Pola Asuh Permisif: Pengertian, Ciri, Dampak, dan Cara Menyiasatinya

Table of Contents
Pengertian Pola Asuh Permisif
Pola Asuh Permisif

Pengertian Pola Asuh Permisif

Permisif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bersifat terbuka (serba membolehkan; suka mengizinkan). Demikian, pola asuh permisif adalah gaya pengasuhan yang membebaskan, tidak menuntut, dan mengizinkan anak melakukan segala yang diinginkannya ataupun membuat keputusan.

Gaya pengasuhan permisif ditandai oleh tuntutan rendah dengan responsif tinggi. Orang tua yang permisif cenderung sangat mencintai, tapi memberikan sedikit panduan dan aturan. Alih-alih mengawasi setiap langkah anak-anak mereka, orang tua yang permisif sangat lemah dan jarang membuat atau menegakkan segala jenis aturan atau struktur.

Ciri Pola Asuh Permisif

Walaupun terkesan cara pengasuhan yang menyayangi anak, tetapi sebenarnya tipe pola asuh ini kurang tepat untuk diterapkan. Terdapat beberapa ciri gaya pola asuh permisif di antaranya,
1. Orang Tua Menerapkan Aturan yang Tidak Konsisten
Ciri-ciri pola asuh permisif yang paling terlihat yakni tidak adanya kekonsistenan orang tua dalam menerapkan aturan-aturan kepada anak mereka. Orang tua dalam hal ini cenderung plin-plan dan sering merasa kasihan kepada anak.

Sehingga berbagai macam aturan yang telah dibuat bisa dengan mudah dicabut karena rasa kasihan dan kasih sayang yang berlebihan. Karena ketidakkonsistenan tersebut, anak-anak bisa jadi semena-mena untuk melakukan suatu hal yang melanggar aturan karena mereka tidak takut lagi terhadap orang tuanya.

Tentunya ini akan menghadirkan dampak negatif yakni rasa disiplin anak menjadi hilang akibat kasih sayang yang terlalu dalam dari orang tua. Sebaiknya, jangan memanjakan anak dan orang tua harus tega melihat anak sedikit kesulitan demi menjaga masa depan mereka agar tetap berkualitas.

2. Orang Tua Keluar dari Peran Aslinya
Sebagai orang tua, maka jangan berperan di luar tanggung jawab dan tugasnya. Orang tua tidak boleh terlalu sering keluar dari perannya misalkan saja sebagai teman bagi anak mereka. Mungkin, hal ini bisa sesekali dilakukan agar anak merasa nyaman, tetapi untuk jangka waktu panjang itu tidak tepat bagi anak-anak.

Jika orang tua berperan sebagai teman bagi anak, anak pun cenderung memperlakukan orang tuanya layaknya teman. Penghargaan anak terhadap orang tua menjadi berkurang dan segala aturan yang berlaku pun tidak akan dipatuhi lagi oleh anak tersebut.

3. Menekankan Kebebasan Kepada Anak
Orang tua yang terlalu membebaskan anak untuk memilih sesuatu maupun melakukan keinginan mereka. Memberikan kebebasan pada anak sebenarnya sah-sah saja, tetapi jika itu terlalu sering dan tidak dalam pengawalan, bisa jadi anak terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang merugikan.

Pola pengasuhan permisif yang selalu memberikan kebebasan pada anak ini harus dikurangi sebisa mungkin. Orang tua juga harus lebih peduli pada buah hatinya dan sekali dua kali memantau apa yang dilakukan oleh anak-anak.

Dalam hal ini kebebasan masih boleh diterapkan. Hanya saja, silahkan mengurangi porsinya agar anak tidak tumbuh menjadi pribadi yang egois dan ingin selalu menang.

4. Tidak Mendampingi Anak Ketika Mengambil Keputusan Penting
Walaupun memberikan posisi kepada anak untuk mengambil suatu keputusan merupakan salah satu cara pengasuhan yang baik, namun bukan berarti orang tua tidak mendampingi mereka. Untuk suatu keputusan yang sifatnya sangat penting dan berpengaruh pada banyak aspek, silahkan memberikan pendampingan dan pengarahan pada anak.

Mengingat jiwa dan pikiran mereka yang belum stabil sehingga memungkinkan adanya kekeliruan dalam keputusan yang diambil. Cara mendidik atau mengasuh anak yang paling baik dan bijak adalah tetap mempersilahkan mereka untuk mengambil keputusan sendiri, tetapi orang tua harus selalu mengawalnya.

Jika ada yang kurang tepat dalam pengambilan keputusan dari anak, di sini tugas orang tua adalah meluruskannya.

5. Sering Memberikan Anak Hadiah yang Berlebihan Sebagai Stimulus
Padahal, hal ini sangat sering dilakukan oleh orang tua sebagai stimulus agar anak mau melakukan permintaan mereka seperti halnya belajar, mengaji, dan masih banyak lagi. Dengan adanya hadiah tersebut anak akan merasa senang dan melakukan sesuatu yang diperintahkan orang tua.

Namun, dengan cara ini segala sesuatu yang dilakukan oleh anak tidak datang dari keinginan mereka sendiri. Saat dewasa nanti mereka akan bertumbuh menjadi pribadi yang pamrih dan dalam melakukan sesuatu harus ada iming-imingnya terlebih dahulu.

6. Tidak Mengajari Anak Untuk Mengutamakan Tanggung Jawab
Orang tua cenderung memberi kebebasan berlebih pada anak. Selain itu, orang tua juga melalaikan hal penting untuk mengajari anak agar selalu mengutamakan tanggung jawab. Pola pengasuhan ini akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya.

Karena anak menjadi pribadi yang malas dan hanya selalu menuntut hak saja tanpa melakukan kewajiban mereka terlebih dahulu. Oleh sebab itu, orang tua disarankan untuk membentuk karakter anak yang bertanggung jawab dan mandiri dengan cara melepaskan pola asuh permisif yang biasa dilakukan.

Jangan selalu memanjakan anak-anak karena itu berakibat buruk saat mereka telah mengarungi kehidupan yang sebenarnya nanti.

Dampak Pola Asuh Permisif

Orang tua yang permisif umumnya tidak mengawasi atau mengatur anak-anaknya. Akibatnya anak-anak dari orang tua yang permisif cenderung abai dengan pengendalian diri. Berikut beberapa efek negatif dari pola asuh permisif di antaranya,
1. Prestasi Akademik yang Buruk atau Menurun
Orang tua yang permisif cenderung tidak memantau kebiasaan belajar anak-anaknya. Alhasil, anak akan menjadi kurang disiplin diri. Orang tua yang permisif juga tidak menuntut anak-anak mereka untuk berprestasi atau menetapkan tujuan untuk diperjuangkan oleh anak-anak mereka.

Studi menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang permisif cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah.

2. Lebih Impulsif dan Agresif
Orang tua dengan pola asuh permisif tidak mengontrol atau mengatur perilaku anak-anaknya. Sehingga anak-anak mereka kurang menyadari batas-batas perilaku yang dapat diterima oleh sekitar. Mereka juga menunjukkan kontrol impulsif yang buruk dan memiliki lebih banyak masalah perilaku.

Ketika menghadapi situasi stres, mereka lebih cenderung menggunakan tubuh dan emosi, sehingga menjadi agresif.

3. Lebih Rentan Terhadap Kenakalan, Penyalahgunaan Zat dan Alkohol
Dari Parenting Science, anak-anak dari orang tua yang permisif lebih cenderung dikaitkan dengan perilaku buruk. Ini termasuk penyalahgunaan zat, dan masalah terkait alkohol karena mereka memiliki kontrol akan diri yang buruk.

4. Kurang Mampu Mengatur Diri Sendiri
Manajemen emosi bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, sehingga perlu dipelajari saat tumbuh dan berkembang. Karena anak-anak dengan pola asuh permisif dibiarkan mengatur aktivitas, perilaku, dan emosinya sendiri di usia muda, mereka cenderung lebih sulit mengatur diri sendiri.

5. Keterampilan Sosial yang Buruk
Studi telah menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh pola asuh permisif cenderung memiliki lebih sedikit empati. Alhasil, ini akan mengarah pada keterampilan sosial yang buruk. Bahkan, mereka umumnya menampilkan lebih banyak perilaku anti-sosial.

6. Lebih Cenderung Kelebihan Berat Badan
Orang tua yang permisif tidak mengatur makan anak mereka, dan cenderung memberi kebebasan. Anak yang terbiasa dengan pola asuh permisif dua kali lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan dibandingkan dengan pola asuh lainnya.

Cara Menyiasati Pola Asuh Permisif

Orangtua yang menerapkan pola asuh permisif tidak sepenuhnya salah karena setiap orangtua memiliki gaya parenting yang berbeda. Meski demikian, terdapat sejumlah cara untuk menyiasati gaya pengasuhan permisif di antaranya,
1. Buat aturan sederhana di rumah
Untuk membiasakan anak dengan aturan dan struktur, ciptakan aturan di rumah. Tujuannya adalah agar anak tahu apa yang Anda harapkan dari mereka.

2. Buat anak paham mengenai konsekuensi dari perbuatannya
Selain aturan, ajarkan juga konsekuensi dari setiap perbuatan anak. Contoh konsekuensi yang logis adalah membatasi akses terhadap hal yang mereka sukai atau memberikan time-out jika melanggar aturan.

3. Konsisten
Meskipun mungkin sulit bagi orangtua dengan pola asuh permisif, sebisa mungkin lakukan hal-hal di atas dengan konsisten. Tak perlu mengesampingkan kebiasaan Anda yang cenderung penyayang dan dekat dengan anak. Bantu mereka memahami mengapa perlu ada aturan dan konsekuensi.

4. Beri hadiah untuk perilaku yang baik
Ketika anak mulai mengikuti aturan yang diterapkan di rumah, sesekali berikan hadiah sederhana untuk membantu mereka mempertahankan usahanya. Bagi Anda yang menerapkan pola asuh permisif, beberapa aturan dalam pola asuh otoritatif mungkin bisa jadi referensi yang baik.

Tujuannya bukan untuk membuat aturan yang berpotensi menjauhkan anak dan orangtua, tetapi untuk membimbing mereka mengenal apa itu aturan dan tanggung jawab. Berikan struktur dan dukungan dengan cara yang seimbang. Dengan demikian, anak memiliki kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dengan baik dalam berbagai lingkungan di luar rumahnya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment