Hutan Primer: Pengertian, Fungsi, Ciri, dan Pengelompokannya

Table of Contents
Pengertian Hutan Primer
Hutan Primer

Pengertian Hutan Primer

Hutan primer dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hutan yang stabil yang belum dieksploitasi oleh manusia. Secara umum, hutan primer (primary forest) merupakan hutan yang terbentuk secara alami dan belum disentuh atau diganggu oleh manusia.

Hutan primer bersifat murni atau belum ada campur tangan dari manusia sama sekali. Hutan primer disebut juga hutan perawan (virgin forest). Hutan semacam ini juga dikenal dengan nama-nama lain dalam bahasa Inggris seperti old-growth forest, ancient forest, virgin forest, primeval forest, frontier forest, atau di Britania Raya, ancient woodland.

Hutan Primer Menurut Para Ahli
1. Hidayat, et al. (2018), hutan primer adalah kawasan atau wilayah hutan yang kondisinya masih utuh dan belum pernah dieksplorasi atau diganggu oleh manusia.
2. Sehun Endang (2018), hutan primer merupakan kawasan hutan yang sama sekali belum menerima gangguan oleh manusia seperti berburu, berkumpul, ataupun penebangan pohon secara individu dalam artian untuk mengambil buah yang tidak berdampak pada kerusakan hutan. Sehingga hal tersebut akan membuat hutan atau pohon kembali tumbuh dengan baik sesuai struktur, fungsi dan bentuknya.
3. KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), hutan primer adalah seluruh kenampakan hutan yang tidak menunjukkan bekas eksplorasi/penebangan/perusakan.
4. Turubanova et al. (2018), hutan primer merupakan penutup pada hutan tropis lembap yang belum terbuka secara penuh dan akan tumbuh kembali.
5. Winarto (2012), hutan primer adalah wilayah hutan yang banyak ditempati atau ditumbuhi oleh spesies sekitar, sebagian wilayah tidak tersentuh oleh aktivitas manusia dan proses pertumbuhan kawasan lingkungan hutan tidak mengalami gangguan yang signifikan.
6. Susetyo (2021), hutan primer adalah kawasan hutan yang sudah mencapai umur lanjut dengan ciri struktur yang tepat dengan kematangan sekaligus memiliki sifat ekologis yang menarik. Hutan primer juga biasa dikenal sebagai hutan perawan (virgin forest)

Fungsi Hutan Primer

hutan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, fungsi hutan primer bagi kehidupan manusia di antaranya,
1. Mencegah terjadinya tanah longsor dan erosi. Adanya hutan di bumi ini membantu penyerapan air hujan agar tidak langsung diserap oleh permukaan tanah. Melainkan diserap oleh permukaan daun sehingga dapat masuk ke dalam tanah. Selain itu, banyaknya pepohonan yang ada di hutan membantu mengikat butiran-butiran tanah. Akar-akar pohon memiliki fungsi dan kemampuan sebagai pengikat butiran tanah.
2. Pepohonan yang ada di hutan memiliki fungsi sebagai penyimpan, pengatur dan penjaga persediaan air, sehingga ada keseimbangan kebutuhan air ketika terjadinya musim hujan dan musim kemarau.
3. Hutan merupakan sumber plasma nuftah keanekaragaman ekosistem hutan, artinya dapat membantu perkembangbiakan keanekaragaman hayati genetika.
4. Pepohonan di hutan membantu menyuburkan tanah. Daun-daun dari pepohonan yang gugur atau berjatuhan ke tanah akan terurai menjadi humus. Humus merupakan unsur hara yang dapat menyuburkan tanah.
5. Hutan dapat membantu mengurangi polusi akibat pencemaran udara. Pepohonan yang ada di hutan mampu menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup.
6. Hutan dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi. Jenis tumbuhan yang tumbuh di dalam hutan dapat dimanfaatkan melalui pembukaan wilayah hutan untuk memperoleh bahan baku kayu maupun non kayu, seperti karet, rotan, getah perca dan bahan baku bangunan lainnya.

Ciri Hutan Primer

Hutan primer memiliki sifat dan ciri yang berbeda dengan hutan jenis lain di antaranya,
1. Hutan primer memiliki jenis pepohonan yang sangat banyak jumlahnya, dapat mencapai 40 hingga 80 jenis pohon per ha. Hal tersebut membuat jumlah batang per jenis pohon menjadi sangat sedikit jumlahnya. Pada hutan kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, jumlah jenis pohon hutan alam primer diperkirakan mencapai 12.000 hingga 15.000 spesies. Spesies pohon tersebut merupakan jenis pohon yang memiliki diameter berukuran 10 cm ke atas.
2. Terdapat perbedaan karakteristik di setiap hutan primer. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan tapak. Perbedaan tapak tersebut menjadikan struktur dan tipe hutan yang beranekaragam, sehingga tidak ada cara pengelolaan yang berlaku secara umum.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hal-hal terkait pengelolaan hutan primer. Contohnya adalah hutan primer di Indonesia yang memiliki tapak yang berbeda-beda. Akibatnya, hutan primer di Indonesia bagian barat memiliki karakteristik yang berbeda dengan hutan primer di Indonesia bagian timur. Perbedaan karakteristik mendorong para ahli melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara yang lebih spesifik  untuk mengelola hutan primer.
4. Beberapa jenis pohon hidup bercampur secara individual, meskipun ada beberapa jenis pohon yang hidup secara berkelompok berdasarkan spesiesnya.
5. Terdapat tapak yang bervariasi, baik secara struktural maupun komposisi jenis. Kondisi tapak yang bervariasi memungkinkan perbedaan struktural dan komposisi jenis, meskipun lokasinya tidak berjauhan.
6. Pada umumnya, hutan primer memiliki frekuensi yang rendah. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi penyebaran secara vertikal dan horizontal yang tinggi.
7. Struktur penyebaran diameter pohon berbentuk huruf J terbalik, atau biasa disebut dengan kurva grafik plenter. Artinya, jenis pohon yang memiliki diameter yang berukuran kecil lebih dominan daripada diameter yang berukuran besar.
8. Hanya sedikit batang yang mulus. Oleh karenanya, sering dijumpai pepohonan besar memiliki batang yang bolong atau berlubang.
9. Pada hutan primer, tiap pertumbuhan bernilai kecil dalam skala yang luas besarnya justru nol.
10. Hutan primer memiliki jenis pohon niagawi sedikit, antara 0% hingga 20%, dengan volume terjual antara 0 sampai 20 m3/ha. Kondisi tersebut tidak berlaku pada hutan dipterocarpaceae yang memiliki kandungan kayu seragam yang tinggi.
11. Pada hutan primer sering terjadi pemulihan kembali atau permudaan, namun permudaan tersebut hanya terjadi dalam jumlah yang minim. Hal ini karena hanya sedikit tumbuhan muda yang dapat memanfaatkan intensitas cahaya matahari dari celah hutan yang terbentuk dari tumbangnya pepohonan yang sudah tua.

Pengelompokan Hutan Primer

Berdasarkan pengertian di atas, hutan primer dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok di antaranya,
1. Menurut Karakteristik Hutan
Pengertian hutan primer menurut karakteristik hutannya dilihat berdasarkan kondisi hutan. Karakteristik tersebut dijadikan sebagai identitas hutan primer. Adapun karakteristik hutan primer yang dimaksud di antaranya,
a. Terdapat banyak pohon-pohon yang sudah tua.
b. Tunggul atau batang-batang yang telah mati masih berdiri tegak dan kokoh.
c. Adanya dominasi lapisan-lapisan tajuk atau kanopi hutan oleh pepohonan sembulan.
d. Akumulasi kayu-kayu yang telah mati dengan ukuran besar, salah satunya adalah batang-batang rebah.

Berdasarkan karakteristik hutan primer tersebut, maka pengertian hutan primer menurut karakteristik hutan adalah kawasan hutan alam yang belum dieksploitasi oleh manusia.

Dalam kawasan tersebut banyak terdapat pepohonan tua, batang-batang mati yang masih berdiri tegak, kanopi hutan yang didominasi oleh pepohonan sembulan (emergent), serta akumulasi kayu-kayu mati yang memiliki ukuran besar.

2. Menurut Dinamika Tegakan
Berdasarkan dinamika tegakan, hutan primer merupakan kawasan hutan alami yang tumbuh berkembang sebagai tahap akhir, mengikuti tahap pertumbuhan kembali lapis bawah yang tumbuh berdasarkan dinamika tegakan.

Tahapan pertumbuhan yang dimaksud adalah:
a. Tahap Tegakan Rusak atau Hancur
Tahap tegakan rusak dan hancur adalah tahap terjadinya gangguan yang merusak dan menghancurkan hampir keseluruhan pepohonan yang ada dalam tegakan hutan. Pada tahap ini, hutan primer menjadi rusak atau hancur, bahkan hampir musnah.

b. Tahap Tegakan Tumbuh Kembali
Tahap tegakan tumbuh kembali merupakan tahap terjadinya proses tumbuhnya pepohonan baru, sehingga terbentuklah tegakan hutan yang baru. Pada hutan primer, tahap tegakan tumbuh kembali terjadi setelah tahap tegakan rusak atau hancur. Tahap tegakan tumbuh kembali biasanya terjadi secara alami.

c. Tahap Seleksi Batang
Tahap seleksi batang merupakan tahap terjadinya pertumbuhan pohon-pohon yang ditandai dengan semakin besarnya pohon dan pertumbuhan pohon yang rapat. Pada tahap seleksi batang, pertumbuhan pohon semakin rapat mengakibatkan pohon-pohon bersaing untuk memperebutkan cahaya matahari.

Pada tahap ini, pohon-pohon yang tumbuh lambat akan mati, sedangkan pohon-pohon yang bertahan lama akan tumbuh semakin besar dan menggeser tempat pohon-pohon yang mati.

d. Tahap Pertumbuhan Kembali Lapis Bawah
Tahap pertumbuhan kembali lapis bawah merupakan terjadinya proses pertumbuhan kembali setelah hutan mengalami kerusakan. Pada tahap ini, pepohonan akan tumbuh kembali setelah mati akibat kerusakan, baik kerusakan yang disebabkan oleh angin, penyakit tumbuhan serta kerusakan lainnya.

e. Tahap Hutan Primer
Tahap hutan primer merupakan tahap terjadinya proses pembentukan hutan primer. Tahap ini ditandai oleh hal-hal berikut di antaranya,
a) Pepohonan yang berfungsi sebagai tajuk utama hutan tumbuh semakin tua.
b) Banyak pohon-pohon tajuk utama yang mati. Matinya pepohonan tersebut memungkinkan munculnya banyak celah hutan.
c) Adanya Celah hutan akan mendorong pertumbuhan pohon-pohon lapis bawah semakin cepat. Kecepatan pertumbuhan pepohonan lapis bawah bergantung pada intensitas cahaya matahari yang diperoleh hingga dasar hutan.
d) Celah hutan ditumbuhi oleh pohon-pohon dengan tajuk yang menjulang tinggi dan lebat.

Oleh karena itu, hutan primer memiliki keseimbangan yang dinamis. Hal tersebut ditandai dengan terbentuknya celah hutan yang terkadang rusak dan dapat pulih kembali, bahkan tumbuh kembali dan membentuk mosaik pepohonan yang tumbuh dari berbagai jenis pohon dan umur.

Pada hutan primer menurut dinamika tegakan, terjadi 3 hal yang selalu berulang kembali di antaranya,
a. Kawasan hutan akan mengalami kerusakan, sehingga pepohonan akan musnah dan mati. Kerusakan hutan ini merupakan tahap awal tegakan.
b. Hutan akan membentuk lingkungan baru. Lingkungan baru yang terbentuk berbeda dengan kondisi pepohonan sudah ada. Pada proses ini, akan terjadi kepunahan pohon-pohon yang sudah tua. Kemudian dilanjutkan dengan pohon-pohon yang lebih kecil. Pohon-pohon yang lebih kecil tersebut merupakan cikal bakal terbentuknya hutan tiang.
c. Terjadi kondisi alam berupa pohon-pohon lapis bawah yang berasal dari jenis pepohonan yang berbeda dari jenis sebelumnya. Pada tahap inilah akan terjadi tahap seleksi batang. Namun, tahap seleksi batang yang dimaksud berkaitan dengan spesies-spesies baru yang berbeda dengan spesies sebelumnya.

Tahapan dalam hutan primer dapat bertahan cukup lama, selama ratusan tahun atau bahkan hingga ribuan tahun. Sebab, tahapan ini bergantung dari komposisi jenis pepohonan dan iklim yang menyusun hutan primer dis suatu kawasan.

Contohnya adalah kebakaran hutan yang terjadi secara alami, tidak akan memungkinkan pertumbuhan hutan kutub atau hutan boreal bertahan lama, seperti pertumbuhan hutan-hutan di jajaran Pantai Pasifik, Amerika Utara.

3. Menurut Umur Tegakan
Pengertian hutan primer menurut umur tegakan memiliki arti berbeda-beda di setiap wilayah. Hal tersebut tergantung pada masing-masing wilayah geografisnya.

Tiap wilayah memiliki perkiraan waktu rata-rata yang diperlukan hutan untuk melakukan pemulihan kembali dari kerusakan, hingga mencapai tahap hutan primer.

Perkiraan waktu rata-rata pemulihan hutan primer pada suatu wilayah dapat dijadikan sebagai metode praktis dan berguna. Sehingga penetapan tahapan suatu tegakan hutan dapat ditentukan secara objektif dan cepat.

Namun metode tersebut dinilai mengabaikan banyak proses yang terjadi dalam hutan, karena terkadang suatu tegakan hutan dianggap bukan termasuk dalam bagian hutan primer, meskipun memiliki ciri-ciri yang sama. Sebab, tegakan hutan yang dimaksud memiliki umur yang tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan atau berumur lebih muda.

Selain itu, metode tersebut dianggap kurang akurat, karena terkadang tegakan hutan yang belum mencapai tahapan hutan primer, namun umurnya dinilai cukup masuk dalam kategori hutan primer.

Pada kenyataannya, pembalakan hutan yang mencapai angka 30% memiliki kecenderungan lebih cepat pulih, daripada pembalakan hutan yang mencapai angka 80%.

Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian hutan primer menurut umur tegakan dinilai dapat menimbulkan masalah jika para ahli rimba kurang berhati-hati dalam menerapkan metodenya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment