Perang Hittin: Kemenangan Salahuddin Al-Ayyubi atas Tentara Salib
Apa itu Perang Hittin?
Perang Hittin adalah perang yang terjadi pada 4 Juli 1187 di Palestina utara, tepatnya di dekat Hittin, Israel saat ini. Perang ini merupakan rangkaian dari Perang Salib yang melibatkan pasukan Muslim di bawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi melawan pasukan Tentara Salib Kristen di bawah pimpinan Guy de Lusignan, raja Yerusalem.
Baca Juga: Perang Salib: Pengertian, Terminologi, Awal Mula, dan Sejarahnya
Perang Hittin juga dikenal sebagai Perang Horns of Hattin, karena medan pertempurannya berada di dekat gunung berapi purba dengan puncak kembar yang disebut Tanduk Hittin. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Muslim dan menjadi kemenangan besar bagi Saladin.
Setelah kemenangan di Perang Hittin, pasukan Muslim berhasil menaklukkan kembali Yerusalem dan beberapa kota lain yang dikuasai Tentara Salib. Kekalahan kaum Kristen ini memicu terjadinya Perang Salib Ketiga, yang dimulai dua tahun setelah Pertempuran Hittin.
Lokasi
Perang Hittin terjadi di dekat Tiberias, dalam wilayah Israel masa kini. Medan perang ini, dekat Kota Hittin, memiliki bukit ganda (Tanduk Hittin) sebagai ciri geografis utama yang terletak di sisi suatu lintasan pegunungan utara antara Tiberias dan jalan dari Akko menuju timur.
Jalan Darb al-Hawarnah, dibangun oleh bangsa Romawi, berfungsi sebagai pelintasan timur-barat yang utama antara arungan-arungan Sungai Yordan, Danau Galilea dan pantai Mediterania.
Latar Belakang
Pada 1174, Salahuddin Al Ayyubi mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir, dan segera setelah itu menaklukkan Damaskus (1174), Aleppo (1183). Dalam waktu sekitar satu dekade, Salahuddin telah menguasai sisi selatan dan timur dari kota-kota yang diduduki Tentara Salib.
Baca Juga: Sejarah Baldwin IV dari Yerusalem yang Menderita Kusta
Salahuddin juga meyakinkan rakyatnya bahwa ia akan mengobarkan perang untuk mengusir orang-orang Kristen dari Yerusalem. Kendati demikian, Salahuddin kerap menyepakati gencatan senjata, salah satunya pada 1185.
Pada 1186, Kerajaan Yerusalem memiliki raja baru, yaitu Guy dari Lusignan. Namun, keluarga kerajaan banyak yang tidak setuju dengan pengangkatannya sebagai raja, hingga timbul perpecahan dan pihak oposisi yang dipimpin oleh Raymond III dari Tripoli.
Pada 1187, salah satu pihak pendukung Raja Guy, Renaud dari Chatillon, melanggar gencatan senjata dengan menyerang orang-orang Muslim. Hal inilah yang membuat Salahuddin Al Ayyubi murka dan membawa sekitar 40.000 pasukan untuk menyerang tentara Kerajaan Yerusalem dan sekutunya dalam Pertempuran Hittin. Sedangkan pihak Kerajaan Yerusalem dan sekutunya mengerahkan sekitar 20.000 pasukan.
Kronologi
Serangan Salahuddin dimulai pada 3 Juli 1187 di Tiberias. Strategi perang yang dibuat Salahuddin dalam Perang Hittin adalah mendorong Tentara Salib ke Horns of Hattin. Untuk menuju lembah tersebut, Tentara Salib harus melakukan perjalanan melalui perbukitan Galilea yang terik dan tidak ada air.
Pada 4 Juli siang hari, ketika Tentara Salib telah terbakar di bawah terik matahari, pasukan pemanah Salahuddin dikerahkan untuk menghancurkan lawan.
Serangan mendadak itu membuat Tentara Salib kalang kabut, bahkan pasukan Raymond III dari Tripoli memilih meninggalkan medan perang. Pasukan Salib yang tersisa akhirnya terkepung di Horns of Hattin dan dengan mudah dibantai oleh tentara Salahuddin.
Perang Hittin berakhir pada tahun 1187 dengan kemenangan di tangan tentara Salahuddin.
Dalam perang ini, Renaud dari Chatillon dipenggal kepalanya oleh Salahuddin karena telah melanggar gencatan senjata dan membunuh orang-orang Muslim. Raja Guy sempat ditangkap tetapi diperlakukan baik, sebelum akhirnya dibebaskan.
Sementara bangsawan Kristen lainnya yang ditangkap akhirnya dibebaskan setelah membayar uang tebusan. Namun, ada juga riwayat yang menyatakan bahwa para bangsawan Kristen yang tertangkap akhirnya dieksekusi.
Dampak
Perang Hittin berakhir dengan kemenangan besar pihak Salahuddin Al Ayubi, yang diikuti dengan penaklukan Yerusalem pada Oktober 1187.
Salahuddin melanjutkan kemenangannya dengan merebut kota-kota seperti Acre, Tiberias, Caesarea, Nazareth, Jaffa, dan banyak daerah lainnya yang dikuasai Tentara Salib. Orang-orang Kristen Timur diizinkan untuk tetap tinggal di Yerusalem sebagai kelompok minoritas yang dilindungi.
Hanya Tirus di selatan Lebanon yang tersisa di tangan Tentara Salib, di bawah komando Conrad dari Montferrat, serta beberapa kastil termasuk Krak des Chevaliers. Tentara Salib menanggapi kekalahan dalam Pertempuran Hittin dan penaklukan Yerusalem dengan mengorganisir Perang Salib Ketiga.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
dan sumber lain yang relevan
Download
Post a Comment