Salahuddin Al Ayyubi: Sejarah, Biografi, dan Kebijaksanaannya
Siapa itu Salahuddin Al Ayyubi?
Salahuddin Yusuf Ibn Ayyub atau Salahuddin Al Ayyubi adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Orang-orang Eropa mengenalnya sebagai Saladin, seorang jenderal hebat yang gagah berani memerangi tentara Salib.
Baca Juga: Perang Salib: Pengertian, Terminologi, Awal Mula, dan Sejarahnya
Salahuddin Al Ayyubi dikenal sebagai pendiri Dinasti Ayyubiyah, yang kekuasaannya meliputi Mesir, Suriah, Mekkah, Madinah, sebagian Yaman, Irak, dan Palestina. Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Ia memberikan catatan kaki dan penjelasan kitab hadits Abu Dawud.
Ia sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam. Dia tidak hanya dihormati oleh kawan, namun juga disegani oleh lawan-lawannya. Dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tegas, Salahuddin Al Ayyubi merupakan sosok di balik keberhasilan tentara Islam dalam menguasai Baitul Maqdis dari tangan tentara salib.
Biografi Singkat Salahuddin Al-Ayyubi
Salahuddin Ayyubi lahir pada tahun 1137 M di sebuah benteng Tikrit, sebuah kota di tepian sungai Tigris, sekitar 140 KM di barat laut kota Baghdad. Nama asli Salahuddin Ayyubi adalah Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin Ayyub. Ayahnya bernama Ayyub Najmuddin, yang merupakan seorang pemimpin atau penguasa di benteng Tikrit.
Baca Juga: Dinasti Seljuk: Dinasti Islam Turki setelah Dinasti Abbasiyah
Salahuddin Ayyubi menjalani kehidupan masa kecilnya di Balbek 534 H/ 140 M. Sebagaimana kebiasaan anak-anak di kota itu, ia selalu mendatangi tempat- tempat kajian untuk belajar membaca, menulis, serta menghafal Al-Qur’an. Pada usia 14 tahun, ia melanjutkan pendidikannya ke Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni. Di Damaskus, ia berada di lingkungan istana Sultan Nurrudin selama sepuluh tahun lamanya.
Selama itu, Salahuddin Ayyubi belajar tata bahasa Arab, retorika, dan teologi Islam. Selain itu, ia juga mempelajari fiqih madzhab Syafi’i dan hadist dari Abu Thahir as Silafi dan ulama lainnya, sehingga dia berkembang menjadi seorang ahli fiqih. Selain belajar agama, Salahuddin Ayyubi juga mempelajari olahraga bola kaki, berburu, dan menunggang kuda.
Prestasi Salahuddin Ayyubi
Ketika Salahuddin Ayyubi lahir, Baitul Maqdis masih dikuasai tentara Salib, setelah mereka memenangkan Perang Salib yang pertama. Kariernya sebagai tentara dimulai ketika ditunjuk sebagai wakil dari pamannya Asadudin Syirkuh untuk menemaninya menuju Mesir.
Atas keberhasilannya dalam menjalankan tugas, Salahuddin Ayyubi kemudian diberi amanah sebagai pemimpin keamanan wilayah Mesir. Kemudian, Salahuddin Ayyubi naik jabatan menjadi Perdana Menteri Mesir.
Setelah berkuasa penuh atas Mesir, Salahuddin Ayyubi berhasil menyatukan negara-negara Islam. Kemudian pada 1174, ia berhasil menguasai Damaskus kemudian Aleppo (tahun 1185) dan Mosul (pada 1186).
Selain itu, Salahuddin Ayyubi juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib. Ia akhirnya juga berhasil merebut Baitul Maqdis dalam Perang Salib.
Pada 10 Feb 1144 M, Baitul Maqdis diserahkan oleh Balian of Ibelin dari pasukan Salib. Penyerahan Baitul Maqdis oleh tentara Salib dilakukan setelah Salahuddin Ayyubi berhasil mengepung kota Baitul Maqdis selama 12 hari.
Dengan dikuasainya Baitul Maqdis, maka jatuhlah sebagian besar kota-kota dan wilayah yang masih dalam penguasaan kaum salib.
Akhir Hayat Salahuddin Ayyubi
Salahuddin Ayyubi wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus, dengan mewariskan seluruh hartanya, berupa sepotong emas dan empat puluh keping perak, pada orang-orang miskin.
Di akhir hidupnya, diketahui bahwa Salahuddin Ayyubi hidup dalam keadaan miskin. Dia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanannya dan uang senilai 66 dirham.
Penyebab kematian Salahuddin Ayyubi kala itu jadi misteri. Ia hanya dilaporkan mengalami demam. Belakangan, misteri itu terkuak. Dr. Stephen Gluckman, pengajar di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa penyebab kematian Salahuddin Ayyubi adalah penyakit tifus.
Kebijaksanaan Salahuddin Al-Ayyubi
Dengan segala kesabaran dan kebijaksanaan dalam perjuangan, Salahuddin Al-Ayyubi mampu mengalahkan pasukan Salib di Medan perang Hathin. Selain itu, ada tiga hal penting dari kebijaksanaan Salahuddin yang menjadikan peperangan yang dipimpinnya memperoleh hasil menakjubkan, yaitu:
1. Pemberian Cuti Kepada para Tentara
Pemberian cuti sangatlah berharga, terlebih lagi seorang tentara juga memerlukan waktu untuk beristirahat demi memperbaharui semangat jiwa dan mempertebal cita-cita meraih kemenangan. Salahuddin menjadikan kesempatan ini untuk mendekatkan diri secara personal serta menyiarkan dakwah kepada mereka.
2. Pemberian Grasi Kepada Pihak Musuh
Salahuddin saat menaklukkan Jerusalem menampilkan keluhuran Budi kepada pasukan Salib, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan pasukan Salib dahulu saat menaklukkan Jerusalem. Salahuddin justru memberikan grasi kepada beberapa orang di antara mereka yang dinilai tidak melakukan penindasan keji terhadap umat Islam.
3. Mengadakan Perjanjian Damai Kepada Pihak Musuh
Meski para pendahulu Salahuddin cenderung melakukan perlawanan secara fisik, Salahuddin justru mengambil kebijakan dengan mengadakan perjanjian damai bersyarat dengan pihak musuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya banyak korban dan kerugian yang lebih besar.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.liputan6.com
https://www.detik.com
dan sumber lain yang relevan
Download
Post a Comment