Konferensi Inter-Indonesia: Sejarah, Latar Belakang, Tujuan, dan Hasilnya

Table of Contents

Sejarah Konferensi Inter Indonesia
Sejarah Konferensi Inter-Indonesia

Konferensi Inter-Indonesia adalah konferensi antara pemerintah Indonesia dengan Bijeenkomst Voor Federaal Overleg (BFO atau Majelis Permusyawaratan Federal) tanpa campur tangan Belanda yang diselenggarakan dua kali yaitu tanggal 20-23 Juli 1949 di Yogyakarta dan 31 Juli-2 Agustus 1949 di Jakarta (Abdullah & Lapian 2012: 477).

Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 membuat BFO bereaksi dan memutuskan untuk melakukan pembicaraan untuk kesekian kali di Jakarta (Agung 1985, 483). Tujuan diselenggarakan konferensi ini adalah upaya menyamakan pandangan dari pihak RI dengan BFO untuk menghadapi Belanda dalam sidang Konferensi Meja Bundar (KMB) (Agung 1985: 560).

Konferensi Inter-Indonesia I diselenggarakan di Hotel Toegoe Yogyakarta pada tanggal 20-23 Juli 1949 dengan ketua penyelenggara seorang tokoh NIT yaitu Mr. Tadjuddin Noor dan ketua sidang pleno dipercayakan kepada Wakil Presiden Muhammad Hatta (Sudirjo 1975: 289; Harnoko 2020).

Sementara Konferensi Inter-Indonesia II diselenggarakan di Gedung Indonesia Serikat Jakarta pada tanggal 31 Juli-2 Agustus 1949 dengan pimpinan sidang pleno adalah Sultan Hamid II.

Konferensi Inter-Indonesia memiliki arti penting dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia dengan menghilangkan segala kecurigaan dan keragu-raguan yang tercipta akibat pengalaman masa lalu.

Konferensi ini merupakan alat pemersatu dan senjata pamungkas terhadap segala usaha memecah belah yang datang dari dalam maupun luar yang hal ini memberi keuntungan pada sidang KMB di Den Haag nantinya (Abdullah & Lapian 2012: 478).

Latar Belakang Konferensi Inter-Indonesia

Konferensi Inter-Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa faktor penyebab di antaranya,
1. Belanda yang Ingin Kembali Berkuasa
Salah satu atar belakang Konferensi Inter-Indonesia adalah keinginan Belanda untuk menguasai kembali Indonesia. Meskipun Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Belanda merasa bahwa Indonesia adalah bagian dari bekas jajahannya sehingga harus tetap berada di bawah kendalinya.

2. Adanya Agresi Militer Belanda
Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948) merupakan serangan bersenjata yang dilancarkan oleh Belanda untuk mencoba memaksakan kembali penguasaannya atas Indonesia. Agresi-agresi ini memperburuk konflik antara kedua belah pihak sehingga diperlukan upaya diplomasi untuk mengakhiri pertempuran.

3. Belanda yang Kerap Melanggar Perjanjian
Belanda dan Indonesia telah mencoba untuk menyelesaikan konflik mereka melalui perundingan-perundingan sebelumnya, seperti Perjanjian Linggarjati (1946) dan Perjanjian Renville (1947). Namun, Belanda sering kali melanggar perjanjian-perjanjian tersebut dan tidak mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya.

4. Meraih Pengakuan Internasional
Pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno berusaha keras untuk meraih pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia. Keberhasilan ini penting karena memberi legitimasi pada negara baru tersebut di mata komunitas internasional.

5. Menekan Belanda Secara Diplomasi
Upaya diplomasi menjadi latar belakang Konferensi Inter Indonesia yang penting. Pihak Indonesia berusaha untuk menggunakan diplomasi sebagai cara untuk mendesak Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia.

Tujuan Konferensi Inter-Indonesia

Tujuan perundingan inter Indonesia adalah untuk menyamakan pandangan dan sikap antara pemerintah Republik Indonesia dan BFO dalam menghadapi Belanda dalam KMB. Perundingan ini juga bertujuan untuk membentuk suatu negara serikat yang berdasarkan asas demokrasi dan mengakui kedaulatan Republik Indonesia sebagai negara pusat.

Perundingan inter Indonesia juga dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dari perjanjian Roem-Royen agar Indonesia dapat menerima pengakuan kedaulatan dari Belanda. Selain itu, perundingan ini juga diharapkan dapat menguatkan posisi tawar Indonesia dalam KMB dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah bangsa yang bersatu dan berdaulat.

Hasil Konferensi Inter-Indonesia

Konferensi Inter-Indonesia dilaksanakan sebanyak dua kali. Yang pertama dilakukan pada 19-22 Juli 1949 di Hotel Tugu Yogyakarta, yang dipimpin oleh Mohammad Hatta sebagai perdana menteri Republik Indonesia. Yang kedua dilakukan pada 31 Juli-3 Agustus 1949 di Jakarta, yang juga dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Adapun hasil dari Konferensi Inter-Indonesia I adalah sebagai berikut:
1. RIS akan melaksanakan pemerintahan berdasarkan asas demokrasi dalam bentuk negara federal.
2. RIS akan dikepalai oleh seorang presiden konstitusional dan dibantu oleh menteri-menteri. Presiden dan menteri akan bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif).
3. Pembentukan dua badan legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Negara Bagian.
4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional yang terdiri dari TNI, KNIL, ML (Militaire Luchtvaart) dan VB (Veileigheids Batalyon).
 
Baca Juga: Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Sejarah Terbentuknya

Hasil dari Konferensi Inter-Indonesia II adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan RIS yang terdiri dari 16 negara bagian, yaitu Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Sumatera Tengah, Negara Jawa Barat, Negara Jawa Tengah, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Kalimantan Barat, Negara Kalimantan Tengah, Negara Kalimantan Selatan, Negara Kalimantan Timur, Negara Sulawesi Selatan, Negara Sulawesi Utara, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Pembentukan pemerintahan sementara RIS yang akan berlaku sampai dengan pemilihan umum pertama. Pemerintahan sementara RIS akan dikepalai oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kabinet sementara RIS akan terdiri dari 16 menteri yang berasal dari berbagai negara bagian.
3. Pembentukan panitia persiapan KMB yang akan mewakili RIS dalam KMB. Panitia ini akan dipimpin oleh Mohammad Hatta dan beranggotakan 28 orang yang berasal dari berbagai negara bagian.

Sumber:
https://esi.kemdikbud.go.id
https://an-nur.ac.id
https://kumparan.com

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment