Hutan Pantai: Pengertian, Ciri, Formasi, dan Manfaatnya

Pengertian Hutan Pantai
Hutan Pantai
Pengertian Hutan Pantai
Hutan pantai (beach forest) adalah tutupan vegetasi yang tumbuh dan berkembang di pantai berpasir di atas garis pasang tertinggi di wilayah tropika. Hutan pantai juga dapat diartikan sebagai wilayah hutan yang tumbuh berkembang di muara sungai, tepi laut atau daerah yang memiliki pasang surut.

Meskipun cukup kaya akan keanekaragaman fauna, hanya sedikit jenis-jenis satwa yang khas dari tipe ekosistem ini. Kebanyakan hewan itu hidup pula di tipe ekosistem yang lain, atau bahkan hanya datang ke hutan pantai untuk satu masa yang singkat saja.

Penyebutan istilah hutan pantai untuk pertama kalinya dicanangkan oleh Whitford (1911). Kawasan hutan ini merupakan hutan yang berada pada daerah kering pesisir. Kawasan pantai merupakan wilayah perbatasan antara lautan dengan daratan.

Akibat pergerakan gelombang dan hembusan angin, menyebabkan pasir pantai membentuk gundukan. Selanjutnya gundukan tersebut biasanya menjadi lokasi hutan pantai. Kawasan hutan ini memiliki ciri-ciri berpasir, berbatu dan tumbuh pada lahan kering.

Jumlah sebaran hutan ini dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali hingga Sumatera kurang lebih mencapai satu juta hektar pada tahun 1990. Sayangnya, pada 1996 hanya tersisa separuhnya atau setara dengan 0,55 juta hektar.

Ciri Hutan Pantai
Hutan pantai memiliki vegetasi pantai yang berada pada tanah berpasir dan berbatu di bagian atas garis pasang. Keberadaannya tersebar di sepanjang pantai dengan luas sekitar 3,3 juta hektar tanpa tergenang oleh pasang surutnya air laut.

Beberapa ciri hutan pantai secara spesifik di antaranya,
1. Tidak dipengaruhi oleh kondisi iklim.
2. Terdapat pada tanah rendah di kawasan pantai.
3. Berkembang pada tanah yang kering (tanah pasir, berbatu karang, dan lempung)
4. Pepohonan di kawasan hutan ditumbuhi oleh epyphi.
5. Biasa ditemui di wilayah selatan pantai Pulau Jawa, barat daya pantai Sumatera, pantai Sulawesi dan pantai Bali.
6. Terdapat beragam tanaman yang berkumpul dan berkelompok pada habitat tertentu.

Formasi Hutan Pantai
Salah satu ciri hutan ini adalah memiliki beraneka ragam tumbuhan yang hidup bergerombol sesuai dengan habitatnya. Gerombolan vegetasi terbentuk karena habitat yang sama tersebut dinamakan dengan formasi hutan pantai.

Formasi hutan yang ada memiliki nama yang berbeda-beda dan pengambilan nama mengacu pada spesies tumbuhan yang paling mendominasi. Nama formasi hutan pantai dapat dikelompokkan menjadi 2 formasi di antaranya,
1. Formasi Pescaprae
Formasi pescaprae adalah formasi hutan pantai yang banyak terdapat tumpukan pasir yang meninggi di sepanjang daerah pantai. Spesies yang ada di formasi pescaprae didominasi oleh salah satu spesies tumbuhan menjalar dengan herba rendah dengan akarnya yang dapat mengikat pasir atau biasa disebut dengan ipornea pescaprae.

Selain spesies ipornea pescaprae, pada formasi ini ditumbuhi juga tumbuhan jenis lainnya, seperti canavalia abtusiofolia, cyperus stoloniferus, cyperus penduculatus, spinifex littoralis, fimbristylis sericea, triumfetta repens, uigna marina, thuarea linvoluta, vitex trifolia, euphorbia atoto, launaca sarmontasa, ishaemum muticum, ipomoea denticulata, ipomoea littoralis dan ipomea carnosa.

2. Formasi Barningtonia
Sesuai dengan namanya, formasi barningtonia adalah formasi hutan di daerah pantai yang banyak ditumbuhi oleh spesies pohon barringtonia sp.

Selain spesies pohon barringtonia sp sebagai spesies penyusun ekosistem hutan jenis ini, ada juga spesies lainnya, yaitu calophyllum inophyllum, caesalpinia bonducella, barringtonia asiatica, terminalia catappa, hernandia peltata, casuarina equisetifolia, hibiscus tiliaceus, cocos nucifera, cycas rumphii, morinda citrifolia, sterculia foetida, tournefortia argentea, premna Corymbosa, pongamia pinnata, premna pemphis acidula, manilkara kauki, pandanus tectorius, erythrina variegata dan spesies lainnya yang dapat tumbuh di formasi ini.

Selain spesies tersebut, ada keunikan tersendiri di wilayah hutan pantai di Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Keunikan tersebut, yakni hutan di wilayah pantai Pulau Marsegu ditumbuhi spesies barringtonia asiatica kurz dalam jumlah yang sedikit walaupun namanya formasi barringtonia.

Uniknya lagi, hutan pantai di Pulau Marsegu didominasi oleh tumbuhan, antara lain cordia subcordata L, terminalia cattapa L, excoecaria agallocha L, calophyllum inophyllum L, cocos nucifera L, premna corymbosa R.et W, heritiera littoralis aiton, pongamia pinnata merr, xylocarpus moluccensis roem, heritiera littoralis aiton dan pemphis acidula forst.

Ragam Fauna
Seperti halnya hutan lainnya, hutan pesisir juga dihuni oleh beberapa jenis fauna. Namun di hutan ini tidak memiliki fauna yang khas. Hal tersebut sangat berbeda dengan fauna yang hidup di hutan dataran rendah, di mana hutan dataran rendah memiliki fauna yang khas atau spesifik.

Pada umumnya, fauna yang hidup di hutan ini hanya sekadar mendarat atau singgah untuk bertelur. Namun, ada juga fauna yang menyukai hidup di ekosistem pantai yang berpasir. Beberapa jenis fauna dapat ditemukan di hutan pesisir di antaranya,
1. Beberapa jenis fauna mamalia, seperti monyet kera (macaca fascicularis), jelatang hitam (ratuta bicolor), lutung budeng (trachypithecus auratus), musang luwak (paradoxurus hermaphroditus), garangan jawa (herpestes javanicus), musang rase (viverricula indica) serta kucing kuwuk (prionailurus bengalensis).
2. Beberapa jenis mamalia besar, antara lain kerbau liar (bubalus bubalis), banteng (bos javanicus), babi celeng (sus scrota), rusa jawa (rusa timorensis) serta kijang muncak (murtiacus muncak). Jenis mamalia besar tersebut biasanya datang ke hutan pantai untuk mencari air garam di pantai atau ada juga yang mencari air tawar di hutan pantai.
3. Beberapa jenis fauna yang datang ke hutan pantai untuk menggunakan pasir pantai sebagai tempat bertelur adalah burung maleo (macrocephalon maleo). Burung maleo tersebut datang ke wilayah hutan pesisir untuk memanfaatkan gundukan pasir pantai sebagai tempat bertelur.
4. Berbagai jenis penyu, seperti penyu sisik (eretmochelys imbricata), penyu hijau (chelonia mydas), penyu sisik semu (lepidochelys olivacea), penyu belimbing (dermochelys coriacea) serta penyu tempayan (caretta caretta). Penyu-penyu tersebut membangun ekosistem di hutan pantai untuk membuat sarang penetasan telur penyu.
5. Fauna yang dapat dikatakan sebagai khas hutan pantai adalah kadal pantai (emoia atrocostata) dan kepiting pasir (ocypode ceratophthalma). Selain itu ada jenis yuyu ocypode, hewan ini biasanya membangun rumahnya di pasir pantai.

Di atas adalah ragam fauna yang memanfaatkan daerah pantai sebagai tempat hidupnya. Selain sebagai tempat hidup fauna dan beberapa jenis tumbuhan, hutan wilayah pantai juga memiliki fungsi lainnya. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut.

Manfaat Hutan Pantai
Hutan pantai memiliki manfaat bagi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung di antaranya,
1. Manfaat Fisik
Hutan pantai memiliki banyak fungsi dalam membantu keseimbangan alam. Secara fisik, fungsi hutan pada wilayah pantai di antaranya,
a. Sebagai peredam hantaman gelombang tsunami
Vegetasi hutan seperti mangrove dapat meredam amukan tsunami dengan cara memecah datangnya gelombang air laut, sehingga kecepatan arus laut menjadi lambat, memperkecil volume air laut yang datang ke daerah daratan atau dapat juga hutan pantai berfungsi sebagai kanal, menghambat material air laut yang terbawa arus gelombang tsunami.

b. Hutan pantai sebagai pereduksi terjadinya abrasi pantai
Vegetasi hutan wilayah pesisir dapat dijadikan stabilisator tanah pantai. Fungsi ini sangat penting, karena jika terjadi abrasi pantai maka kemungkinan besar dapat menyulut terjadinya penyusutan laut menuju daratan. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi di daerah pesisir pantai.

c. Sebagai pelindung ekosistem wilayah daratan dari terpaan angin bahkan badai
Hutan di daerah pantai dapat melindungi bangunan yang ada di wilayah daratan serta melindungi budidaya tanaman yang tumbuh di wilayah daratan dari amukan angin dan badai.

d. Sebagai pengendali terjadinya erosi pasir pantai
e. Hutan pantai dapat dijadikan wilayah pengontrol siklus air serta proses terjadinya intrusi air laut.
Fungsi ini berkaitan dengan adanya mekanisme yang dimiliki oleh hutan pesisir, yaitu mekanisme untuk mempertahankan muka air tanah atau air tawar serta mekanisme untuk mencegah datangnya air pasang masuk ke sungai.

2. Manfaat Ekologi
Fungsi hutan di daerah pantai secara ekologi di antaranya,
a. Hutan pantai dapat dijadikan sebagai habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan.
b. Hutan pesisir dapat dijadikan tempat bertelur bagi beraneka ragam penyu. Hal tersebut karena hutan ini memiliki tekstur pasir yang mendukung penyu untuk bertelur.
c. Sebagai tempat pengendali pemanasan global serta perubahan iklim yang terjadi di dunia. Fungsi ini berkaitan erat di mana hutan pantai dapat membantu proses penyerapan karbon dan menjaga iklim mikro.
d. Sebagai estetika di wilayah perkotaan di mana penanaman tumbuhan pantai di daerah perkotaan dapat memperindah daerah perkotaan serta mampu mencegah terjadinya pencemaran udara.

3. Manfaat Sosial Budaya
Selain fungsi fisik dan ekologi, hutan pantai juga memiliki fungsi sosial budaya yang juga tak kalah pentingnya bagi kehidupan manusia di antaranya,
a. Sebagai tempat wisata bahari atau wisata kelautan yang layak untuk dikunjungi wisatawan.
b. Dapat dijadikan sebagai tempat berkemah bagi wisatawan yang ingin lebih dekat dengan daerah pantai.
c. Sebagai tempat untuk olahraga, seperti olahraga voli pantai, susur pantai, panjat tebing yang ada di daerah pantai bahkan olahraga sepeda menelusuri pantai.
d. Hutan pantai sebagai pendukung bahan baku industri kosmetik. Tumbuhan di daerah hutan ini dapat menghasilkan bahan baku kosmetik, seperti ketapang (terminalia cattapa), keben (baringtonia asiatic) dan jenis tumbuhan lainnya yang dapat dijadikan bahan baku kosmetik.
e. Vegetasi hutan wilayah pantai dapat dijadikan sumber energi alternatif biodisel, seperti: kranji (pongamia pinnata memil) dan nyamplung (callophyllum inophyllum).
f. Vegetasi hutan pantai dapat dijadikan bahan baku obat-obatan, seperti calophyllum cannum dan calophyllum dioscorii sebagai obat untuk anti kanker dan calophyllum lanigerum dapat dijadikan obat untuk anti virus HIV serta beberapa jenis vegetasi lainnya.
g. Sebagai penghasil bioenergi yang berasal dari tumbuhan, seperti kayu bakar, arang, kertas, pulp serta bahan bangunan.
h. Dapat digunakan untuk budidaya lahan pertanian, seperti budidaya pertanian di lahan pertanian berpasir terletak di desa Bugel Kecamatan Panjatan, Kulon Progo. Di desa Bugel tersebut memanfaatkan lahan pasir untuk budidaya cabai, kentang, ubi, labu, bawang dan beberapa jenis sayur mayur.
i. Hutan sekitar pantai dapat dijadikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.
j. Wilayah di sekitar hutan pantai dapat dijadikan sumber daya mineral yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Hutan Pantai: Pengertian, Ciri, Formasi, dan Manfaatnya"