Karl Marx: Biografi dan Pemikirannya

Biografi Karl Marx
Biografi Karl Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prussia, pada 5 Mei 1818 (Beilharz, 2005e). Ayahnya seorang pengacara, memberikan kehidupan keluarga kelas menengah yang agak khas. Kedua orangtuanya berasal dari keluarga rabbi, tetapi karena alasan-alasan bisnis, sang ayah telah berpindah agama ke Lutherianisme ketika Karl masih sangat muda.

Pada 1841 Marx menerima gelar doktornya di bidang filsafat dari Universitas Berlin, yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan para Hegelian muda, yang bersikap mendukung, namun kritis terhadap guru mereka. Disertasi Marx adalah suatu risalat filosofis yang kering, tetapi benar-benar mengantisipasi banyak dari idenya dikemudian hari.

Setelah lulus dia menjadi seorang penulis untuk sebuah koran yang liberal-radikal dan dalam sepuluh bulan dia telah menjadi kepala editornya. Akan tetapi, karena pendirian-pendirian politisnya, koran itu ditutup oleh pemerintah tidak lama kemudian. Esai-esai awal yang diterbitkan di dalam periode ini mulai mencerminkan sejumlah pendirian yang akan menuntun Marx di sepanjang hidupnya.

Pendirian-pendirian itu dibubuhi secara liberal dengan prinsip-prinsip demokratis, humanisme, dan idealisme anak muda. Dia menolak keabstrakan filsafat Hegelian, mimpi yang naif para komunis utopian, dan menolak para aktivis yang sedang mendesakkan hal yang oleh Marx dianggap sebagai tindakan politis prematur. Dalam menolak para aktivis tersebut, Mark meletakkan dasar bagi pekerjaannya sepanjang hayat.

Usaha-usaha praktis, oleh massa sekalipun, bisa segera dijawab dengan meriam bila sudah membahayakan, tetapi ide-ide yang telah mengalahkan intelek kita dan menundukkan keyakinan kita, ide-ide yang telah memaku suara hati kita, adalah rantai-rantai yang tidak dapat dilepaskan orang tanpa mematahkan hatinya; mereka adalah setan-setan yang dapat dikalahkan orang hanya dengan menyerahkan diri kepadanya. (Marx, 1842/1977:20)

Marx menikah pada 1843 dan tidak lama kemudian terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari suasana yang lebih liberal di Paris. Di sana dia terus bergumul dengan ide-ide Hegel dan para pendukungnya, tetapi dia juga menjumpai dua kumpulan ide yang baru—sosialisme Prancis dan ekonomi politis Inggris.

Caranya menggabungkan Hegelianisme, sosialisme, dan ekonomi politik yang membentuk orientasi intelektualnya unik. Juga yang sangat penting pada titik tersebut ialah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi sahabat seumur hidup, dermawan dan kerabatnya—Friedrich Engels (Carver, 1983). Putra seorang pemilik pabrik tekstil, Engels menjadi seorang sosialis yang kritis terhadap kondisi-kondisi yang dihadapi kelas pekerja.

Banyak rasa iba Marx terhadap kesengsaraan kelas pekerja berasal dari pembukaan dirinya kepada Engels dan ide-idenya. Pada 1844 Engels dan Marx melakukan percakapan yang panjang disebuah kafe yang terkenal di Paris dan meletakan dasar-dasar bagi hubungan mereka yang berlangsung seumur hidup.

Mengenai percakapan itu Engels mengatakan, Kesepakatan kami yang lengkap disemua bidang teoritis menjadi jelas... dan kerja sama kami dimulai sejak saat itu (McLellan, 1973: 131). Pada tahun berikutnya, Engels menerbitkan suatu karya yang terkenal, The Condition on the Working Class in England.

Selama periode tersebut Marx menulis sejumlah karya yang sulit dimengerti (banyak yang tidak diterbitkan semasa hidupnya), termasuk The Holy Family (1845/1956) dan The German Ideology (1845-1846/1970) (keduanya ditulis bersama Engels), tetapi dia juga menulis The Economic and Philosophic Manuscript of 1844 (1932/1964), yang membayangkan pergulatannya kelak yang kian meningkat di ranah ekonomi.

Sementara Marx dan Engels menganut orientasi teoritis yang sama, ada banyak perbedaan di antara kedua pria itu. Marx cenderung seorang intelektual teoritis yang tidak teratur, dan sangat berorientasi kepada keluarganya. Engels adalah seorang pemikir praktis, seorang pebisnis yang rapi dan teratur, dan seorang yang tidak percaya pada lembaga keluarga.

Kendati terdapat perbedaan, Marx dan Engels menjalin persahabatan yang erat, bekerjasama dalam menulis buku dan artikel dan bekerjasama dibidang organisasi-organisasi radikal. Engels bahkan menopang kehidupan finansial Marx di seluruh sisa hidupnya sehingga Marx dapat mencurahkan diri kepada usaha-usaha intelektual dan politisnya.

Meskipun hubungan Marx dan Engels erat, Engels menunjukkan dengan jelas bahwa dia adalah mitra junior:
Marx dapat bekerja sangat baik tanpa aku. Apa yang dicapai oleh Marx tidak akan dapat kucapai. Marx berdiri lebih tinggi, melihat lebih jauh, dan mengambil pandangan yang lebih luas dan lebih cepat daripada orang lainnya di antara kami. Marx adalah seorang jenius. (Engels, dikutip dalam McLellan, 1973: 131-132)

Sebenarnya, banyak orang percaya bahwa Engels gagal memahami banyak hal dari kepelikan karya Marx (c. Smith, 1997). Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori Marxian dan dalam berbagai hal membelokan dan terlalu menyederhanakannya, meskipun dia tetap setia pada perspektif politis yang telah dia tempa bersama Marx.

