Fatherless: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Table of Contents

Pengertian Fatherless

Pengertian Fatherless

Fatherless adalah istilah yang diberikan bagi anak yang hanya tumbuh bersama sang ibu tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik maupun psikologis. Fatherless juga dikenal dengan istilah father hunger artinya, peran figur ayah dalam proses pengasuhan yang minim atau bahkan tidak ada, baik secara fisik maupun psikologis.

Dengan dinobatkannya Indonesia menjadi fatherless country ketiga di dunia menandakan bahwa tidak hanya banyaknya anak Indonesia yang tidak merasakan sosok ayah dalam kehidupannya, namun juga  anggapan bahwa ayah hanya bertanggung jawab dalam memberi nafkah merupakan tonggak utama pengasuhan di Indonesia.

Psikolog dari Amerika Edward Elmer Smith mengungkapkan, fatherless country merupakan kondisi di mana masyarakat suatu negara tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan sehari-sehari anak. Bukan hanya tidak terlibat secara ruang dan waktu, ketidakhadiran sosok ayah ternyata turut memengaruhi kondisi psikis dan psikologis seorang anak.

Kehadiran ayah dan ibu sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Bukan cuma soal kehadiran secara fisik saat ayah dan ibu berada dalam hubungan yang rumit, tapi juga secara psikologis meskipun mereka masih dalam ikatan pernikahan. Misalnya, keluarga menengah bawah tidak punya sosok ayah karena ibunya adalah istri muda atau keluarga menengah atas yang kehilangan figur ayah karena alasan sibuk kerja dan jarang berada di rumah.

Peran ayah dalam pertumbuhan sang anak

Hubungan antara anak dan ayah dapat memengaruhi kehidupan anak dari kecil hingga dewasa. Pola-pola interaksi yang anak dan ayah lakukan, akan berdampak saat sang anak berinteraksi dengan orang lain.

Peran dan kehadiran ayah dalam keluarga ikut membantu membentuk karakter sang anak. Misalnya, ayah diperlukan untuk memberikan rasa aman kepada ibu dan bayi yang baru lahir. Aksi seperti memeluk, menggendong, dan menatap bayi menjadi hal yang sangat penting.

Tak sampai di sana, peran ayah juga dibutuhkan saat anak memasuki usia balita. Pada tahap ini, ayah dibutuhkan sebagai pemandu yang membantu sang anak mengeksplor tentang hal-hal yang membuatnya penasaran.

Memasuki masa sekolah, ayah membantu anak untuk membangunkan rasa percaya diri dan menunjukkan perilaku baik. Apalagi, terdapat ungkapan bahwa ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Sedangkan bagi anak laki-laki, sang ayah akan jadi panutan atau role model seumur hidupnya.

Dalam buku Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah (2010) oleh Abdullah, menjelaskan beberapa peran ayah dalam perkembangan psikologi anak di antaranya,
1. Memenuhi kebutuhan finansial anak untuk membeli segala keperluan anak.
2. Teman bagi anak termasuk teman bermain.
3. Memberi kasih sayang dan merawat anak.
4. Mendidik dan memberi contoh teladan yang baik.
5. Memantau atau mengawasi dan menegakkan aturan disiplin.
6. Pelindung dari risiko atau bahaya.
7. Membantu, mendampingi, dan membela anak jika mengalami kesulitan atau masalah.
8. Mendukung potensi untuk keberhasilan anak.

Berbagai peran tersebut bersifat memberikan jaminan, perlindungan dan dukungan bagi anak dalam hal emosi, kognitif dan spiritual. Sebagai orang tua, salah satu tugas yang sangat mutlak pentingnya adalah parenting atau pengasuhan. Idealnya, antara ayah dan ibu diharapkan dapat saling membantu dan menguatkan satu sama lain saat menjalankan peran sebagai orang tua, menjadi ibu dan ayah.

Penyebab Fatherless

Wardah mengungkap ada beberapa penyebab ketiadaan peran figur ayah dalam kehidupan anak. Di antaranya kehilangan ayah akibat meninggal dunia, pola asuh yang otoriter atau permisif, perceraian orang tua, dan pekerjaan yang merenggangkan hubungan antara ayah dan anak.

Ia mengatakan, keterlibatan peran ayah bagi perkembangan anak sangat penting. Hal itu berkaitan dengan peran ayah sebagai penyedia dan pemberi fasilitas, pelindung, membantu dalam pengambilan keputusan, membimbing anak untuk bersosialisasi, serta mendampingi ibu dalam pengasuhan.

Dampak Fatherless

Kehadiran sosok ayah dalam tumbuh dan kembang anak, sangatlah penting. Pasalnya, mereka tidak akan mendapat pendampingan dan figur yang mengayomi dari ayahnya sendiri. Hal tersebut berdampak buruk bagi perkembangan masa depannya, terutama pada periode emas anak, yaitu usia 7-14 tahun.

Anak yang dekat dan mendapat kasih sayang dari ayah, umumnya jadi pribadi yang ceria, percaya diri, dan jiwa sosialnya cukup tinggi. Sebaliknya, anak yang jauh dari sosok ayah akan memiliki kepercayaan diri yang rendah, pendiam, tak peduli dengan sekitar, bahkan hingga kondisi mental yang bermasalah.

Dilansir Psychology Today, ada beberapa akibat dari absennya ayah dari sisi anak di antaranya,
1. Sulit bersosialisasi
2. Menjadi pribadi yang mengintimidasi orang lain untuk menyamarkan ketakutan, kebencian, dan kecemasan yang dimiliki
3. Dunia akademiknya buruk, seperti nilai yang rendah, membolos, hingga putus sekolah
4. Kenakalan dan kejahatan remaja
5. Pergaulan bebas
6. Penyalahgunaan narkoba dan alkohol
7. Tunawisma
8. Pelecehan dan penganiayaan seksual
9. Gangguan kesehatan mental

Meski begitu, anak tetap bisa memiliki rasa percaya diri tinggi jika mendapat kasih sayang dan pola asuh tepat dari ibu. Anak juga akan merasa lebih aman dan nyaman ketika disayang oleh saudara-saudaranya. Namun, tentu akan berbeda rasanya tanpa dilimpahi cinta dari ayah.

Dari berbagai sumber yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment