Biogeografi: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Objek Kajian, Faktor Persebaran, dan Jenisnya

Pengertian Biogeografi
Biogeografi
Pengertian Biogeografi
Biogeografi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu tentang penyebaran tumbuh-tumbuhan dan binatang secara geografis di muka bumi. Biogeografi merupakan cabang dari biologi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu.

Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Biogeografi mencakup analisis dan penjelasan mengenai pola distribusi dipadukan dengan pemahaman mengenai perubahan distribusi makhluk hidup dari masa lampau hingga saat ini.

Kajian utama dalam biogeografi membahas tentang sejarah perkembangan dari kelompok-kelompok organisme. Perkembangan yang diamati berhubungan dengan asal, penyebaran, dan hubungan antara penyebaran masa kini dalam menjelaskan sejarah masa lalu.

Pemusatan bahasan biogeografi terletak pada interaksi organisme dengan lingkungan fisik dan interaksi antarorganisme. Biogeografi juga mempelajari hubungan yang mempengaruhi spesies dan takson yang ditemukan pada masa sekarang.

Biogeografi Menurut Para Ahli
1. Alfred Russel Wallace, biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi.
2. Brown, James H., dan Mark V. Lomolino, biogeografi artinya sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana hewan dan (juga) tumbuhan hidup di berbagai tempat yang berbeda di bumi.
3. Michael Ritter, biogeografi yaitu sebagai ilmu yang mempelajari pola (secara) geografi tentang tumbuhan dan hewan agar dapat diketahui persebaran hewan dan tumbuhan tersebut di permukaan bumi berdasarkan ilmu ekologi dan ekosistem.
4. Meadows dan Pitman, biogeografi adalah ilmu alam interdisipliner dengan identitas yang kompleks, bahkan samar yang menentang definisi. Intinya, ilmu tentang distribusi organisme hidup dan faktor-faktor yang mendasari distribusi ini

Sejarah Perkembangan Biogeografi
Pola distribusi atau sebaran makhluk hidup di bumi pertama kali dijelaskan oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1800-an. Ia mengemukakan bahwa ada hubungan antara makhluk hidup dengan daerah atau wilayah tertentu di permukaan bumi.

Menurutnya, bumi terbagi menjadi 6 wilayah biogeografi karena setiap wilayah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang khas serta unik. Pada masing-masing wilayah geografis dibatasi oleh rintangan berupa kondisi alam yang berkaitan dengan proses geologi (pemisahan atau penyatuan benua) pada masa lampau. Batasan alam tersebut menyebabkan halangan sehingga sebaran makhluk hidup terbatas pada tempat tertentu.

Pada tahun 1858, Alfred Russel Wallace juga menyadari bahwa perubahan-perubahan geologi di kawasan Indonesia bagian tengah juga menjadi penyebab terhadap persebaran flora dan fauna.

Ilmu biogeografi tercipta di Indonesia ketika Wallace menyampaikan kalimat pada Henry Bates, yaitu “I believe the western part to be a separaed portion of continental Asia, the eastern the fragmentay prolongation of a former Pacific continent.”

Pada perkembangannya, pada tahun 1910 sebelum Wallace meninggal ia menjelaskan pada bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall, London) dan menggeser garis Wallace pada sektor Sulawesi lebih ke timur, karena di Sulawesi Barat masih banyak ditemukan satwa-satwa berciri Asia (asiatis).

Pendapat ahli lain, seperti John dan Kathy MacKinnon (1986) serta Mackinnon dan Arta (1982) juga telah mengidentifikasi 7 jenis biogeografi utama di Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa – Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku dan Papua.

Masing-masing unit dibagi kembali dalam sub unit, sehingga prioritas utama ditempatkan pada kawasan perlindungan besar meliputi ekosistem utama.

Objek Kajian Biogeografi
Objek kajian dari biogeografi dapat dibedakan berdasarkan sub disiplinnya yang secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu zoogeografi dan fitogeografi. Pembagian ini tidak terlepas daripada sejarahnya, yang mana biogeografi sebagai disiplin ilmu sudah sangat tua.

Bahkan sejak penjelajah naturalis pertama, seperti Alexander von Humboldt, tertarik dengan fakta bahwa daerah dengan iklim serupa seperti Cekungan Mediterania dan Chili di Amerika Selatan memamerkan fauna dengan kesamaan fisiognomi (bentuk kehidupan) tetapi spesies penghuninya sangat berbeda.

