Anak Jalanan: Pengertian, Ciri, dan Kategorinya

Pengertian Anak Jalanan
Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan (anjal) adalah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma yang tinggal di wilayah jalanan. Anak-anak ini sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Pandangan lain mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak yang merasa rumah mereka tidak cukup nyaman untuk mengaktualisasikan diri sehingga mereka lebih memilih untuk keluar dari rumah dan pergi ke jalanan. Ketidaknyamanan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pertengkaran rumah tangga, kondisi ekonomi yang tidak memadai, dan faktor-faktor lainnya. 

Baca Juga: Pengertian Aktualisasi Diri (Self Actualization), Aspek, Ciri, Faktor, dan Caranya

Beberapa anak jalanan, khususnya di negara berkembang, merupakan anak yang ditelantarkan oleh orang tua, anak yang kabur dari rumah untuk mencari jati diri (Punk), dan anak-anak yang mencari nafkah di jalanan (menggelandang). Selain itu, beberapa anak jalanan juga berasal dari keluarga dengan orang tua tunggal.

Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.

Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah-istilah untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan.
• Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apa pun di masa depan.
• Rentan karena risiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang, dari segi kesehatan maupun sosial.
• Eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari keluarga, ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab (Suyanto, 2010).

Baca Juga: Pengertian Kaum Marginal dan Masyarakat Marginal

Anak Jalanan Menurut Para Ahli
1. UNICEF, anak jalanan yaitu berusia sekitar di bawah 18 tahun dan bertempat tinggal di wilayah kosong yang tidak memadai, serta biasanya tidak ada pengawasan.
2. PBB, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.
3. Pusdatin Kesos Departemen Sosial RI, anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan di jalanan atau di tempat-tempat umum, dengan usia antara 6 sampai 21 tahun yang melakukan kegiatan di jalan atau di tempat umum seperti: pedagang asongan, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, dan lain-lain.
4. Suyanto (2010), anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.
5. Departemen Sosial RI (1999), pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalan.
6. Sudarsono (2009), anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, yang secara yuridis tidak berdomisili secara otentik. Di samping itu mereka merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak, menurut ukuran masyarakat pada umumnya dan sebagian besar dari mereka tidak mengenal nilai-nilai keluhuran.

Ciri Anak Jalanan
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi (Mulandar, 1996). Mereka bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana kehidupan kota yang keras, tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses tumbuh kembang anak.

Lebih dari itu mereka juga cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek pemerasan, sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan dan segala bentuk penindasan lainnya. Hal inilah yang membuat anak jalanan memiliki ciri dan karakteristik khusus, yang membedakan anak jalanan dengan masyarakat pada umumnya.

Menurut Sadli, anak jalanan memiliki ciri khas baik secara psikologisnya maupun kreativitasnya, sebagai berikut di antaranya,
1. Mudah tersinggung perasaannya,
2. Mudah putus asa dan cepat murung,
3. Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya,
4. Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan kasih sayang,
5. Tidak mau bertatap muka dalam arti bila mereka diajak bicara, mereka tidak mau melihat orang lain secara terbuka,
6. Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak, mereka sangatlah labil,
7. Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normatif masyarakat umumnya.

Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Nanda Dian Nusantara yang bergerak dalam bidang perlindungan anak pada tahun 1996, ada beberapa ciri secara umum anak jalanan di antaranya,
1. Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan) selama 24 jam,
2. Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, serta sedikit sekali yang lulus SD),
3. Berasal dari keluarga-keluarga tidak mampu (kebanyakan kaum urban dan beberapa di antaranya tidak jelas keluarganya),
4. Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor informal). Keterlibatan anak jalanan dalam kegiatan ekonomi akan berdampak kurang baik bagi perkembangan dan masa depan anak, kondisi ini jelas tidak menguntungkan bahkan cenderung membutakan terhadap masa depan mereka, mengingat anak adalah aset masa depan bangsa.

Kategori Anak Jalanan
Berdasarkan intensitasnya di jalanan, anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama di antaranya,
1. Chidren of the street
Anak yang hidup/tinggal di jalanan dan tidak ada hubungan dengan keluarganya. Kelompok ini biasanya tinggal di terminal, stasiun kereta api, emperan toko dan kolong jembatan.

Anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.

Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab. Biasanya lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah dan menyimpang baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual.

2. Children on the street
Anak yang bekerja di jalanan. Umumnya mereka adalah anak putus sekolah, masih ada hubungannya dengan keluarga namun tidak teratur yakni mereka pulang ke rumahnya secara periodik.

Anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat di selesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

3. Children From Families Of The Street
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala risikonya.

Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah di temui di berbagai kolong-kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai walau secara kuantitatif jumlahnya belum di ketahui secara pasti.

4. Vulberable children to be street children
Anak yang rentan menjadi anak jalanan. Umumnya mereka masih sekolah dan putus sekolah, dan masih ada hubungan teratur (tinggal) dengan orang tuanya.

Jenis pekerjaan anak jalanan dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Usaha dagang yang terdiri atas pedagang asongan, penjual koran, majalah, serta menjual sapu atau lap kaca mobil.
2. Usaha di bidang jasa yang terdiri atas pembersih bus, pengelap kaca mobil, pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir sepatu dan kenek.
3. Pengamen. Dalam hal ini menyanyikan lagu dengan berbagai macam alat musik seperti gitar, kecrekan, suling bambu, gendang, radio karaoke dan lain-lain.
4. Kerja serabutan yaitu anak jalanan yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan mereka.

Dalam bentuk pola kerja anak jalanan dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk strategi bertahan hidup yaitu bertahan hidup kompleks, sedang dan sederhana. Sebagian besar anak jalanan memiliki strategi bertahan hidup kompleks dan sedang dengan jenis pekerjaan pengamen.

Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh hal berikut di antaranya,
1. Kondisi ekonomi keluarga
Kegiatan anak-anak di jalanan berhubungan dengan kemiskinan keluarga di mana orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan) dari anggota keluarganya sehingga dengan terpaksa ataupun sukarela mencari penghidupan di jalan untuk membantu orangtua.

2. Konflik dengan/antar orangtua
Selain faktor ekonomi, perselisihan dengan orangtua ataupun antar orangtua (disharmoni keluarga) menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan dan akhirnya menjadi anak jalanan.

3. Mencari pengalaman
Tidak jarang anak melakukan aktivitas di jalan dengan alasan mencari pengalaman untuk memperoleh penghasilan sendiri. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar Jakarta yang pergi ke Jakarta untuk mencari pengalaman baru dan kehidupan baru yang lebih baik.

Sebagian besar dari mereka tidak datang bersama orangtua, melainkan saudara atau teman sebaya. Hal ini berhubungan dengan motivasi untuk bekerja.

Menurut Suhartini karakter anak jalanan dapat dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan alasan anak turun ke jalan. Usia anak jalanan berusia 13 sampai 18 tahun. Sebagian besar anak jalanan adalah laki-laki dengan jenis pekerjaan sebagai pengamen.

Alasan anak turun ke jalan sangat bervariasi, sebagian dari mereka turun ke jalan karena kesulitan ekonomi dan sebagian lagi untuk tambahan uang saku dan rekreasi. Sebagian besar anak jalanan hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), di antara SD dan SMP tersebut ada yang tidak tamat sekolah. Pada kategori pekerjaan, mayoritas anak jalanan adalah pengamen.

Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-anak-jalanan/116119
dan Sumber Relevan Lainnya

Download 

Lihat Juga:

Materi Sosiologi SMA

Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 2: Permasalahan Sosial Akibat Pengelompokan Sosial (Kurikulum Merdeka)

1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 2.1 Permasalahan Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 2.2 Permasalahan Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 2.3 Permasalahan Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.1 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.2 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.3 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Anak Jalanan: Pengertian, Ciri, dan Kategorinya"