memiliki potensi, serta mampu untuk mengaktualisasikan dirinya. Aliran humanistik dalam psikologi ini lahir pada akhir tahun 1950 sebagai reaksi dari perkembangan pendekatan psikoanalisis dan behavioristik.

Psikologi humanistik menolak asumsi dari pendekatan psikodinamika yang menekankan pada ketidaksadaran dan hal naluriah yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku. Juga pendekatan behavioristik yang fokus pada penguatan, stimulus maupun respons dalam berperilaku

Kedua pendekatan tersebut dianggap tidak manusiawi karena menggunakan hewan dalam penelitiannya. Tujuan psikologi humanistik adalah membantu manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensinya secara utuh.

Salah satu pencetus psikologi humanistik adalah Abraham Maslow.

Sejarah Perkembangan Psikologi Humanistik
Perkembangan teori psikologi humanistik berkembang sekitar tahun  1950-an sebagai suatu teori yang menentang teori lain yang lebih dulu ada seperti teori-teori psikoanalisis klasik dan behavioristik. Teori humanistik menyatakan bahwa kedua teori tersebut bersifat melecehkan nilai-nilai manusia atau berlawanan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Teori humanistik mengkritik teori psikososial Freud karena dalam teorinya, Freud menyatakan bahwa tingkah laku manusia didominasi oleh dorongan yang bersifat primitif dan bersifat hewani. Sementara teori behavioristik mendapat kritikan karena terlalu fokus dengan penelitian terhadap binatang dan menganalisis kepribadian secara terpisah.

Kesamaan kedua teori ini yang membuat munculnya teori humanistik adalah bahwa keduanya memandang manusia hanya sebagai budak yang tidak berdaya yang dikontrol oleh lingkungan serta masa lalu, dan memiliki sangat sedikit kemampuan untuk mengatur diri sendiri.

Psikologi humanistik hadir memberikan banyak warna dalam pengembangan ilmu psikologi. Psikologi humanistik mendorong seseorang untuk mampu melihat potensi atas dirinya hingga mendorong individu untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Kendati kebermanfaatannya yang dapat dirasakan dengan baik oleh berbagai pihak, psikologi humanistik tetap memiliki kekurangan ataupun batasan. Salah satu batasan dan kritikan terhadap psikologi humanistik ialah bagaimana psikologi humanistik menggunakan pengalaman subjektif dari individu sebagai acuan.

Hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang sulit untuk diukur secara objektif. Pengumpulan data yang digunakan dalam psikologi humanistik yang didasarkan pada data kualitatif menjadi tantangan tersendiri untuk dapat dilakukannya pembuktian secara empiris.

Asumsi Dasar Psikologi Humanistik
1. Manusia memiliki kehendak bebas atau free will untuk bergerak
Psikologi humanistik memandang individu pada hakikatnya memiliki potensi dan mampu memaksimalkan dirinya. Hal ini didasarkan dari latar belakang pendekatan psikologi humanistik yang didasari prinsip eksistensialisme, di mana individu memiliki kehendak bebas atau free will untuk menjalani kehidupannya dan mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

2. Setiap manusia itu unik dan memiliki potensi
Psikologi humanistik meyakini bahwa setiap individu atau manusia memiliki keinginan dan dorongan untuk membuat dirinya menjadi lebih baik. Asas ini lahir sebagai nilai yang positif dan fokus pada nilai-nilai kemanusiaan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki potensi di dalam dirinya.

3. Individu memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya
Asumsi berikutnya menganggap bahwa setiap individu memiliki dasar kebutuhan di dalam hidupnya. Kebutuhan ini mendorong pada aktualisasi diri yang menyangkut pada pertumbuhan psikologis, pemenuhan dan kepuasan di dalam hidup sebagai dasar motif manusia. Kondisi individu yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya yang terkadang menjadi hambatan dalam kepuasan hidup di dalam diri individu.

Tokoh Psikologi Humanistik
Hadirnya psikologi humanistik tidak terlepas dari berbagai tokoh yang terus melakukan penelitian dan melakukan temuan untuk pengembangan psikologi humanistik. Ada beberapa tokoh yang berpengaruh besar dalam pengembangan psikologi humanistik di antaranya,
1. Abraham Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) merupakan tokoh yang dikenal sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Menurut Maslow, setiap individu memiliki kecenderungan bawaan untuk mengaktualisasikan dirinya yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam diri individu tersebut.

Maslow mengembangkan hierarki kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk melakukan pertumbuhan dan mencapai kepuasan dalam hidup. Kegagalan untuk dapat memenuhi hierarki kebutuhan dapat membuat individu berada pada kondisi yang tidak memuaskan hingga mengarah pada munculnya berbagai hambatan dan gangguan.

3. Carl Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) merupakan tokoh yang memberikan pengaruh besar pada psikologi humanistik. Sebagai seorang tokoh psikologi humanistik, Rogers berpendapat bahwa setiap individu memiliki potensi dan kemampuan untuk memahami dirinya hingga dapat berfungsi seutuhnya (fully functioning) dan mencapai aktualisasi diri.

Menurut Rogers, seseorang yang sehat ialah seseorang yang mampu melakukan aktualisasi atas dirinya. Rogers berpendapat, masa lalu memang memberikan pengaruh pada masa sekarang, namun hal yang dapat dilakukan adalah berfokus pada keadaan saat ini dan hari ini.

Setiap individu yang mampu untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya adalah bentuk dari aktualisasi diri. Rogers juga mengembangkan perihal konsep diri ideal (ideal self) dan konsep diri sebenarnya (real self), yang terkadang menjadi salah satu hambatan bagi individu untuk mencapai aktualisasi atas dirinya.

Teori Psikologi Humanistik
1. Abraham Maslow
Abraham Maslow dianggap sebagai bapak psikologi humanistik yang menghadirkan teori yang komprehensif atau menyeluruh dan sangat jelas menunjukkan bahwa orientasi humanistik memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran modern mengenai perilaku manusia.

Teori Maslow berdasarkan pada anggapan bahwa setiap individu memiliki dua hal di dalam dirinya di antaranya,
a. Adanya usaha yang positif untuk berkembang
b. Adanya kekuatan untuk melawan atau memberi penolakan terhadap perkembangan itu.

Maslow menyatakan bahwa manusia bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya hierarkis. Adanya rasa takut pada diri masing-masing individu sekaligus juga adanya dorongan untuk menjadi lebih maju dan memaksimalkan potensinya, percaya diri menghadapi dunia luar dan juga bisa menerima dirinya sendiri.

Beberapa teori psikologi lain menurut para ahli yaitu teori identitas sosial, teori perkembangan anak menurut para ahli, dan teori kepercayaan diri.

Hierarki Kebutuhan Maslow
Maslow menyusun suatu hierarki kebutuhan manusia, yang menggunakan susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi satu individu di antaranya,
a. Tingkat pertama (Kebutuhan Fisiologis)
Kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi pertama kali  dan paling mendesak karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis manusia dan juga kelangsungan hidupnya. Antara lain kebutuhan akan makanan, air, tidur, tempat untuk tinggal, seksual, dan bebas dari rasa sakit.

b. Tingkat kedua
Kebutuhan tingkat berikut akan muncul apabila kebutuhan tingkat pertama telah terpenuhi. Kebutuhan akan adanya keselamatan, keamanan, dan bebas dari ancaman bahaya atau risiko kerugian berupa jaminan keselamatan dari lingkungannya.

c. Tingkat ketiga
Kebutuhan untuk mencintai dan memiliki seseorang yang cakupannya untuk membina keintiman atau kedekatan dengan orang lain, persahabatan, dan adanya dukungan. Kebutuhan ini akan mendorong individu untuk menjalin hubungan secara afektif dan emosional dengan individu lainnya, baik lawan jenis ataupun sesama jenis, dalam lingkungan keluarga maupun di dalam masyarakat.

d. Tingkat keempat
Kebutuhan yang berkaitan dengan harga diri, berupa kebutuhan untuk mendapatkan rasa hormat dan penghargaan dari diri sendiri dan juga dari orang lain. Seseorang perlu mengetahui bahwa dirinya berharga dan dapat mengatasi berbagai tantangan yang ada dalam kehidupannya.

e. Tingkat tertinggi
Berupa aktualisasi diri yaitu individu yang telah mencapai pemenuhan semua kebutuhan dan telah mengembangkan potensi dirinya secara keseluruhan, adanya kebutuhan akan kecantikan, kebenaran dan keadilan sesuai dengan keinginan dan potensi yang dia miliki.

Individu yang sudah mencapai tahap aktualisasi diri berarti telah menjadi manusia seutuhnya dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bagi orang lain tidak pernah terlihat.

Maslow menyimpulkan bahwa kebutuhan dasar yang berada di tingkat paling bawah dari piramida ini akan mendominasi perilaku setiap individu sampai kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi pada setiap tingkatannya, dan lalu kebutuhan pada setiap tingkat di atasnya akan menjadi dominan ketika kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi.

Perbedaan pada setiap individu terletak pada motivasi untuk melakukan sesuatu yang tidak selalu merupakan hal yang stabil di sepanjang hidupnya. Lingkungan hidup yang terganggu dapat menyebabkan motivasi menurun ke tingkat yang lebih rendah.

Teori Tambahan Maslow
Maslow mengemukakan tiga teori tambahan berikut di antaranya,
a. Kebutuhan estetis
Kebutuhan ini tidak bersifat universal karena hanya sedikit orang yang akan termotivasi dengan kebutuhan akan keindahan dan perlunya mengalami peristiwa menyenangkan secara estetis. Orang yang mempunyai kebutuhan estetis kuat biasanya menginginkan lingkungan sekelilingnya selalu indah, teratur dan mereka bisa menjadi sakit karena kebutuhannya tidak terpenuhi.

b. Kebutuhan kognitif
Berupa keinginan sebagian besar orang untuk mengetahui, memecahkan masalah, dan menyelidiki suatu hal. Menurut Maslow, satu pribadi yang sehat seharusnya selalu ingin tahu lebih banyak , memiliki teori tentang sesuatu, menguji hipotesis yang didapatkannya dan merasa puas hanya dengan mengetahui bagaimana satu hal bekerja.

c. Kebutuhan neurotik
Menurut Maslow, kebutuhan ini bersifat non produktif karena hanya berkisar pada gaya hidup tertentu yang tidak sehat dan tanpa nilai yang dilakukan individu untuk mencapai aktualisasi diri.

2. Carl Rogers
Merupakan salah seorang pencetus gerakan potensi manusia dengan penekanan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan lain-lain yang ditujukan untuk membantu orang supaya memiliki kepribadian yang sehat.

Rogers membangun teorinya berdasarkan praktik interaksi therapeutik yang dia lakukan dengan pasien-pasiennya. Teori Rogers dinamakan “Person Centered Theory” karena menekankan kepada sisi subjektif dari seseorang individu.

Pokok Utama Teori Rogers
Perhatian utama teori Rogers ditujukan kepada perkembangan atau perubahan kepribadian manusia, maka dari itu ia tidak menekankan pembahasan pada struktur kepribadian. Dua pokok utama dalam teori Rogers di antaranya,
1. Organisme
Menurut Rogers, organisme adalah makhluk fisik yang ada dengan semua fungsinya baik fungsi fisik maupun psikis. Organisme merupakan tempat terjadinya semua pengalaman yang merupakan persepsi seseorang tentang kejadian yang terjadi di dalam dirinya sendiri dan  juga di luar dunianya.

Keseluruhan dari pengalaman yang didapatkan baik itu sadar maupun tidak akan membangun medan fenomenal seseorang yang tidak akan diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik yang tidak sempurna.

Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa perilaku manusia bukan merupakan fungsi atau pengaruh dari kenyataan luar atau rangsangan dari lingkungan, melainkan berupa realitas subjektif atau medan fenomenal.

2. Self
Dikenal dengan “self concept” atau konsep diri, diartikan oleh Rogers sebagai persepsi tentang karakteristik ‘I’ atau ‘me’ dan persepsi mengenai hubungan ‘i’ atau ‘me’ dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dengan nilai-nilai yang berhubungan.

Pokok utama ini juga ditafsirkan sebagai keyakinan tentang kenyataan, keunikan dan kualitas dari tingkah laku itu sendiri. Adanya konsep diri berarti merupakan gambaran mental yang terbentuk mengenai diri sendiri.

Hubungan antara ‘Self concept’ dengan organisme bisa terjadi melalui dua kemungkinan, yaitu ‘congruence’  yang berarti hubungan mengandung kecocokan, dan ‘incongruence’ yang berarti terjadi ketidakcocokan yang keduanya menentukan perkembangan kematangan, penyesuaian dan kesehatan mental individu.

Suasana inkongruen menyebabkan individu mengalami penyakit mental seperti selalu merasa terancam, selalu cemas, adanya perilaku defensif dan pikiran yang kaku. Sebaliknya, kongruen akan menumbuhkan kesehatan mental atau penyesuaian psikologis pada individu.

Teori psikologi lainnya yaitu antara lain teori psikologi perkembangan, teori psikologi sastra, dan teori penyesuaian diri. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Humanistik: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Asumsi Dasar, Tokoh, dan Teorinya"