Sebaliknya, wilayah seperti Afrika dan Amerika Selatan yang dipisahkan oleh penghalang letak geografis besar seperti Samudra Atlantik menunjukkan fauna dengan komposisi serupa.
1. Fitogeografi
Fitogeografi atau geografi botani (dalam literatur Jerman) adalah cabang dari biogeografi yang berkaitan dengan sebaran geografis spesies tumbuhan dan pengaruhnya terhadap permukaan bumi.

Fitogeografi berkaitan dengan semua aspek distribusi tumbuhan, mulai dari kontrol distribusi sebaran spesies individu (pada skala besar dan kecil) hingga faktor-faktor yang mengatur komposisi seluruh komunitas dan flora.

Fitogeografi meliputi empat bidang, sesuai dengan aspek fokus, lingkungan, flora (taksa), vegetasi (komunitas tumbuhan) dan asal, masing-masing di antaranya,
a. Ekologi tumbuhan
Ekologi tumbuhan atau yang dikenal dengan mesologi adalah pendekatan ekologi fisiognomik (physiognomic-ecological) pada studi vegetasi dan bioma. Istilah mesologi sendiri merupakan istilah sebelumnya untuk ilmu ekologi, yaitu studi tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan biologis, sosial, dan lingkungan sekitarnya).

b. Geografi tanaman
Geografi tumbuhan merupakan studi tentang distribusi spasial tumbuhan dan vegetasi dan hubungan lingkungan yang dapat mempengaruhi distribusi ini tersebut. Geografi tumbuhan atau aspek tertentu darinya juga dikenal sebagai fitogeografi, fitokorologi, geobotani, botani geografis, atau ilmu vegetasi.

c. Sosiologi tumbuhan
Sosiologi tumbuhan atau yang dikenal dengan fitososiologi adalah bidang ilmu yang mempelajari kelompok spesies tumbuhan yang biasanya ditemukan bersama-sama.

Fitososiologi bertujuan untuk mendeskripsikan secara empiris lingkungan vegetatif suatu wilayah. Komunitas tumbuhan tertentu dianggap sebagai unit sosial, produk dari kondisi tertentu, masa kini dan masa lalu, dan hanya dapat ada jika kondisi tersebut terpenuhi.

d. Geografi sejarah tumbuhan
Geografi sejarah tumbuhan atau paleobotani yaitu cabang botani yang berhubungan dengan pemulihan dan identifikasi sisa-sisa tumbuhan dari konteks geologi, dan penggunaannya untuk rekonstruksi biologis lingkungan masa lalu (paleogeografi), dan sejarah evolusi tumbuhan, dengan berkaitan dengan evolusi kehidupan secara umum. Sinonimnya adalah paleofitologi).

2. Zoogeografi
Zoogeografi adalah cabang ilmu biogeografi yang berkaitan dengan distribusi geografis (sekarang dan masa lalu) spesies hewan. Sebagai bidang studi multifaset, zoogeografi menggabungkan metode biologi molekuler, genetika, morfologi, filogenetik, dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menggambarkan peristiwa evolusi dalam wilayah studi tertentu di seluruh dunia.

Setelah diusulkan oleh Alfred Russell Wallace, yang dikenal sebagai bapak Zoogeografi, afinitas filogenetik dapat diukur di antara wilayah zoogeografi, yang selanjutnya menjelaskan fenomena seputar distribusi geografis organisme dan menjelaskan hubungan evolusi taksa.

Kemajuan dalam biologi molekuler dan teori evolusi dalam penelitian zoologi telah mengungkap pertanyaan tentang peristiwa spesiasi dan telah memperluas hubungan filogenik di antara taksa.

Integrasi filogenetik dengan GIS menyediakan sarana untuk mengkomunikasikan asal mula evolusioner melalui desain kartografi. Penelitian terkait yang menghubungkan filogenetik dan GIS telah dilakukan di wilayah Atlantik selatan, Mediterania, dan Samudra Pasifik.

Contoh kajian biogeografi ini misalnya saja inovasi terbaru dalam pengkodean batang DNA yang telah memungkinkan penjelasan hubungan filogenetik dalam dua keluarga ikan berbisa laut, Scorpaenidae dan Tetraodontidae, yang tinggal di Laut Andaman.

Perkembangan lebih lanjut penelitian dalam zoogeografi telah berkembang pada pengetahuan tentang produktivitas wilayah samudra Atlantik Selatan dan distribusi organisme di wilayah analog, menyediakan data ekologi dan geografis untuk menyediakan kerangka kerja bagi hubungan taksonomi dan percabangan evolusioner polychaetes bentik.

