Audit Sistem Informasi: Pengertian, Tujuan, Faktor Pendorong, Pendekatan, Jenis, dan Tahapannya

Pengertian Audit Sistem Informasi
Audit Sistem Informasi
Pengertian Audit Sistem Informasi
Audit sistem informasi merupakan proses pengumpulan dan penilaian bukti-bukti untuk menentukan apakah sistem informasi yang digunakan pada sebuah perusahaan mampu mengamankan aset, memelihara integritas data, dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan menggunakan sumber daya yang ada secara efisien.

Terdapat beberapa komponen yang harus diperiksa di dalamnya, yaitu audit secara menyeluruh pada tingkat efektivitas, efisiensi, availability, confidentiality, reliability, integrity, aspek keamanan, modifikasi program, audit proses, audit sumber data, dan juga data file ataupun database perusahaan.

Audit sistem informasi sendiri merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu, antara lain traditional audit, manajemen sistem informasi, sistem informasi akuntansi, ilmu komputer, dan behavioral science.

Standar yang umumnya digunakan dalam audit sistem informasi adalah standar yang sudah dikeluarkan oleh pihak ISACA, yakni ISACA IS Audit Standard. Lebih dari itu, ISACA pun mengeluarkan IS Audit Guidance dan juga IS Auditing Procedure.

Audit Sistem Informasi Menurut Para Ahli
1. Ron Weber (1999,10), audit sistem informasi adalah suatu upaya menghimpun dan menilai berbagai bukti agar bisa menentukan apakah suatu sistem komputer mampu mengamankan data perusahaan, menjaga integritas data, dan juga mendorong perusahaan dalam mencapai tujuannya secara efektif dan secara efisien menggunakan sumber daya yang ada.
2. Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan juga evaluasi atas berbagai bukti yang ada agar bisa menentukan derajat kesesuaian antar setiap informasi dan juga kriteria yang sebelumnya sudah ditetapkan. Itu artinya, pelaksanaan evaluasi di dalamnya dilakukan berdasarkan sejumlah kriteria tertentu agar bisa menentukan derajat performa yang sudah dicapai.

Tujuan Audit Sistem Informasi
Ron Weber secara garis besar menjelaskan tujuan audit informasi di antaranya,
1. Mengamankan Aset
Aset informasi milik perusahaan seperti software, hardware, SDM, dan file data harus selalu dijaga dalam suatu sistem pengendalian internal yang baik agar bisa menghindari adanya penyalahgunaan aset perusahaan. sehingga, sistem pengamanan aset menjadi hal yang sangat penting yang harus disediakan oleh pihak perusahaan.

2. Menjaga Integritas Data
Pada dasarnya, integritas data adalah salah satu konsep dasar yang terdapat dalam sistem informasi. Data itu sendiri terdiri dari berbagai atribut tertentu, seperti kebenaran, keakuratan dan juga kelengkapan.

Bila integritas data tidak bisa terpelihara dengan baik, maka suatu perusahaan tidak akan bisa lagi mempunyai hasil atau laporan yang baik, bahkan sangat mungkin mengalami kerugian.

3. Menjaga Efektivitas Sistem
Efektivitas sistem informasi pada suatu perusahaan memiliki peranan yang penting dalam proses pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif hanya jika sistem informasi tersebut telah sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

4. Menjaga Efisiensi Sistem
Efisiensi adalah suatu hal yang sangat penting saat suatu komputer sudah tidak lagi mempunyai kapasitas yang cukup atau harus melakukan evaluasi lagi apakah efisiensi sistem di dalamnya masih cukup atau harus menambah sumber daya.

Hal tersebut dikarenakan suatu sistem bisa dikatakan efisien bila sistem informasi di dalamnya mampu memenuhi kebutuhan pengguna dengan sumber daya informasi yang rendah.

Adapun tujuan yang lain di antaranya,
1. Untuk memeriksa kecukupan dari pengendalian lingkungan, keamanan fisik, keamanan logikal serta keamanan operasi sistem informasi yang dirancang untuk melindungi piranti keras, piranti lunak dan data terhadap akses yang tidak sah, kecelakaan, perubahan yang tidak dikehendaki.
2. Untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan sehingga bisa membantu organisasi untuk mencapai tujuan strategis.

Dalam melaksanakan Audit sistem informasi, seorang auditor harus memastikan tujuan-tujuan berikut terpenuhi di antaranya,
1. Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan komputer, program, komunikasi, dan data dari akses yang tidak sah, modifikasi, atau penghancuran.
2. Pengembangan dan perolehan program dilaksanakan sesuai dengan otorisasi khusus dan umum dari pihak manajemen.
3. Modifikasi program dilaksanakan dengan otorisasi dan persetujuan pihak manajemen.
4. Pemrosesan transaksi, file, laporan, dan catatan komputer lainnya telah akurat dan lengkap.
5. Data sumber yang tidak akurat. atau yang tidak memiliki otorisasi yang tepat diidentifikasi dan ditangani sesuai dengan kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
6. File data komputer telah akurat, lengkap, dan dijaga kerahasiaannya.

Faktor Pendorong Audit Sistem Informasi
Adapun faktor-faktor yang mendorong pentingnya kontrol dan audit sistem informasi (Weber, 2006) di antaranya,
1. Mendeteksi agar komputer tidak dikelola secara kurang terarah.
2. Mendeteksi resiko kehilangan data.
3. Mendeteksi resiko pengambilan keputusan yang salah akibat informasi hasil proses sistem komputerisasi salah/lambat/tidak lengkap.
4. Menjaga aset perusahaan karena nilai hardware, software dan personil yang lazimnya tinggi.
5. Mendeteksi resiko error komputer.
6. Mendeteksi resiko penyalahgunaan komputer (fraud).
7. Menjaga kerahasiaan
8. Meningkatkan pengendalian evolusi penggunaan komputer

Pendekatan Audit Sistem Informasi
Terdapat tiga pendekatan auditing di antaranya,
1. Auditing Around Computer (Audit Sekitar Komputer) yaitu dimana penggunaan komputer pada tahap proses diabaikan.
2. Auditing Throught Computer (Auditing Melalui Komputer) yaitu dimana pada tahap proses penggunaan komputer telah aktif.
3. Auditing With Computer (Auditing Dengan Komputer) yaitu dimana input, proses dan output telah menggunakan komputer.

Dalam mengaudit sistem komputerisasi yang ada, audit ini dilakukan dengan mengevaluasi pengendalian umum dari sistem-sistem komputerisasi yang sudah diimplementasikan pada perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Saat melakukan pengujian-pengujian digunakan bukti untuk menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi kepada manajemen tentang hal-hal yang berhubungan dengan efektivitas, efisiensi, dan ekonomisnya sistem.

Standar yang digunakan dalam mengaudit sistem informasi adalah standar yang diterbitkan oleh ISACA yaitu ISACA IS Auditing Standard. Selain itu ISACA juga menerbitkan IS Auditing Guidance dan IS Auditing Procedure.

Jenis Audit Sistem Informasi
Terdapat dua jenis audit sistem informasi, yaitu audit sistem informasi laporan keuangan dan audit sistem informasi operasional.
1. Audit Sistem Informasi Laporan Keuangan
Audit sistem informasi laporan keuangan dilakukan agar bisa mengetahui tingkat kewajaran pada laporan keuangan yang sudah disediakan oleh perusahaan.

Jika sistem akuntansi perusahaan yang diaudit tersebut adalah sistem akuntansi dengan basis komputer, maka akan dilakukan audit pada sistem informasi akuntansi tersebut, apakah proses ataupun mekanisme dan juga program di dalamnya sudah sesuai, pengendalian umum pada sistem yang memadai, dan juga data yang sudah substantif.

2. Audit Operasional “Operational Audit”
Audit atas software komputer ini terbagi menjadi tiga jenis di antaranya,
a. Post Implementation Audit
Jenis audit ini akan memeriksa apakah berbagai aplikasi komputer yang sudah digunakan pada suatu perusahaan sudah sesuai dengan penggunanya dan sudah digunakan dengan sumber daya yang maksimal.

Dalam hal ini, pihak auditor akan melakukan evaluasi apakah sistem aplikasi tersebut bisa dilanjutkan, karena sudah bisa digunakan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya, atau harus dilakukan modifikasi dan dihentikan bila perlu.

Audit ini dilakukan oleh auditor dengan menerapkan pengalamannya dalam hal mengembangkan sistem aplikasi, sehingga auditor tersebut mampu melakukan evaluasi apakah sistem yang digunakan sudah diterapkan harus diremajakan atau diperbaiki atau bahkan dihentikan jika memang sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan atau terdapat kesalahan di dalamnya.

b. Concurrent Audit
Pihak auditor akan menjadi anggota dalam tim pengembangan sistem. Nantinya mereka akan membantu tim agar bisa meningkatkan kualitas dalam mengembangkan sistem yang dibangun oleh sistem analis, designer, dan juga programmer agar bisa diterapkan.

Dalam hal ini, pihak auditor akan bertindak sebagai wakil pimpinan proyek dan manajemen sebagai QA atau quality assurance.

c. Concurrent Audits
Pihak auditor akan melakukan evaluasi performa unit fungsional atau fungsi sistem informasi apakah sudah bisa dikelola dengan baik, apakah kontrol dalam mengembangkan sistem secara menyeluruh sudah mampu dilakukan dengan baik, apakah sistem komputer yang digunakan sudah dikelola dan juga digunakan dengan baik.

Dalam melakukan audit sistem yang terkomputerisasi, audit ini dilakukan dengan cara mengevaluasi pengendalian umum dari berbagai sistem komputerisasi yang telah diterapkan oleh perusahaan tersebut secara menyeluruh.

Berbagai pengujian digunakan sebagai bukti untuk menarik kesimpulan dan juga memberikan rekomendasi pada manajemen terkait berbagai hal yang berkaitan dengan efektivitas, efisiensi, dan juga ekonomisnya suatu sistem.

Tahapan Audit Sistem Informasi
Audit sistem informasi dilakukan dengan beberapa tahapan di antaranya,
1. Perencanaan Audit (Planning The Audit)
Fase pertama dari kegiatan audit sistem informasi adalah perencanaan.

Untuk auditor eksternal, hal tersebut dilakukan dengan melakukan investigasi pada klien agar bisa mengetahui apakah pekerjaan auditnya bisa diterima, menempatkan anggota audit, menghasilkan perjanjian audit yang sudah ditentukan, menghasilkan informasi latar belakang klien, memahami masalah hukum klien, dan juga menganalisa prosedur yang ada agar bisa memahami bisnis klien dan mengidentifikasi risiko audit di dalamnya.

2. Pengujian Pengendalian (Test Of Controls)
Dalam tahapan ini, pihak auditor akan melakukan tes kontrol saat mereka mengatakan bahwa kontrol resiko ternyata berada pada level yang maksimal, sehingga mereka akan mengandalkan kontrol sebagai acuan untuk pengurangan biaya testing yang ada.

Dalam fase ini juga pihak auditor tidak akan mengetahui apakah identifikasi kontrol sudah berjalan secara efektif, untuk itu dibutuhkan evaluasi yang lebih detail.

3. Pengujian Transaksi (Test Of Transaction)
Pihak auditor akan memanfaatkan test atas transaksi yang ada untuk mengevaluasi apakah ada kesalahan ataupun proses yang tidak biasa terjadi pada kegiatan transaksi hingga bisa mengakibatkan kesalahan pencatatan material di dalam laporan keuangan.

Tes transaksi di dalamnya mencakup menelusuri jurnal dari sumber dokumen yang ada, memeriksa berkas, dan juga memeriksa keakuratan data.

4. Pengujian Keseimbangan atau Keseluruhan Hasil
Agar bisa mengetahui pendekatan apa yang digunakan dalam fase ini, maka yang harus diperhatikan adalah mengamati harga dan kesatuan data perusahaan.

Beberapa jenis tes substantif yang akan digunakan adalah menghitung persediaan fisik, melakukan konfirmasi utang, dan juga melakukan perhitungan ulang pada aktiva tetap perusahaan.

5. Penyelesaian / Pengakhiran Audit
Dalam fase audit akhir, pihak audit eksternal akan melakukan beberapa tes tambahan atas bukti yang ada agar nantinya bisa dijadikan sebagai bahan laporan. Ruang lingkup audit sistem informasi ini umumnya lebih fokus pada seluruh sumber daya informasi yang tersedia, seperti aplikasi, infrastruktur, personil, dan juga informasi.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Audit Sistem Informasi: Pengertian, Tujuan, Faktor Pendorong, Pendekatan, Jenis, dan Tahapannya"