Herbert Marcuse: Biografi dan Manusia Satu Dimensinya

Biografi Herbert Marcuse
Biografi Herbert Marcuse
Herbert Marcuse adalah seorang filsuf Jerman-Yahudi, teoretikus politik dan sosiolog, dan anggota Frankfurt School. Dikenal sebagai Bapak Gerakan Kiri Baru, karya terbaik yang dikenal adalah Eros and Civilization, One-Dimensional Man, dan The Aesthetic Dimension. Marcuse adalah intelektual yang memberi pengaruh besar pada gerakan Kiri Baru dan gerakan mahasiswa pada tahun 1960-an.

Herbert Marcuse lahir di Berlin, Jerman, 19 Juli 1898 dari pasangan Carl Marcuse dan Gerturd Kreslawsky dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Yahudi. Pada 1916 ia menjalani wajib militer bersama Angkatan Bersenjata Jerman, namun hanya bekerja di kandang kuda di Berlin selama Perang Dunia I. Ia kemudian menjadi anggota Dewan Prajurit yang berpartisipasi dalam menggagalkan pemberontakan sosialis Spartakis.

Marcuse menyelesaikan tesis Ph.D-nya di Universitas Freiburg pada 1922 di Künstlerroman Jerman setelah ia kembali ke Berlin, di mana ia bekerja di penerbitan. Pada 1924 ia menikahi Sophie Wertheim, seorang matematikawan. Marcuse kembali ke Freiburg pada 1928 untuk meneliti bersama Edmund Husserl dan menulis Habilitation dengan Martin Heidegger, yang kemudian diterbitkan pada 1932 dengan judul Hegel's Ontology and Theory of Historicity. Penelitian ini ditulis dengan konteks renaisans Hegel yang terjadi di Eropa dengan penekanan pada ontologi hidup dan sejarahnya Hegel, teori idealis roh dan dialektika.

Dengan karier yang terhambat oleh bangkitnya Third Reich, pada 1933 Marcuse bergabung dengan Frankfurt Institute for Social Research. Pada 1933, Marcuse mempublikasikan ulasan utama pertamanya dari tulisan Marx yang berjudul Economic and Philosophical Manuscripts of 1844. Pada ulasan ini Marcuse merevisi interpretasi atas Marxisme, dari sudut pandang karya awal Marx. Ulasan ini membantu dunia memandang Marcuse sebagai seseorang yang mulai menjadi teoretikus paling menjanjikan pada generasinya.

Ketika menjadi anggota Institute of Societal Research, Marcuse mengembangkan sebuah model teori sosial kritis, membuat sebuah teori tahap baru negara dan monopoli kapitalisme, menjelaskan relasi antara filsafat, teori sosial, dan kritisisme kultural, dan menyediakan analisis dan kritik atas fasisme Jerman. Marcuse bekerja begitu dekat dengan teoretikus kritis ketika berada di Institut .

Tahun 1934 Marcuse bermimigrasi ke Amerika Serikat, di mana ia menjadi warganegara pada 1940. Meskipun ia tak pernah kembali ke Jerman untuk menetap, ia tetap menjadi teoretikus utama yang diasosiasikan dengan Mazhab Frakfurt, bersama dengan Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno (di antara yang lainnya). Pada 1940 ia mempublikasikan Reason and Revolution, sebuah karya dialektik yang meneliti Georg W. F. Hegel dan Karl Marx.

Selama Perang Dunia II Marcuse pertama-tama bekerja untuk U.S. Office of War Information (OWI) mengenai proyek anti-Nazi propaganda. Pada 1943 ia ditransfer ke Office of Strategic Services (OSS), lembaga pelopor Central Intelligence Agency. Pekerjaannya untuk OSS melibatkan penelitian mengenai Nazi Jerman dan denazifikasi. Setelah pembubaran OSS pada 1945, Marcuse dipekerjakan oleh Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat sebagai kepala seksi Eropa Tengah, dan pensiun setelah kematian istri pertamanya di 1951.

Pada tahun 1952 ia memulai karier pengajar sebagai teoretikus politik, pertama di Columbia University, lalu di Harvard University, kemudian di Brandeis University dari tahun 1958 hingga 1965, di mana ia mengajar filsafat dan politik, dan akhirnya (saat itu ia telah melampaui usia pensiun yang seharusnya), mengajar di University of California, di San Diego. Marcuse adalah teman dan kolaborator sosiolog politik Barrington Moore, Jr. juga filsuf politik Robert Paul Wolff, dan juga teman dari profesor sosiologi Columbia University C. Wright Mills, salah satu pencetus gerakan New Left.

Pada periode pasca perang, Marcuse adalah salah satu yang secara eksplisit paling politis dan kiri di antara anggota Mazhab Frankfurt yang lain, terus menerus mengidentifikasi dirinya sebagai Marxis, sosialis, dan seorang Hegelian. Kritik Marcuse atas masyarakat kapitalis (khususnya sintesisnya terhadap Marx dan Freud pada 1955, Eros and Civilization, dan bukunya pada 1964 One-Dimensional Man) beresonansi dengan kepentingan gerakan mahasiswa pada 1960-an.

Karena kesediaannya untuk berbicara pada protes mahasiswa, Marcuse segera dikenal sebagai "bapak dari Kiri Baru di Amerika Serikat", sebuah istilah yang sangat tidak ia sukai dan ingkari. Karya-karyanya sangat memengaruhi diskursus intelektual pada budaya popular dan kajian akademik budaya popular. Ia mendapat banyak permintaan ceramah di AS dan Eropa di akhir 1960-an dan 1970-an. Ia menjadi teman dekat dan inspirator dari filsuf Prancis André Gorz.

Kiri Baru dan Politik Radikal
Banyak sarjana radikal dan aktivis yang terpengaruh oleh Marcuse, seperti Angela Davis, Abbie Hoffman, Rudi Dutschke, dan Robert M. Young. Di antara mereka yang mengkritik Marcuse dari sayap kiri adalah Marxis-humanis Raya Dunayevskaya, dan emigran Jerman Paul Mattick, keduanya mengetengahkan One-Dimensional Man pada kritik Marxis. Esai tahun 1965-nya yang berjudul Repressive Tolerance, di mana ia mengklaim demokrasi kapitalis dapat mengandung aspek totalitarian, dikritik kaum konservatif. Marcuse berargumen bahwa toleransi orisinil tidak mentolerir dukungan bagi penindasan, karena dengan melakukannya suara kaum marginal tetap tidak akan terdengar.

Dia mengkarakteristikkan toleransi bagi pidato represif sebagai "tidak orisinil". Sebaliknya, Marcuse mendukung toleransi berbentuk diskriminatif yang tidak membolehkan suatu intoleransi "represif" untuk disuarakan. Marcuse kemudian mengekspresikan gagasan radikalnya melalui tiga buah tulisannya. Ia menulis An Essay on Liberation pada 1969 untuk merayakan gerakan pembebasan seperti yang terjadi di Vietkong, yang menginspirasi banyak kaum radikal. Ia juga menulis Counterrevolution by Revolt pada 1972 tentang harapan generasi 60-an yang sedang menghadapi kontra revolusi.

Setelah Brandeis menolak perpanjangan kontrak mengajarnya di 1965, Marcuse mendedikasikan sisa waktunya mempublikasikan artikel dan memberi kuliah dan saran pada kaum radikal di berbagai belahan dunia. Usahanya menarik perhatian media, menyorot ceramah-ceramah dan karyanya yang mempunyai pengaruh. Ia melanjutkan mempromosikan Teori Marxian dan sosialisme libertarian sementara murid-muridnya membantu dengan menyebarkan gagasan-gagasannya. Ia mempublikasikan karya terakhirnya The Aesthetic Dimension pada 1979 yang berbicara tentang emansipasi dan perlunya sebuah revolusi budaya.

Marcuse menikah tiga kali. Istri pertamanya seorang matematikawan Sophie Wertman (1901-1951), yang darinya ia mendapatkan seorang anak lelaki, Peter (lahir 1928). Pernikahan kedua Herbert adalah pada Inge Neumann (1913?-1972), janda dari teman dekatnya Franz Neumann (1900-1954). Istri ketiganya adalah Erica Sherover (1938-1988), bekas murid pasca sarjananya dan empat puluh tahun lebih muda, yang ia nikahi pada 1976. Putranya Peter saat ini adalah profesor emeritus Perencanaan Kota di Columbia University.

Sepuluh hari setelah ulang tahunnya yang ke-81, Marcuse meninggal pada 29 Juli 1979, setelah menderita stroke selama kunjungan ke Jerman. Ia baru selesai memberikan ceramah di Römerberggespräche Frankfurt, dan dalam perjalanan menuju Max-Plank-Institue for the Scientific-Technical World di Starnberg, yang diundang oleh teoretikus generasi kedua Mazhab Frankfurt, Jürgen Habermas. Pada 2003, setelah abunya diambil dari Amerika Serikat, ia dimakamkan di pemakaman Dorotheenstädtischer di Berlin.

Manusia Satu Dimensi
Ketika berbicara tentang Manusia Satu Dimensi atau One Dimentions Man maka kita akan teringat dengan satu karya pemikir terkemuka Herbert Marcuse. Dan Marcuse sendiri menjadi filsuf kenamaan internasional terutama karena bukunya tersebut. Judul bukunya menunjukkan kesimpulan umum yang dapat ditarik dari seluruh uraiannya: manusia dewasa ini berdimensi satu saja; dan anak judul menyatakan apa yang menjadi objek studinya, yaitu Studies in the Ideology of Advanced Industial Society.

Maksudnya ialah secara kritis menganalisis masyarakat industri modern (Amerika Serikat, Eropa Barat, Uni Soviet), tetapi tidak menutup mata dengan kawasan lain di dunia. Marcuse berkeinginan bahwa dengan pemikiran filosofisnya ia dapat menyumbang kepada terjadinya perubahan radikal dalam masyarakat. Hal ini pun terbukti dengan kepopuleranya, tidak jarang Marcuse digelari filsuf bagi New Left atau inspirator revolusi mahasiswa tahun 1968.

Penindasan manusia dalam masyarakat industi modern
Manusia adalah makhluk yang menurut kodratnya mendambakan kebahagiaan dan berhak juga atas kebahagiaan. Perwujudan kebahagiaan ini ada pada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, zaman modern ini mempunyai kemungkinan-kemungkinan objektif untuk merealisasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut, antara lain karena pekerjaan, berkat otomatisasi, sudah hampir tidak lagi bersifat menghinakan martabat manusia. Meskipun demikian, manusia modern tetap terhalang dalam merealisasikan kebutuhannya karena suasana refresif (menindas) yang menandai masyarakat di mana ia hidup.

Ciri khas yang menonjol dalam masyarakat industri modern adalah peranan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rasionalitas dalam zaman kita ini adalah rasionalitas teknologis. Segala sesuatu dipandang dan dihargai sejauh dapat dikuasai, digunakan, diperalat, dimanipulasi, ditangani. Dalam pandangan teknologis, instrumentalisasi merupakan suatu istilah kunci. Mula-mula cara berpikir dan bertindak ini hanya dipraktekkan dalam hubungan dengan alam saja, tetapi lama kelamaan diterapkan juga pada manusia dan seluruh lapangan sosial.

Bukan saja benda-benda, alam dan mesin-mesin diperalat dan dimanipulasikan, tetapi hal yang sama berlangsung juga di seluruh wilayah politik, dan kultural. Selain oleh instrumentalisasi, ilmu pengetahuan modern ditandai juga oleh operasionalisasi. Dengan operasionalisasi dimaksudkan bahwa konsep-konsep ilmu pengetahuan hanya berguna sejauh dapat digunakan, sejauh bersifat operabel. Hal ini tampak dengan demikian jelas dalam bidang penelitian sosial.

Dewasa ini bukan manusia yang menindas manusia; bukan golongan tertentu yang menindas golongan lain. Tetapi terdapat suatu sistem totaliter yang menguasai semua orang. Sistem teknologis seluruhnya merangkum seluruh realitas alamiah dan sosial dalam cengkramannya dan tidak ada orang yang dapat mempengaruhi sistem anonim tersebut. Sistem ini bersifat totaliter.

Totaliter dalam berbagai arti. Sistem ini berlaku untuk semua orang dan semua lapisan masyarakat. Demikian, teknologi bukanlah sesuatu yang netral, tidak merupakan suatu wilayah bebas nilai. Tidak dapat dikatakan bahwa sistem teknologis hanya merupakan sarana, dan terserah manusia sendiri dalam mempergunakannya, namun technological rationality has become political rationality (rasionalitas teknologis mengharuskan pula rasionalitas sosial yang menyertainya), sistem teknolologis sendiri membangkitkan pada manusia keinginan-keinginan yang diperlukan supaya sistem dapat mempertahankan diri dan berkembang terus.

Dibidang material manusia dewasa ini bisa sesuka hati memperoleh apa saja yang diinginkannya, akan tetapi dalam kenyataannya ia hanya diperbolehkan menginginkan apa yang dikehendaki oleh sistem supaya ia inginkan (melalui media iklan misalnya).

Dalam masyarakat industri yang sudah maju manusia seakan terjepit dalam sebuah lingkaran: disatu pihak produktivitas semakin besar untuk memungkinkan konsumsi semakin besar pula dan di lain pihak satu-satunya alasan bagi konsumsi ialah menjamin berlangsungnya produktivitas. Dengan menekankan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, dan kemakmuran, maka sistem kemasyarakatan industrial memberikan kesan mau memajukan dan membebaskan manusia, tetapi pada kenyataannya ia hanya tertuju kepada  perbudakan dan keterasingan.

Manusia modern mengira bahwa ia bebas sama sekali dan bahwa ia hidup dalam dunia yang menyajikan kemungkinan-kemungkinan berlimpah-limpah untuk dipilih serta direalisasikannya, namun apa yang sebenarnya dikehendaki manusia tersebut sebenarnya didiktekan kepadanya. Pada kenyataannya ia dijuruskan saja oleh apa yang ditentukan aparat produksi dan konsumsi, media masa dan publikasi periklanan, kelompok militer industrial dan pengelolaan teknokratis.

Manusia berpikir bahwa ia memiliki segala sesuatu yang dikehendakinya, tetapi pada kenyataannya ia tidak membuat lain daripada menginginkan apa yang dianggap perlu oleh sistem teknologis yang totaliter tersebut untuk mempertahankan dirinya.

Manusia modern selalu merasa bebas, karena ia dapat mengatakan dan menulis apa saja. Terdapat kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berkumpul hampir tanpa batas. Namun demikian, sebagian besar massa tidaklah bersikap kritis, sejauh teknologi memungkinkan kemajuan dibidang sosial-ekonomis, dengan mengisi perut, menggiurkan mata, meringankan dan mengurangi pekerjaan, sejauh itu pula sikap kritis manusia menciut. Kritik ditolerir dengan leluasa, tetapi dengan segera dilumpuhkan juga, karena dijadikan barang konsumsi yang menarik dalam bentuk hiburan kultural atau sensasi (mislanya ILC).

Terdapat privacy (ruang pribadi) tetapi dengan serentak privacy tersebut ditiadakan dengan televisi dan majalah-majalah bergambar. Terdapat waktu luang yang cukup banyak, hari-hari libur bertambah banyak dan hari-hari kerja diperpendek, tetapi waktu terluang itu digunakan dan diberi tempat dalam proses konsumsi (biro-biro perjalanan, industri pariwisata, industri hobi).

Setiap tahun makin banyak orang bertamasya keluar negeri, termasuk perjalanan keagamaan, tetapi di sini berlaku pula bahwa mereka merasa bebas untuk memilih tempat wisata dan hiburan kesayangan mereka, tetapi dalam kenyataannya mereka tidak berbuat lain daripada pergi ke tempat mereka disuruh pergi oleh publisitas periklanan yang mengarahkan keinginan-keinginan dan kehendak-kehendak mereka.

Di sini termasuk pemaksaan hobi terhadap sepakbola (piala dunia), mereka dipaksa untuk menyukai, diarahkan dan dibentuk sama persis satu sama lain. Dalam karangan ini Marcuse menunjukkan fenomena tersebut dengan istilah toleransi represif artinya suatu toleransi yang memberikan kesan seakan-akan menyajikan kebebasan seluas-luasnya, padahal maksudnya tidak lain daripada menindas saja.

Satu dimensi saja
Manusia modern adalah manusia berdimensi satu. Dan pemikiran yang dipraktekan dalam masyarakat tersebut adalah pemikiran berdimensi satu. Manusia modern hidup dalam masyarakat yang tidak mengenal oposisi ataupun alternatif. Cita-cita seperti kebebasan dan demokrasi telah kehilangan arti kritisnya. Karena pemikiran berdimensi satu secara sistematis disebarkan oleh para manajer politik dan para penguasa yang memonopoli media massa, manusia modern diindoktrinasi dengan selogan-selogan yang didiktekan begitu saja.

Pertentangan atau kontradiksi secara sistematis dikaburkan. Pemikiran negatif dilenyapkan. Menurut Marcuse, tendensi ini mempunyai sejarah yang panjang dan tidak baru dimulai zaman kita ini. Proses penyingkiran pemikiran negatif sudah dimulai dalam pemikiran filsafat Yunani. Pada Plato masih dapat ditemukan suatu logika protes. Pada Plato rasio tidak puas dengan dunia seperti tampak dalam pengalaman langsung, rasio menolak menerima dunia seperti adanya. Rasio harus menemukan realitas yang sebenarnya.

Namun dengan timbulnya logika formal pada Aristoteles pemikiran yang merasa dirinya terlibat sudah tidak memainkan peranannya lagi. Putusan manusia adalah bebas yang merupakan imperatif pada Plato menjadi proposisi formal S = P pada Aristoteles. Dengan tanda penghubung itu maka lenyaplah setiap ketegangan antara fakta dan keharusan, antara kenyataan dan realitas yang sebenarnya.

Dari berbagai sumber yang relevan

Download

Lihat Juga:

1. Herbert Marcuse 

2. Mazhab Frankfurt. Herbert Marcuse (1898-1979): Menafsirkan Freud
3. Mazhab Frankfurt. Herbert Marcuse (1898-1979): Menganalisis Masyarakat Industri Maju
4. Manusia Satu Dimensi (One Dimensional Man)
5. Mazhab Frankfurt

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Herbert Marcuse: Biografi dan Manusia Satu Dimensinya"