Karena beberapa tulisanya telah mengganggu pemerintah Prusia, pemerintah Prancis, (atas permohonan pemerintah Prusia) mengusir Marx pada 1845, dan dia pindah ke Brussels. Radikalismenya sedang bertumbuh, dan dia menjadi seorang anggota aktif gerakan revolusioner internasional.

Dia juga berhubungan dengan Liga Komunis dan diminta untuk menulis suatu dokumen (bersama Engels) yang menguraikan secara terperinci tujuan-tujuan dan kepercayaan-kepercayaannya. Hasilnya ialah Comunis Manifesto 1848 (1848/1948), suatu karya yang dicirikan oleh slogan-slogan politis yang berdengung (misalnya, kelas pekerja di seluruh negeri, bersatulah).

Pada 1849 Marx pindah ke London dan, mengingat kegagalan-kegagalan revolusi-revolusi politis pada 1849, dia mulai menarik diri dari kegiatan-kegiatan revolusioner aktif dan beralih ke riset yang lebih serius dan mendalam mengenai cara kerja sistem kapitalis. Pada 1852, dia memulai studi-studinya yang terkenal di museum Inggris mengenai kondisi-kondisi kerja di dalam kapitalisme.

Studi-studi itu pada akhirnya menghasilkan Capital yang mempunyai tiga volume, volume yang pertama terbit pada 1867; kedua volume lainnya diterbitkan sesudah kematiannya. Dia hidup dalam kemiskinan selama tahun-tahun tersebut, berhasil bertahan hidup hanya dengan penghasilannya yang kecil dari tulisan-tulisannya dan dari dukungan Engels.

Pada tahun 1864 Marx menjadi terlibat kembali dalam kegiatan politis dengan bergabung dengan Internasionale, suatu gerakan internasional para pekerja. Dia segera mendapat keunggulan di dalam gerakan itu dan mencurahkan waktu selama bertahun-tahun untuknya. Dia segera mendapat ketenaran di dalam pergerakkan itu baik sebagai seorang pemimpin Internasionale dan sebagai pengarang Capital.

Akan tetapi, perpecahan Internasionale pada tahun 1876, kegagalan berbagai gerakan revolusioner, dan penyakitnya meminta korban pada Marx. Istrinya wafat pada 1881, putrinya pada 1882, dan Marx sendiri pada 14 Maret 1883.

Pemikiran Karl Marx
The German Ideology [1845, Paris Prancis]
Karya yang mendahului Ideologi Jerman adalah Keluarga Suci (The Holy Family) 1845. Sebuah karya yang berisi sindiran pedas Marx dan Engels terhadap Bauer bersaudara. Hal ini tentunya menjadi semacam penegasan bagi tanda perpecahan intelektual antara Marx dengan kelompok Hegelian Kiri.

Marx berusaha keras untuk menegasikan pandangan-pandangan filosofis Hegel, bagi Marx, Hegel adalah masa lalu yang suram hubungan antara dirinya dengan ayahnya dan hubungan antara dirinya dengan kehidupannya.

Demikian, dua karya Marx dalam periode ini, yaitu The Holy Family dan The German Ideologi adalah semacam pemihakan berjenjang atas realisme pencerahan yang merupakan pengaruh rasionalisme spiritual Prancis, Marx masih menekankan kemerdekaan orang perorangan, keabsahan material dan spiritual yang bebas dan tanpa tekanan atau dominasi apa pun, termasuk melalui asumsi negara romantik yang mengatasnamakan perwakilan sejarah.

Perbudakan masyarakat sipil (Burgerlichen Gesellschaft) seolah-olah merupakan kebebasan terbesar, karena membiarkan semua individu mendapatkan kebebasan. Individu menganggap kebebasannya sebagai gerakan (tidak lagi dibelenggu atau dikekang oleh ikatan atau oleh manusia lain) dalam lima elemen dirinya yang terasingkan, seperti properti, industri, agama; dalam realitasnya gerakan ini adalah perbudakan yang sempurna.

Seperti yang telah disebutkan, terdapat kontinuitas yang cukup signifikan antara karya 1841-1844, analisis dari disertasi doktoral Marx, Manuskrif Ekonomi dan Filsafat, The Holy Family. Kontradiksi tiada henti dengan pemikiran Hegel dan kemudian Hegelian Muda, merupakan alur yang tetap dalam jalur humanisme liberal gaya pencerahan Prancis yang disandingkan dengan otonomi individu dalam skeptisisme epistemologis khas Jerman.

Sebelum tuntas membahas visi dalam The German Ideology, penulis menemukan semacam rantai kontinuitas yang memperjelas asumsi tentang pemisahan Marx muda dan Marx Tua dengan garis pembatas The German Ideology yang kemudian digolongkan sebagai periode Marx Tua dengan ciri-ciri yang telah dipaparkan, dalam hal ini, bagi pemenuhan kajian intertekstual, The Holy Family adalah penting.

The Holy Family adalah rantai yang menyambungkan kedua periode kontroversial tersebut, demikian, penulis lebih melihat bahwa peralihan epistem atau paradigma dari pola pikir Marx lebih merupakan konsekuensi dari perkembangan alur pikir yang memperlihatkan sintesis yang tak dapat dihindari, atau merupakan sebuah konsekuensi dari teori sosial dalam mengatasi kontradiksi akibat dari perkembangan atau perubahan konteks sosial masyarakat yang menyertainya.

Dalam The Holy Family dapat ditemukan kritik yang teliti atas estetika spekulatif yang ditulis oleh Marx dan Engels untuk menyanggah mantan kawan mereka, Bruno Baeur dan kelompoknya. Sebagian besar buku ini membahas artikel yang mengulas karya Eugene Sue, The Mysteries of Paris, yang ditulis oleh Hegelian Kiri, Szeliga.

Selain mengkritik Szeliga, Marx mengemukakan analisis mendasar bukan saja tentang novel karya Sue tadi, tetapi juga seluruh moralitas dan estetika yang mengagungkan pribadi unggul abad ke-19, yakni kaum borjuis.

Marx membuktikan bahwa pada titik tertentu, tradisi pemikiran spekulatif Jerman ketika itu, khususnya Hegel dan penerusnya Hegelian sayap kiri, terjebak dalam semacam romantisisme konservatif, mereka tidak mampu melihat konteks sejarah yang ada, kemudian mereka tidak melihat dan berusaha belajar dari keadaan sosial yang aktual.

Hal ini di satu sisi merupakan sebuah kewajaran, Marx mengakui bahwa kepentingan yang paling utama dari filsuf radikal Jerman adalah menumbangkan kekuasaan feodal lama, sehingga mereka melihat prospek yang cukup dalam diri borjuasi sebagaimana revolusi Prancis menemukan momentumnya.

Demikian halnya, Marx pun benar adanya, pembelajarannya terhadap sejarah revolusi Prancis dan konteks sosial yang menelikungnya, pembalikan-pembalikan kontroversial yang menyertainya, menjadikan prospek atau cara pandangnya yang luas mampu melihat konsekuensi atau alur dari perkembangan-perkembangan sejarah yang akan datang.

Di sini asumsi tentang kepemilikan pribadi, feitisme dan alienasi menemukan kejelasannya yang sesuai, kepemilikan pribadi adalah penyebab pembalikan itu, egoisme feodal yang digantikan oleh egoisme kasar individualis. Hal ini sekaligus memperjelas posisi borjuasi dalam konteks sejarah dan perjuangan akan perubahan yang ada, demikian, mereka akan senantiasa berada dalam posisi sebagai penghianat dan licik.

Marx menentang filsafat idealis Jerman sebagai terlampau abstrak, reduksionis dan spekulatif. Meskipun demikian, pengalaman akan pengekangan-pengekangan kebebasan dalam cengkeraman feodalisme borjuasi Jerman selama hidupnya, kemudian ketidakbebasan manusia yang sama dalam masyarakat kapitalis, menjadikan semacam perenungan tersendiri bagi Marx.

Marx berusaha mencari pelandasan ilmiah atas kondisi sosial tersebut. Berkuasanya borjuasi bagi sebuah masyarakat adalah keniscayaan sejarah sebagai mana bentuk kepemilikan pribadi dalam masyarakat feodalis. Dimana asumsi terakhir merupakan argumentasi pendasaran ilmiah akan perkembangan-perkembangan atau tahap-tahap sejarah masyarakat. 

Baca Juga: Pengertian Feodalisme, Dasar Pembentukkan, dan Perkembangannya

Namun, berbeda dengan kaum Hegelian Kiri lainnya, Marx tidak berhenti pada titik tersebut, kontradiksi tetap berlanjut, kenyataan akan pengekangan diri yang harus menemukan titik kesempurnaannya dalam bentuk kebebasan otonomi atas Roh Absolut, mengharuskan masyarakat terakhir lenyap dengan sendirinya. Demikian, borjuasi dalam masyarakat kapitalis bukanlah akhir sejarah, akhir sejarah adalah antitesis dari alienasi diri manusia, yakni ‘rekonsiliasi roh absolut’ sebagai manifestasi sejarah paripurna.

Demikian sanggahan Marx terhadap kepemilikan pribadi dan penghapusan atasnya, sebagai bentuk sejarah peradaban masyarakat terealisasi dalam tahap-tahap perkembangan masyarakat tersebut. Namun, hal yang cukup mengherankan bahwa dalam posisi tersebut, Marx kembali pada idealisme Hegel.

Marx menyebutkan sebagai kesadaran kelas, kesadaran akan kelas yang tertindas, menyebabkan kaum yang termarginalkan dari masyarakat beradab tersebut menjadi golongan yang mulia. Sebagaimana kita ketahui, keningratan dan kehinadinaan itu saling bercampur. Bagi mereka yang telah mengalami pencerahan, apa yang semula digolongkan baik adalah buruk, demikian sebaliknya.

Hegel membahas tentang kelompok-kelompok masyarakat yang hidup dalam sisi negatif kemajuan sosial, yakni kelompok yang mengalami kemiskinan, runtuhnya kehidupan keluarga, dihinakan aturan moral orang yang beradab. Demikian berkat proses dialektika historis, orang-orang jahat dan hina ini, ternyata malah baik dan mulia.

Analisis ini memberi Hegel wawasan mendalam tentang dualisme kemajuan untuk mempersoalkan kenisbian apa yang mulia dan apa yang hina-dina, dan mengenai kemunafikan masyarakat borjuis, di mana kehinaan seseorang malah menjadi kebijakan publik.

Demikian sejauh mereka sadar akan watak sub-manusiawi dari cara eksistensi mereka, sadar akan kontradiksi hubungan-hubungan sosial, maka mereka telah mengatasi kesadaran masyarakat resmi, yang cuma terpaku pada pemenuhan kepentingan sendiri dibalik selubung keningratan dan kejujuran. Pada titik ini, The German Ideology menjadi sebuah karya yang paling kontroversial dibandingkan dengan karya-karya Marx yang lainnya, kesadaran yang merupakan momen eksistensial manusia dekat dengan pandangan kaum idealis.

Sebagaimana diketahui, Marx menyebutnya sebagai kesadaran kelas, kesadaran yang terbentuk karena realitas kelas sosial, kesadaran kolektif yang dilawankannya dengan egoisme individual borjuis. Di sini lagi-lagi kita menemukan bahwa Marx sangatlah dekat dengan Hegel, bahkan mengambil filsafat idealisme Hegel secara keseluruhan.

Namun pada sisi yang lain, Marx memiliki kedekatan dengan rasionalisme Prancis, kemudian juga karena pengaruh Engels, serta konteks sosial historis masyarakat kapitalisme, harus kemudian kita menyandingkannya dengan kondisi psikologis Marx, merupakan semacam sintesis unik dengan karakter istimewa tersendiri.

Hal ini menjadikan pandangan Marx tentang kesadaran kelas dan kesadaran pada umumnya, cukup mampu membuat solusi yang baru, yakni Marx mampu melihat bahwa filsafat idealis Hegel terjebak dalam kontradiksi yang cukup membingungkan, dari mana, kapan, dalam kondisi apa, bagaimana dan apa yang menentukan kesadaran tersebut. Demikian, Marx menyadari bahwa kondisi yang sadar diri dalam filsafat Hegel sangatlah abstrak dan tidak membumi.

Dalam The German Ideologi Marx kembali pada pertentangan atau kontradiksi awal, tentang Feuerbach manusia nyata perorangan, materialisme dalam filsafat. Demikian dialektika materialisme historis merupakan pengganti dialektika roh absolut Hegel, kesadaran tidak datang dari langit, kesadaran tidak terbentuk dalam ide atau pemikiran yang abstrak, namun kesadaran terbentuk karena kehidupan, karena eksistensi manusia dalam masyarakat dan kelas-kelas sosial yang ia tempati (hubungan imprastruktur dan suprastruktur).

Dialektika dari kesadaran manusia yang konkret, menyejarah dalam kehidupan yang nyata. Lantas apa yang realistis dan nyata bagi manusia tersebut, Marx menyebutnya sebagai bidang ekonomi yang berkesesuaian dengan hakikat kerja manusia, bidang primer manusia sebelum ia melangkah ke bentuk kesadaran yang lain.

Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
Karya penting yang mendahului Manuskrip Ekonomi dan Filsafat adalah disertasi doktoral Marx tentang Perbedaan antara Filsafat Alam Demokritan dan Filsafat Alam Efikurian tahun 1841, yakni pemikir zaman antik Yunani dan Romawi yang sekaligus menandai kemunduran peradaban mereka.

Kemudian pada waktu yang bersamaan dengan Manuskrip Ekonomi dan Filsafat, Marx menulis Critique of Hegel Philosophy of Right, serta kritiknya atas filsafat manusianya Ludwig Feuerbach (tentang The Essence of Cristianity). Di mana karyanya tersebut menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan dari pemikiran-pemikiran Hegelian Kiri, yaitu jenis pemikiran yang memberikan porsi yang besar terhadap asumsi tentang otonomi individu atau kemerdekaan dan kebebasan individu yang bernuansa liberal gaya pencerahan.

Sebagaimana dalam agama, aktivitas spontan manusia untuk berfantasi, berpikir dan merasa berlangsung secara independen sebagai aktivitas dewa atau setan yang asing di atas individu, sehingga aktivitas pekerja bukanlah aktivitasnya sendiri yang spontan. Aktivitas pekerja adalah aktivitas orang lain dan dia kehilangan spontanitasnya.

Perbedaan antara karya yang mendahuluinya—terutama disertasi doktoralnya, dengan Manuskrip Ekonomi dan Filsafat adalah bahwa Marx belum lah menjadi seorang yang revolusiner proletariat, Marx masih mempercayakan perubahan revolusioner pada kaum borjuasi demokratik Jerman.

Pandangan Marx tentang proletariat dan pekerja yang terasing (alienation) melalui benda-benda material hasil kerjanya sendiri (feitisishme of production), merupakan akibat dari mobilitas kehidupan Marx dari Jerman yang feodalistik borjuis ke kehidupan industrial Prancis.

Kita sampai pada hasilnya, yakni manusia (pekerja) merasa dirinya berbuat secara bebas hanya dalam fungsi-fungsi binatangnya—makan, minum, dan beranak, atau paling jauh bertempat tinggal dan berdandan—ketika fungsi-fungsi kemanusiaannya direduksi menjadi fungsi-fungsi binatang. Binatang menjadi manusia dan manusia menjadi binatang.

Selain itu, Manuskrip Ekonomi dan Filsafat merupakan karya pada masa-masa peralihan bagi hidup Marx, jiwa yang meledak-ledak dari sebuah kedewasaan yang berpura-pura dan terlampau dipaksakan. Demikian, terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam periode ini, yakni perpindahan ruang dari Jerman tempat kelahirannya ke kehidupan industrial Prancis, ditinggal oleh ayah yang dicintainya, serta awal pernikahannya dengan Jenny.

Marx tenggelam dalam kerinduan primordialnya terhadap kampung halaman, rasa bersalah atas kematian ayahnya, kesadarannya akan tanggung jawab baru yang harus ia pikul, rasa sakit akan kehidupan urban Prancis, diikuti oleh perkenalan Marx dengan Engels, pembacaan yang intensif terhadap ide-ide dari kaum sosialis Prancis, serta ahli ekonomi politik berpengaruh semisal Adam Smith dan David Ricardo.

Sehingga asumsi Marx tentang manusia yang otonom, bebas dan merdeka, kemudian harus diikuti oleh asumsi tentang kepemilikan pribadi sebagai sumber dari segala macam penderitaan dan penghalang bagi kebebasan manusia, merupakan bukti bahwa ia terlahir dari pergulatan eksistensial perasaan memiliki tanah air dan ayah yang selalu melindunginya, dengan kenyataan hidup yang harus dia alami, yakni menjadi seorang manusia dewasa yang mulai mengenal tanggung jawab atas hidupnya sendiri.

Manusia adalah makhluk spesies (species-being), bukan dalam pengertian manusia membuat komunitas (miliknya dan juga benda-benda lain) menjadi objeknya secara praktis dan teoretis, tetapi juga (dan merupakan ungkapan lain yang sederhana untuk hal yang sama) dalam pengertian bahwa dia memperlakukan dirinya sebagai makhluk yang hidup pada saat sekarang, sebagai makhluk universal dan, konsekuensinya, bebas.

Universalisme manusia dalam hal ini dikaitkan dengan sebuah asumsi dari cara pandang terhadap esensi atau hakikat manusia, yakni hal yang tidak memiliki pembatas  waktu dan ruang. Manusia yang otonom adalah manusia yang memenuhi kriteria akan hakikat dirinya, yang mempengaruhi cara pandangnya terhadap manusia yang lainnya, terhadap aktivitas dan kegiatan kreasinya.

Demikian Marx memandang bahwa manusia yang otonom adalah manusia yang memiliki kebebasan dalam berdikari dan menentukan tujuan hidupnya. Namun, hal ini tidak dapat dicapai dengan adanya bentuk kepemilikan pribadi dalam sistem ekonomi kapitalisme. Hubungan pekerja dengan kerja juga menghasilkan hubungan pemilik modal (atau bisa juga disebut majikan buruh) dengan kerja.

Oleh karenanya, kepemilikan pribadi merupakan produk, hasil, dari kerja yang teralienasi, dari hubungan eksternal pekerja dengan alam dan dirinya sendiri. Akan tetapi, analisis tentang konsep ini menunjukkan bahwa meskipun kepemilikan pribadi tampak menjadi dasar dan penyebab kerja yang teralienasi, kepemilikan pribadi lebih merupakan konsekuensi dari kerja yang teralienasi, sebagaimana dewa-dewa pada dasarnya bukan penyebab tetapi produk dari kebingungan akal manusia. Pada tahap selanjutnya, meskipun demikian, muncul pengaruh resiprosikal.

Kondisi masyarakat urban Prancis yang menjauhkan diri dari sifat-sifat kasih sayang yang manusiawi sangatlah kontras dengan kepribadian Marx; kontrak-kontrak sesaat, tegur-sapa yang berlandaskan kepentingan material semata, merupakan karakter khas sebuah masyarakat industrial. Hal ini akan sangat terasa ketika terjadi dalam masa peralihan dari kondisi feodal ke kapital, kemudian dalam masyarakat kapitalis penuh (perkotaan industrial).

Kesuksesan dan kedewasaan seseorang yang diukur sejauh perolehan atas materi; aesthetik; seni dan karya manusia terkomoditaskan—seiring pengkomoditasan manusia itu sendiri (hakikat kerja), merupakan sifat dari egoisme kasar manusia individualistik. Demikian Marx mengungkapkan tentang feitisishme produksi sebagai manusia yang memiliki sifat jahat untuk memuja barang hasil karyanya sendiri, untuk tenggelam dalam dunia materi yang beku sebagai kondisi atas alienasi diri manusia.

Manusia tidak dapat berkembang bebas karena kerakusan materialnya. Marx banyak mengungkapkan tentang peperangan terhadap dominasi darah dan daging, terhadap para pemuja tubuh, dominasi manusia oleh kehidupan materialnya, bahkan penghargaan atas kemanusiaan dan dengan demikian harga manusia itu sendiri hanya diukur dengan material (uang;upah) semata.

Oleh karena itu, kami juga melihat bahwa upah identik dengan kepemilikan pribadi, karena upah, seperti produk atau objek dari buruh, yakni buruh yang dibayar, hanya lah sebuah konsekuensi dari alienasi kerja. Dalam sistem upah, buruh tampak bukan sebagai tujuan itu sendiri tetapi sebagai pembantu upah.

Meskipun sejak 1842 sebagai pengikut Hegelian muda, pandangan-pandangan filsafat dan politik Marx di sana sini tampak menjauhi Hegelianisme ortodoks, tidak urung itu hanya merupakan titik berat penekanan belaka. Marx, seperti tercermin pada simpati maupun antipatinya, jarang melampaui batas-batas filsafat Hegel. Kepentingan diri, empirisme kasar, egoisme kepentingan pribadi, masih menjadi objek utama serangan Marx.

Wujud rohani yang dilawankan dengan materi, teori dengan praktek, produksi (dalam pengertian rohani) dengan materialitas pasif dan konsumsi apatis. Setiap hubungan sosial dipandang rohani, segala yang materi dikritik sebagai warisan masa menjelma binatang. Pada negara sempurna tulis Marx, tidak ada pemilikan tanah, tidak ada pabrik, dan tidak ada benda materi.

Yang ada hanya kekuatan-kekuatan rohani, sementara kekuatan alam yang mendapat tempat dalam negara itu hanya dalam kebangkitan dan pembaruan politiknya. Negara memasang syaraf-syaraf rohani di sekujur alam. Harus, karena itu, ditegaskan bahwa kekuatan yang berkuasa adalah wujud dan bukan materi, alam negara dan bukan alam di luarnya, ‘manusia bebas’ dan bukan objek tidak terbatas.

Namun, terlepas dari itu semua, Manuskrip ketiga, Marx memberikan semacam sintesis yang ideal bagi asumi tentang negara sempurna (komunisme), penempatan porsi yang cukup bagi Feurbach, menjadikan konsep negara sempurna tersebut berbalik menjadi semacam alat untuk menentang idealisme politik yang mengabaikan manusia nyata orang-perorangan.

Marx merangkul cita-cita Schiller atas manusia, yang menggabung kebebasan tertinggi dengan kemengadaan sepenuhnya. Semacam penggabungan antara kebebasan formal dan dualisme suaka politik dengan empirisme ekonomi. Hal ini didasarkan pada sebuah kenyataan bahwa kepemilikan pribadi dari pendirian negara sempurna sebelumnya, mengandung sisi konservatifnya tersendiri.

Sebagai kritik abstrak atas egoisme individual, ia menyamaratakan kepemilikan tanah, pemilik hutan, pemodal dan massa yang tertindas, sedemikian sehingga kelompok yang terakhir ini menentang hak mereka akan kesejahteraan material—egoisme massa mereka—di hadapan kelas-kelas yang diuntungkan.

Pelajaran kontroversial pertama adalah dengan pemberangusan Reinsiche Zeitung, serta kemudian hari German-French Annal, menjadi keharusan yang niscaya bagi Marx untuk berbalik menentang kaum Hegelian sayap kiri (Bruno Bauer dan Arnold Ruge) adalah perlunya pertama-tama membuang doktrin lama tentang serba dosanya daging, baik dalam wujud feodal-Kristen, kuno idealis, romantik, maupun klasik.

Dengan demikian manusia perlu beralih dari abstrak ke konkret, dari cita-cita 1793 ke daging dan darah, di mana jalan rekonsiliasi ini pernah ditempuh oleh Schiller, melalui penggabungan antara yang rohani dengan yang inderawi, untuk merekonsiliasi warga negara yang revolusioner dengan borjuis egois. Demikian Marx menyadari bahwa betapa abstrak setiap kritik hubungan sosial dari sudut pandang negara sempurna, Marx mencari pendekatan pada kenyataan konkret.

Pengalaman pada tahun 1842 tersebut, meyakinkan dirinya bahwa satu-satunya pemecahan bagi kontradiksi keniscayaan ekonomi dengan kebebasan politik terletak pada dihapuskannya kontradiksi ini, artinya penghapusan premis kepemilikan pribadi. Satu-satunya kesatuan sosial yang mampu memecahkan masalah ini adalah kaum proletariat, kaum yang mewakili terurainya tata dunia lama.

Demikian otensitas cara pandang Marx dibandingkan dengan pendahulunya, rekonsiliasi dan kedewasaan dari pemecahan problem filosofis dan kehidupannya terwujud dalam momen rekonsiliasi yang pertama dalam Manuskrip Ekonomi dan Filsafat 1844.

Jikalau harus diuraikan secara detail, perubahan cara pandang tersebut, pengakuan profetik Marx terhadap peran historis kaum proletar muncul pertama kali di akhir 1843 dan awal 1844, selain alasan-alasan yang telah diuraikan, pun mengenai kajian menyeluruh dan tanpa kenal lelah yang diuraikan Marx atas kepustakaan politik Prancis dan Inggris.

Doktrin peran historis kelas pekerja terbentuk sebagai jalan keluar dari berbagai kontradiksi dalam filsafat Hegelian yang menyetujui masyarakat borjuis dan memandang negara sebagai tujuan tertinggi perkembangan sejarah.

Ketika kaum proletar memproklamirkan pembubaran orde benda-benda yang berlaku, ia hanya mengumumkan rahasia keberadaannya sendiri, sebab pada dirinyalah pembubaran maya atas orde-orde benda-benda ini, ketika kaum proletar menghasratkan penegasian kepemilikan pribadi, ia hanya mengangkat ke prinsip umum masyarakat apa-apa yang secara sukarela telah mewujud dalam dirinya sebagai produk negatif masyarakat, selanjutnya Marx menyebutkan bahwa, Sebagaimana layaknya filsafat menemukan dalam diri kaum proletar persenjataan material-nya, demikian pula proletar menemukan dalam filsafat persenjataan rohaninya.

Manifesto Komunis [1848, Brussel Belgia]
Dalam kenyataannya German-French Annals hanya mampu bertahan sampai satu kali penerbitan saja. Hal ini terutama dikarenakan pertentangan dan perbedaan pandangan Marx dengan Ruge dan kaum Hegelian Kiri pada umumnya. Ruge bukanlah seorang komunis, demikian dari beberapa asumsi biografi tentang hal ini.

Marx kembali mendirikan jurnal radikal Forward, namun ia pun tidak bertahan lama, pada tanggal 25 Februari 1845, Forward ditutup oleh pemerintah Prancis karena radikalismenya yang subversif, dan Marx dikeluarkan dari Prancis. Dalam pengasingannya di Brussel Belgia, Marx bergabung dan terlibat aktif dengan perkumpulan bernama Liga Keadilan.

Situasi sosial politik Eropa ketika itu berada dalam keadaan kacau balau, pergolakan-pergolakan massa terjadi dimana-mana. Hal ini terutama disebabkan oleh masa-masa peralihan dengan gelombang yang cukup besar sistem feodalisme ke kapitalisme.

Kemenangan borjuasi terjadi di mana-mana, kondisi tersebut menurut Marx sangat mirip dengan masa-masa transisi menuju revolusi besar tahun 1700-an di Prancis. Demikian Marx berharap pergolakan-pergolakan yang ada akan menjadi semacam pertanda yang tepat guna menuju masyarakat komunis ideal seperti yang diasumsikan.

Selain itu, terdapat sedikit keganjilan seputar penulisan teks Manifesto Komunis. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab keempat penulisan skripsi ini, Marx bergabung dan terlibat aktif dengan Liga Keadilan yang sebelumnya dia sendiri kurang begitu tertarik, kesediaan Marx membuat semacam platform bagi perjuangan politik mereka, pertentangan Marx dengan kaum Pordhonisme dan Bakuninisme, kemudian yang terpenting adalah keterlibatan Marx sehingga harus mendapat semacam peringatan dari ketua Liga Komunis.

Demikian, Manifesto Komunis merupakan karya yang dibuat Marx dalam keadaan tergesa-gesa, padahal Marx hanya harus sedikit merevisi draft yang telah lebih dahulu dibuat oleh Engels. Hal yang terakhir merupakan alasan—untuk tidak dilebih-lebihkan bahwa Manifesto Komunis merupakan karya yang ditulis dalam keadaan jiwa Marx yang labil. Labil dengan pengertian waktu yang dia peroleh sangatlah singkat, sementara Marx memandang bahwa perubahan-perubahan yang ada merupakan hal yang sangat menentukan.

Dipihak lain kondisi sosial psikologis Marx tidak dalam keadaan siap untuk menerima tanggung jawab yang berat tersebut. Brussel adalah tempat pengasingan Marx yang kedua setelah Paris Prancis, hal tersebut tentunya meninggalkan bekas psikologis tertentu, sementara dipihak lain, atas desakan pemerintah Prusia, Marx harus rela melepaskan kewarganegaraan Jermannya.

Liga Keadilan mulai mengubah haluan gerakannya, tidak hanya mengusung persaudaraan buruh Jerman di pengasingan, namun mulai bersedia mengambil ide-ide perjuangan proletariat internasional dan cita-cita masyarakat komunis seperti yang diinginkan oleh Marx. Demikian melalui keadaan tersebut, Marx berharap dapat kembali ke Jerman tempat asal kelahirannya, di mana tujuan Liga Komunis sendiri pertama-tama adalah melakukan revolusi borjuasi di Jerman.

Akhirnya, Manifesto Komunis dapat diselesaikan, dan pada bulan Februari 1848 selesai dicetak di London. Marx memulai Manifesto Komunis dengan penjelasan tentang keberadaan kelas Borjuasi dan Proletariat. Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas.

Orang merdeka dan budak, partisir dan plebejer, tuan bangsawan dan hamba, tukang ahli dan tukang pembantu, pendeknya, penindas dan yang tertindas, senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan lain, melakukan perjuangan yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan tersembunyi, kadang-kadang dengan terang-terangan, suatu perjuangan yang setiap kali berakhir dengan penyusunan kembali masyarakat umumnya, atau sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan.

Marx hendak menggambarkan mengenai sejarah tatanan masyarakat pada umumnya. Di sini metode sejarah dialektis sangat kental dipengaruhi oleh Hegel, sejarah penindasan dan menuju pembebasan manusia yang nyata; fisik, jasmani, dan rohani (Feuerbach). Sebuah totalisme manusia yang terwujud dalam kesadaran proletariat (lumpen/marah) kolektif (deterministik).

Seperti yang telah disebutkan dalam The Holy Family dan The German Ideology. Perbedaan dengan Hegel yang memberikan momen kesadaran kolektif tersebut pada pengistimewaan suprastruktur, Marx membaliknya dengan meluruh keseluruhan suprastruktur tersebut pada momen imprastruktur ekonomi.

Landasan tersebut, terutama dikarenakan asumsi bahwa yang primer adalah ekonomi, pemenuhan kebutuhan pertama, dan awal dari segala kerusakan adalah kepemilikan pribadi yang terealisasi dari perolehan surplus produksi yang telah dimulai sejak awal sejarah peradaban manusia.

Ditemukannya benua Amerika, dikelilingi oleh Tanjung Harapan di Afrika selatan, memberikan lapangan baru bagi borjuasi yang sedang tumbuh, pasar-pasar di Hindia Timur dan Tiongkok, kolonisasi atas Amerika, perdagangan dengan tanah-tanah jajahan, bertambah banyaknya alat penukaran dan barang dagangan pada umumnya, memberikan kepada perdagangan, kepada pelajaran, kepada industri, suatu dorongan yang tak pernah dikenal sebelum itu dan bersamaan dengan itu memberikan kepada anasir-anasir revolusioner dalam masyarakat feodal yang sedang runtuh itu suatu kemajuan revolusioner.

Kapitalisme adalah sebuah kekuatan nyata dalam peradaban manusia. Hal tersebut merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari, demikian Marx pun mempercayai bahwa komunis adalah hal yang niscaya pula, hal ini didasarkan pada anggapan atau kondisi atas realitas sosial yang ada, Marx menganggap filsafat sejarah Hegel benar adanya, momen pengekangan (alienasi) yang kemudian diikuti oleh perwujudan diri yang bebas. Kapitalisme adalah tahap nyata menuju tahap selanjutnya.

Demikian Marx mengecam ide-ide sektoral dan lunak kaum Prodonisme dan ide sektoral anarkis Bakuninisme. Hal ini terutama didasarkan pada kenyataan bahwa sistem baru kapitalisme tersebut pada gilirannya akan menjadi sistem yang menginternasional, mendunia, oleh karena itu revolusi komunisme harus dilakukan dan dengan demikian akan terjadi secara internasional pula (bebas dari pembatas sebuah nasion).

Nuansa politis Manifesto Komunis dibandingkan dengan karya Marx sebelumnya sangatlah kental. Hal ini terutama didasarkan pada pengalaman sejarah revolusi Prancis, jangan sampai borjuasi kembali berkuasa setelah revolusi yang menelan banyak biaya. Oleh karena itu, Manifesto menjadi semacam peringatan bagi perjuangan revolusioner untuk senantiasa mewaspadai anasir-anasir pengkhianatan tersebut.

Demikian dalam sub judul selanjutnya, Marx membedakan antara kaum komunis dengan proletariat, dalam hal ini kaum komunis menjadi semacam pembimbing jalan bagi proletariat untuk menentukan dan menyadarkannya tentang perjuangan mereka yang sesungguhnya.

Oleh sebab itu kaum komunis, pada satu pihak, pada prakteknya adalah bagian yang paling maju dan teguh hati dari partai-partai kelas buruh di setiap negeri, bagian yang mendorong maju semua bagian-bagian lainnya; pada pihak lain, secara teori mereka mempunyai kelebihan atas massa proletariat yang besar itu dalam pengertian tentang garis perjalanan, syarat-syarat, dan hasil-hasil umum terakhir dari gerakan proletariat.

Pada sub bab berikutnya, Marx banyak memberikan argumen tentang kerja upahan, dan implikasi jikalau garis perjuangan tersebut terabaikan. Marx banyak memberikan anjuran dan semangat sekaligus pembuktian akan kekejian dan kondisi anarkis jikalau revolusi komunis tersebut sampai mengalami kegagalan serupa dengan revolusi Prancis. Demikian Manifesto diakhiri dengan sebuah harapan dunia yang akan datang di mana komunisme pada gilirannya akan memperoleh kemenangan yang gilang gemilang.

Das Capital [1848, terbit 1861]
Dari Kapital (Das Kapital) yang menarik adalah analisis empirisnya yang jelas dan detail, data-data inderawi yang disertai oleh pemaparan statistika empiris yang digunakan oleh Marx dalam memperjelas dan memaparkan argumennya. Hal ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial yang menelikung diciptakannya karya tersebut.

Dalam Kapital, ditemukan beberapa sengketa atau konflik argumen antara Marx dengan musuh lamanya yakni, para ekonom borjuis, namun dikarenakan karakter khas pemikiran British Empirisism seperti yang telah dipaparkan, dalam membela argumennya, Marx banyak menggunakan data-data statistik dan beberapa bentuk analisa tentang kebijakan negara dalam bidang ekonomi.

Oleh karena itu, terdapat beberapa bentuk perbedaan yang cukup mencolok apabila kita simak model pemaparan yang sama dalam Manuskrip Ekonomi dan Filsafat, dengan mencoba membandingkannya dengan teks Kapital itu sendiri. Selain daripada itu, secara kontekstual, Manuskrip Ekonomi dan Filsafat merupakan karya Marx sebelum Revolusi 1848 dan Kapital merupakan karya Marx setelah Revolusi 1848.

Demikian dapat diprediksikan bahwa sebelum tahun 1848-an adalah masa peralihan model produksi feodalisme ke kapitalisme, kemudian setelah 1848-an merupakan bentuk-bentuk penyesuaian atau penataan sistem baru, yakni kapitalisme.

Setelah kejadian yang berdarah-darah dan sistem baru yang menjanjikan, masyarakat kurang tertarik lagi pada jargon-jargon revolusi sosialis, penataan ekonomi sejak saat itu—dari beberapa data yang dikumpulkan, mampu mengangkat sedikit demi sedikit tingkat perekonomian masyarakat. Demikian dalam teks Kapital, sangat sedikit ditemukan jargon tersebut; mengenai kaum proletar dengan kesadaran yang terkonsentrasi, revolusi kolektif proletar lumpen dan lain sebagainya.

Marx banyak mengulas tentang surplus value (nilai lebih) yang diambil oleh pihak pemilik kapital, nilai barang dagangan pada umumnya, bahkan di sana sini banyak ditemukan asumsi tentang feitisisme dan alienasi dari produk dan produksi oleh alat-alat kerja, seperti karya Manuskrip Ekonomi dan Filsafat 1884. Marx kembali memperbaharui hubungannya dengan Hegel, tenggelam dalam pemikirannya sendiri, menghina dan melupakan sudut material kemanusiaannya sendiri, mengisolasi diri dari hubungannya dengan dunia luar dirinya, dengan perjuangan kaum buruh seperti yang digagas dalam pendirian filosofisnya. Namun, dengan keadaan tersebut sangat nampak sekali karakter Marx yang sebenarnya, Marx adalah seorang Hegelian yang tabah.

Seperti yang telah dipaparkan dalam bab gambaran umum tentang kondisi sosial psikologis Marx setelah kegagalan revolusi 1848, kemudian pengkhianatan borjuasi demokratik yang berubah haluan menjadi elemen yang kontra revolusioner, di mana hal tersebut sebelumnya memang merupakan kekhawatiran utama Marx.

Demikian, habislah sudah harapan Marx untuk kembali ke tempat kelahirannya Jerman. Kapital adalah karya Marx yang tidak terselesaikan, bahkan kematian Marx berada di meja belajarnya adalah wujud usahanya yang keras dalam menghasilkan maha karya yang terkenal tersebut.

Meskipun dengan melepaskan asumsi tentang kondisi sosial psikologis dan ekonomis kehidupan Marx seperti yang telah lebih dahulu dipaparkan, kemenangan borjuasi, pemberlakuan secara menyeluruh sistem kapitalisme sebagai satu-satunya sistem kehidupan, menurut Marx adalah awal bencana besar bagi hidup dan kehidupan manusia.

Demikian, hal ini dapat disimak bahwa secara intrinsik pemaparan Kapital lebih menyiratkan sebuah karakter yang khas dari alur cerita tragis, dan dipenuhi dengan penggambaran dunia yang tanpa bentuk, chaos, dan mengerikan.

Sumber.
Ritzer, George. "Teori Sosiologi". 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta 

Ramdani, Dani. 2005. Studi Komparasi antara Teori Karl Marx dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt dalam Menganalisa Masyarakat Kapitalis. Skripsi. Universitas Lampung

Lihat Juga:

1. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
2. Karl Marx (1818-1883)
3. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
4. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
5. Karl Marx. Dialektika
6. Karl Marx. Kerja
7. Karl Marx. Konflik Kelas
8. Karl Marx. Eksploitasi
9. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
10. Karl Marx. Komunisme   
11. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
12. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
13. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
14. Karl Marx. Alienasi
15. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
16. Karl Marx. Potensi Manusia
17. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
18. Karl Marx. Ideologi
19. Karl Marx. Agama
20. Karl Marx. Komoditas
21. Marx, Hegel, dan Feuerbach

Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

1. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat (KTSP)
2. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Fungsi dan Peran Sosiologi (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.1 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.2 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
5. Materi Ujian Nasional Kompetensi Teori dan Pengetahuan Sosiologi    
6. Materi Ringkas Sosiologi dan Gejala Sosial

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Karl Marx: Biografi dan Pemikirannya"