Cognitive Science: Pengertian, Sejarah, Tujuan, dan Teorinya

Pengertian Cognitive Science atau Sains Kognitif
Cognitive Science (Sains Kognitif)
Pengertian Cognitive Science
Cognitive Science (sains kognitif) adalah studi interdisipliner dan ilmiah tentang pikiran dan sifat kecerdasan. Sains kognitif berusaha memahami kecerdasan dan perilaku yang dapat membantu manusia dalam banyak hal seperti mengembangkan program pendidikan atau membangun perangkat yang lebih cerdas.

Sains kognitif meliputi metode psikologi, linguistik, filsafat, ilmu komputer, kecerdasan buatan, ilmu saraf, dan antropologi. Syarat kognisi seperti yang digunakan oleh para ilmuwan kognitif, mengacu pada berbagai jenis pemikiran, termasuk yang terlibat dalam persepsi, pemecahan masalah, pembelajaran, pengambilan keputusan, penggunaan bahasa, dan pengalaman emosional.

Sains kognitif dimulai sebagai gerakan intelektual pada tahun 1950-an yang sering disebut sebagai revolusi kognitif. Tujuannya untuk memahami prinsip-prinsip kecerdasan dengan harapan akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang pikiran dan pembelajaran sehingga dapat mengembangkan perangkat cerdas.

Sejarah Awal Cognitive Science
Sejak awal-awal dimulainya, manusia telah mencoba memahami pikirannya sendiri. Beberapa penulis paling awal berbicara tentang keajaiban pemikiran dan kebodohan, serta kebijaksanaan yang mampu dilakukan umat manusia, di mana itu sering kali dalam ukuran yang sama.

Seorang pakar atau ahli bernama Aristoteles, yang merupakan salah satu filsuf Yunani awal juga berbicara tentang otak dan banyak fungsinya dan khususnya, pengetahuan manusia (human wisdom). Namun, baru pada tahun 1800-an, ilmu psikologi benar-benar mulai berkembang dan khususnya bidang psikologi eksperimental.

Pada saat inilah para ilmuwan mengadopsi teori behaviorisme, yang maksudnya adalah gagasan bahwa perilaku tertentu diprogram dan akan terjadi sebagai reaksi biologis terhadap rangsangan. Pada tahun 1879, pakar atau ahli lainnya yang bernama Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologinya.

Beberapa saat kemudian, pakar lainnya yang bernama Sigmund Freud melakukan serangkaian studi kasus untuk mendukung teori dan idenya. Pada 1950-an, Revolusi Kognitif dimulai ketika sejumlah peneliti dari berbagai bidang mulai mengembangkan teori berbasis pikiran berdasarkan prosedur komputasi dan representasi kompleks (Miller, Broadbent, Chomsky, Newell, Shaw, Simon).

Lalu, di tahun 1960-an, psikologi kognitif menjadi dominan (Tulving, Sperling), dan sejak tahun 1970-an, lebih dari 60 (enam puluh) universitas di Eropa dan Amerika Utara telah mendirikan program ilmu kognitif sampai sekarang di tahun 2021-2022 ini juga sudah merambah ke dunia IT (Information Technology).

Tujuan Cognitive Science
Sains kognitif pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari proses dasar kognisi, sering kali mencerminkan lingkungan informasi sederhana di mana otak kita beradaptasi. Sebagai manusia, meskipun otak kita diadaptasi untuk lingkungan yang sederhana, kita hidup di era di mana kita memiliki akses ke lebih banyak informasi dan dikelilingi oleh banyak gangguan yang bersaing untuk mendapatkan perhatian kita.

Perhatian terkait ini telah mendefinisikan ulang pertanyaan kritis dalam ilmu kognitif. Karya cognitive science juga harus diterjemahkan ke dalam lingkungan yang ada saat ini. Cognition (kognisi) yang terbagi dan bagaimana ilmu kognitif dapat membantu kita memahami apa yang salah ditawarkan, dengan pandangan ke masa depan untuk memeriksa bagaimana teknologi yang mendasari ekonomi perhatian dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif.

Teori Cognitive Science
Ada banyak teori cognitive science yang mewakili bagaimana pikiran bekerja di antaranya,
1. Logika formal (formal logic).
2. Rules atau aturan.
3. Concepts (konsep).
4. Analogies (analogi).
5. Images (gambar-gambar).
6. Connectionism (koneksionisme).
7. Theoretical neuroscience (ilmu saraf teoretis).
8. Bayesian.
9. Deep learning (pembelajaran mendalam).

Semua teori ini tentunya juga memiliki pola penjelasan masing-masingnya. Sebagai contoh misalnya, dalam hal konsep, orang memiliki seperangkat konsep yang membentuk hierarki bagian dan jenis serta asosiasi lainnya.

Kemudian, terkait metode yang ada di dalam cognitive science, perlu kalian ketahui bahwa para lmuwan kognitif saat ini akan sering terlibat dalam pemodelan komputasi (computing modelling) dan teori dalam pencarian mereka untuk memahami pikiran dan kecerdasan.

Ini biasanya akan melibatkan eksperimen dengan subyek manusia yang bersedia. Sebagai contoh misalnya, mahasiswa akan sering mengambil bagian dalam eksperimen laboratorium yang melibatkan berbagai jenis pemikiran yang dipelajari di bawah kondisi yang terkendali.

Eksperimen ini sering melibatkan penalaran deduktif di mana subjek perlu membentuk dan menerapkan ide ke berbagai masalah yang berbeda. Adapun untuk salah satu eksperimen kognitif yang terkenal dikenal sebagai tes Stroop, di mana pesertanya diperlihatkan kata-kata di layar dalam berbagai warna berbeda dan mengatakan apa warna kata tersebut.

Masalahnya adalah tes cognitive science ini dirancang untuk membingungkan otak, sehingga kata “merah” sebenarnya ditampilkan dalam font berwarna kuning. Tes ini dirancang untuk mengukur pemikiran logis dan juga menilai seberapa cepat otak mengalami stres ketika mendapat jawaban yang salah.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Cognitive Science: Pengertian, Sejarah, Tujuan, dan Teorinya"