Zoogeografi modern juga mengandalkan GIS untuk mengintegrasikan pemahaman yang lebih tepat dan model prediksi dari dinamika populasi spesies hewan di masa lalu, saat ini, dan masa depan baik di darat maupun di lautan.

Melalui penggunaan teknologi GIS, keterkaitan antara faktor abiotik habitat seperti topografi, lintang, bujur, suhu, dan permukaan laut dapat berfungsi untuk menjelaskan distribusi populasi spesies melalui waktu geologi.

Memahami korelasi pembentukan habitat dan pola migrasi organisme pada tingkat ekologi memungkinkan penjelasan peristiwa spesiasi yang mungkin muncul karena peristiwa isolasi geografis fisik atau penggabungan tempat perlindungan baru untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Faktor Persebaran dalam Biogeografi
Poal sebaran organisme dari satu tempat ke tempat lainnya menghadapi penghalang yang terbentuk secara alami. Penghalang tersebut penjadi pengendali distribusi makhluk hidup yang dapat dikelompokkan menjadi faktor fisik dan non fisik di antaranya,
1. Faktor Fisik
a. Iklim
Curah Hujan
Wilayah yang memiliki curah hujan sepanjang tahun umumnya mempunyai vegetasi hujan. Berkurangnya jumlah curah hujan akan berpengaruh terhadap bentuk hutan yang berubah menjadi semak belukar atau padang rumput. Sedangkan di daerah gurun yang bercurah hujan sangat rendah, maka vegetasi yang ada akan bergantung pada musim-musim ketika terdapat kenaikan curah hujan.

Jenis tanaman dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan kebutuhan airnya, yaitu Hygrophytes, yaitu tanaman yang hidup pada kondisi air banyak (contohnya bakau); Mesophytes, yaitu tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah sedang; Xerophytes, yaitu tanaman yang hidupnya dengan menyesuaikan kadar air yang ada.

Tanaman jenis ini mampu beradaptasi dan biasanya memiliki daun berlapis lilin untuk mengurangi penguapan, kulit pohon tebal dan sistem akar yang dalam (contohnya kaktus).

Suhu
Suhu adalah besaran derajat panas dingin suatu benda atau lingkungan. Keadaan temperatur lingkungan dipengaruhi oleh penyinaran matahari. Semakin tinggi suhu maka variasi jenis tanaman akan semakin banyak. Namun sebaliknya, suatu wilayah yang terkena sedikit sinar matahari akan memiliki sedikit vegetasi tumbuhan.

Kelembaban Udara
Sebaran flora juga dipengaruhi oleh kadar uap air di udara. Semakin lembap suatu wilayah maka flora yang ada akan semakin beragam. Lingkungan dengan udara yang kering akan memiliki sedikit variasi jenis. Bahkan terdapat beberapa jenis tumbuhan yang hanya dapat hidup di wilayah dengan kelembaban yang tinggi.

Angin
Proses penguapan dan transiprasi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor angin. Contohnya adalah angin bahorok yang dapat mengeringkan perkebunan tembakau di Delli, serta jenis angin lainnya seperti angin dingin dan angin laut. Arah tiupan angin juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan hewan karena risiko bahaya yang ditimbulkan, termasuk bagi manusia.

Sinar Matahari
Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menghasilkan makanan dan energi. Kurangnya asupan sinar matahari akan menjadikan tumbuhan sulit berkembang. Sinar matahari yang menyinari permukaan bumi juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan hewan. Sinar matahari yang terlalu terang mengakibatkan proses persalinan hewan semakin sulit.

b. Tanah
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang terdiri dari bahan mineral dan organik. Tanah juga menjadi tempat hidup hewan maupun tumbuhan, serta manusia. Tumbuhan dapat berkembang dengan baik pada lahan yang memiliki kandungan hara tertentu, jenis tanah dan tingkat kesuburan. Wilayah dengan tanah yang subur menjadi habitat banyak hewan dan tumbuhan.

c. Relief atau Ketinggian
Tinggi rendah permukaan bumi berpengaruh terhadap kandungan udara dan intensitas sinar matahari. Kawasan dataran rendah umumnya ditumbuhi tanaman berdaun lebat, sedangkan wilayah yang semakin tinggi jarang ditumbuhi tanaman. Hal tersebut juga berbanding lurus dengan populasi hewan yang ada.

2. Faktor Non Fisik
a. Tumbuhan, contohnya adalah perlindungan yang diberikan pohon-pohon besar terhadap pohon di bawahnya yang lebih kecil.
b. Binatang, contohnya adalah simbiosis mutualisme antara serangga dengan bunga sehingga membantu penyerbukan.
c. Manusia, contohnya adalah kemampuan manusia untuk mengubah suatu ekosistem dengan penebangan, pengairan, pemupukan dan penanaman, seperti alih fungsi lahan hutan untuk pertanian, perkebunan, maupun pemukiman.
d. Jaring-jaring Makanan merupakan rantai-rantai makanan yang saling berkaitan sehingga membentuk jaring-jaring bila digambarkan. Jaring-jaring makanan terbentuk akibat satu makhluk hidup memangsa satu jenis makhluk hidup lainnya. Adanya jaring-jaring makan berpengaruh terhadap sebaran biogeografi hewan dan tumbuhan.
e. Kemampuan Adaptasi adalah cara bagaimana organisme menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi akan terjamin keberlangsungan hidup dan populasinya.

Jenis Adaptasi
Keberhasilan biogeografi makhluk hidup pada kawasan tertentu dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi di antaranya,
1. Adaptasi Morfologi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan organ tubuh sesuai dengan kebutuhannya, misalnya gigi singa dan harimau yang bentuknya runcing untuk mencabik daging mangsanya.
2. Adaptasi Fisiologi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga alat-alat tubuhnya mengalami perubahan untuk bertahan hidup. Contohnya adalah onta yang berevolusi memiliki kantung air di punuknya sebagai cadangan air di habitat padang pasir.
3. Adaptasi Perilaku adalah kemampuan makhluk hidup berkaitan dengan tingkah laku terhadap lingkungannya, misalnya kemampuan bunglon untuk merubah warna sesuai lingkungannya agar terhindar dari pemangsa.

Wilayah Biogeografi Indonesia
Secara geografis, wilayah Indonesia berada pada posisi yang unik. Hal ini menyebabkan kawasannya memiliki pola biogeografis atau sebaran flora dan fauna yang unik pula. Indonesia terbagi menjadi dua zona biogeografis, yaitu Indo-Malaya serta Australasia, bahkan berada ditengah-tengah keduanya.

Lokasi yang strategis ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar dunia termasuk jenis-jenis endemik. Zona sebaran di Indonesia terbagi menjadi 3 pola, yaitu asiatis, peralihan dan australis. Terbentuknya zona ini dipengaruhi oleh bentuk fisik kepulauan Indonesia serta pola migrasi flora dan fauna.

Jenis Biogeografi
Terbentuknya zona-zona tersebut dipengaruhi oleh ekologi, geologi, morfologi, tanah, air dan manusia. Berikut penjelasan masing-masing kawasan biogeografi di antaranya,
1. Afrotropika
Kawasan biogeografi afrotropik meliputi benua Afrika tepatnya di selatan Gurun Sahara, selatan dan timur Jazirah Arab, pulau Madagaskar, Iran Selatan, Pakistan Barat Daya, serta kepulauan di Samudera Hindia.

Di wilayah afrotropik dapat ditemukan beberapa hewan endemik, seperti burung dari keluarga ostrich (burung unta), sunbird, secretary bird, guineafowl dan mousebirds. Terdapat pula jenis mamalia endemik, antara lain aardvark, tikus mondok (afrosoricida), dan macroscelidea.

Contoh keragaman flora dapat dilihat di Madagaskar dan kepulauan di Samudera Hindia, yaitu 10 jenis tumbuhan berbunga endemik dan 8 di antaranya berada di Madagaskar.

2. Antarktika
Zona biogeografi antarktika meliputi seluruh daerah benua antarktika dan beberapa gugus pulau di Samudera Hindia dan Atlantik. Semua kawasan yang masuk dalam lingkup ini memiliki suhu dingin dan udara yang kering.

Benua antarktika adalah daerah yang hanya mampu menopang 2 jenis tumbuhan vaskulaer, 250 jenis lichen, 100 jenis moss, kurang dari 30 jenis liverwort, serta 700 spesies alga terretrial.

Kril antarktika adalah crustacea seperti udang yang sangat penting dalam ekosistem laut kutub selatan. Hewan ini adalah makanan bagi anjing laut, penguin, cumi-cumi, berbagai jenis buruh, serta paus.

Sedangkan tumbuhan seperti tundra adalah jenis flora yang mampu hidup di wilayah ini. Tundra disini dibagi 4 jenis, yaitu Marienlandia Antarctic Tundra, Maudlandia Antarctic Tundra, Scotia Sea Islands Tundra, Southern Indian Oceans Island Tundra.

3. Australasia
Kawasan biogeografi Australasia meliputi wilayah Australia, Selandia Baru, Pulau Papua, serta wilayah timur Indonesia lainnya, seperti Sulawesi, Maluku, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.

Wilayah Australasia secara langsung berbatasan dengan biogeografi Indo-Malaya dan memiliki daerah yang disebut zona peralihan sebagai batas yang digambarkan dengan garis wallace, weber dan lydekker.

4. Indomalaya
Wilayah biogeografi indo-malaya meliputi sebagian besar kawasan Asia Selatan dan Tenggara. Mulai dari Afghanistan hingga ke China selatan dan Bali di Indonesia. Sebutan lain untuk wilayah ini adalah kawasan Oriental.

Ciri khas dari mamalia di kawasan ini adalah berukuran besar atau dikenal dengan hewan Asiatis, seperti harimau, gajah, badak, tapir, orangutan, kuda nil dan sebagainya. Sedangkan jenis burung endemik yang ada meliputi keluarga irenidae, megalaimidae, dan rhabdornithidae, serta pheasant, pittas, old world babblers, dan flowerpeckers.

5. Nearktika
Cakupan wilayah nearktika adalah benua Amerika bagian utara, termasuk Greenland, Florida, dan Meksiko. Namun terdapat beberapa pengecualian, seperti Florida Selatan, Meksiko Timur, Amerika Tengah, dan Kepulauan Karibian yang masuk kedalam zona Neotropik.

Zona neartika dibagi menjadi 4 bioregion, yaitu Canadian Shield, Western North America, Eastern North America, dan Northern Mexico-Southwestern North America. Beberapa contoh jenis satwa yang berasal dari wilayah nearktika adalah anjing, serigala, rubah, kuda, tapir, serta butung wrentits.

6. Neotropika
Kawasan biogeografi neotropik mencakup seluruh zona tropis Amerika serta zona iklim sedang Amerika Selatan. Wilayahnya dimulai dari Yucatan di Mexico hingga Tierra del Fuego di Argentina.

Zona neotropika memiliki 31 spesies burung endemik, antara lain rhea, tinamous, toucan, tanager, currasow, hummingbird, dan wren. Jenis mamalia yang dimiliki kawasan ini yaitu armadillo, kukang, capybara, monyet dunia baru, possums, dan guinea pig.

Pisces atau ikan-ikanan di wilayah neotropika jumlahnya sangat banyak dan menjadi yang terbanyik dibanding zona biogeografi lainnya, yaitu 57000 jenis dari 66 famili berbeda. Sedangkan tumbuhan yang berasal dari kawasan ini,, yakni tomat, cokelat, kacang lima, serta kentang yang asalnya dari Peru dan Bolivia.

7. Oseania
Biogeografi oseania sangatlah unik karena terdiri dari ribuan kepulauan. Wilayahnya meliputi Micronesia, Kepulauan Fiji, Kepulauan Hawaii, dan Polynesia. Iklim di zona ini adalah tropis hingga subtropis dengan kelembaban yang tergantung dengan topografi dan arah angin.

Zona oseania merupakan kawasan yang terisolasi dari benua lainnya, sehingga sebaran flora maupun fauna umumnya berasal dari luar pulau melalu jalur laut. Tumbuhan dan satwa oseania sangat mirip dengan indomalaya, selain itu juga ada kemiripan dengan flora dan fauna dari Amerika Selatan dan Australia.

8. Palearktika
Zona palearktik adalah kawasan biogeografi terluas dibanding lainnya. Secara umum, wilayahnya mencakup benua Eropa, Asia bagian utara pegunungan Himalaya, Afrika Utara serta bagian utara dan tengah Arab. Karakteristik utama dari wilayah palearktika adalah beriklim sedang dan boreal atau sub-artctic.

Burung endemik yang berasal dari zona palearktika seperti burung accentors, callomyscidae, prolagidae dan ailuridar. Sedangkan hewan-hewan dari paleartik seringkali juga tersebar ke daerah neartik karena terdapat jalur darat pada masa lampau, seperti rusa, beruang grizzlu, bison, reindeer dan elk. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Biogeografi: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Objek Kajian, Faktor Persebaran, dan Jenisnya"