Psikologi Sastra: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Tujuan, Manfaat, Pendekatan, dan Penerapannya

Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi Sastra
Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi sastra merupakan cabang ilmu kajian sastra yang melihat karya sastra sebagai aktivitas dan pantulan kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam  berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing.

Karya sastra sendiri dalam hal ini memiliki arti karya cipta yang berisi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar atau permasalahan yang dialami oleh pengarangnya. Gejala jiwa yang ditemukan oleh pengarang di kehidupan sehari-hari dituangkan dalam teks.

Psikologi sastra merupakan ilmu lintas disiplin, yang memiliki konsep bahwa sastra adalah hasil karya cipta dari pengarang yang bisa diabadikan. Sastra tercipta karena ide kreatif dan suasana hati seorang pengarang, yang mencakup ungkapan perasaan pengarang tersebut.

Ketika meneliti mengenai kajian psikologi sastra objek kajiannya memiliki empat konsep penelaahan di antaranya,
1. Pertama, fokus penelitian terhadap psikologi pengarang sebagai tipe.
2. Kedua, meneliti bagaimana proses kreatif pengarang terhadap kejiwaannya.
3. Ketiga, mengaitkan teori-teori psikologi terhadap karya sastra.
4. Keempat meneliti mengenai dampak psikologi teks sastra terhadap pembaca.

Psikologi Sastra Menurut Para Ahli
1. Ratna (2004), psikologi sastra merupakan analisis dari teks yang lebih mempertimbangkan dari relevansi serta peranan studi psikologisnya. Dapat dikatakan bila psikologi memiliki peran yang cukup penting untuk menganalisis karya sastra dari sudut kejiwaannya, entah dari pengarang, pembaca, maupun tokoh.
2. Wellek dan Austin (1989), psikologi sastra memiliki 4 pengertian di dalamnya di antaranya,
a. Ilmu psikologi pengarang yang dijadikan sebagai pribadi atau tipe.
b. Studi proses kekreatifan.
c. Studi tipe serta hukum-hukum dalam psikologi yang diterapkan dalam sebuah karya sastra.
d. Dampak dari sastra kepada para pembaca.

Pendapat dari Wellek dan Austin ini memang memberikan pemahaman yang luas terkait ilmu psikologi sastra. Tak hanya berperan di dalam satu unsur saja, namun juga sudah menjadi satu dengan karya seni.

Sejarah Perkembangan Psikologi Sastra
Sejarah perkembangan Psikologi sastra dilatar belakangi oleh meluasnya ajaran-ajaran dari Freud yang diterbitkan dalam buku The Interpretation of Dreaming dan Three Contributions to a Theory of Sex.

Selain itu, pendekatan psikologi sastra lainnya juga muncul oleh I.A Richards yang merilis buku Principles of Literary. Dalam buku tersebut menjelaskan hubungan kritik sastra dengan uraian-uraian pada psikologi sistematik.

Menurut Richard, bahasa kritik sastra tersebut akan sangat mendukung pandangannya apabila karya sastra adalah objek yang estetik dan tidak memiliki pengaruh, karena sastra sendiri adalah sebuah pengalaman pribadi dari pembaca.

Pendekatan psikologi sastra lainnya juga muncul dari Wordworth yang merupakan penyair romantik. Beliau menjelaskan bahwa psikologi dapat digunakan dalam menguraikan puisi.

Freud yang juga merupakan psikoanalisis juga memberikan pengaruhnya pada karya sastra dan  menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara karya sastra dengan penyairnya. Kreativitas dari pengarang merupakan bentuk dari sebuah pelarian.

Tujuan dan Manfaat Psikologi Sastra
Psikologi sastra memiliki tujuan untuk memahami aspek kejiwaan dalam suatu karya sastra. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan yang ada kaitannya dengan psikologi.

Manfaat dari psikologi sastra cukup beragam di antaranya,
1. Bermanfaat dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra karena psikologi dapat memberikan pemahaman terhadap proses kreatif, seperti kebiasaan pengarang dalam menulis lalu melakukan revisi dan menulis karyanya kembali.
2. Dalam sebuah karya, bermanfaat dalam melihat ketidakteraturan, perubahan dan distorsi dalam karya sastra.
3. Memberikan analisa psikologis terhadap tokoh-tokoh dalam karya sastra.
4. Bermanfaat memberikan kesimpulan terhadap kondisi jiwa dari pengarang.

Pendekatan Dalam Psikologi Sastra
1. Sastra sebagai cermin dari kepribadian
Sastra juga seringkali digunakan sebagai cermin dari kepribadian seseorang. Teori ini sudah lama dikembangkan di dalam bidang psikologi. Namun cerminan yang dimaksudkan disini bukan hanya dari pengarangnya saja, karena tak semua pengarang dapat masuk ke dalam karya sastra yang dibuatnya sendiri.

Kepribadian akan sangat berkaitan dengan tingkah laku dari seseorang. Sebagai penghasil dari kepribadian, manusia harus selalu bercermin dengan tingkah lakunya sendiri.

Kebebasan dalam bidang sastra merupakan bentuk dari tingkah laku manusianya sendiri. Moral serta tingkah laku tersebut bisa saja mewakili suatu kelompok masyarakat jika memang sudah menjadi kebiasaan.

2. Sastra dan Teori Sigmund Freud
Teori yang paling banyak digunakan saat pendekatan analisis karya sastra adalah Teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud, psikoanalisis merupakan sebuah metode yang digunakan dalam perawatan medis bagi orang-orang yang mengidap gangguan syaraf.

Psikoanalisis sendiri dapat dijadikan terapi untuk mengobat orang-orang dengan gangguan tersebut. Psikoanalisis lebih cenderung ke dalam psikologi ketidaksadaran, dan lebih memfokuskan diri pada bidang motivasi, konflik, mimpi, serta sifat karakter.  

3. Metode telaah perwatakan
Karya sastra akan sangat berkaitan dengan tokoh fiksional dari karya-karya yang diciptakan oleh pengarangnya.

Agar membuat cerita lebih menarik, tentu saja dibutuhkan karakter-karakter yang tak lazim dan aneh sehingga menjadi ketertarikan sendiri bagi pembacanya. Karakter dan perilaku ini yang nantinya akan terkait dengan masalah kejiwaan dari seseorang dan menjadi masalah dalam hal psikologis.

Selama ini banyak yang memperdebatkan jika telaah sastra menjadi sebuah telaah psikologi. Padahal, hal ini sangatlah berbeda. Sehingga agar telaah sastra psikologis tetap dalam hakikatnya maka disampaikanlah dalam bentuk metode perwatakan.

Metode-metode tersebut biasanya dalam bentuk seperti berikut di antaranya,
a. Metode telling (langsung)
Metode ini lebih mengandalkan mengenai pemaparan dari watak tokoh yang langsung dari komentar pengarangnya.

Melalui metode ini, keikutsertaan dari pengarangnya dalam penyajian perwatakan tokoh. Sehingga para pembaca lebih memahami karakter dari tokoh tersebut. Metode langsung ini meliputi nama tokoh, karakterisasi penampilan tokoh, serta karakterisasi dari penjelasan pengarang.

b. Metode showing (tak langsung)
Lebih memperlihatkan mengenai cara pengarang untuk menempatkan diri di luar dari kisah dengan memberikan kesempatan bagi para tokoh untuk menampilkan watak dan karakter dari dialog-dialog yang ada. Metode Showing ini meliputi dari dialog, tingkah laku, serta karakterisasi dari dialog yang ada.

c. Teknik Sudut Pandang
Salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai sarana dari cerita yang ada. Pemilihan sudut pandang tentu saja tak akan mempengaruhi dari penyajian cerita, namun akan lebih mempengaruhi alur dari cerita. Sudut pandang merupakan teknik yang dipilih penulis dalam menyampaikan gagasan-gagasan cerita melalui kacamata karakter di dalamnya.

d. Gaya Bahasa (Smile, Metafor, Simbol dan Personafikasi)
Smile merupakan perkataan perbandingan yang digunakan untuk objek dan subjek yang berkaitan seperti umpama, laksana, dan lainnya. Majas Metafora merupakan majas perbandingan yang digunakan untuk membandingkan langsung dan tepat mengenai dasar sifat yang sama ataupun hampir sama.

Simbol yang ada di dalam sastra dapat berupa ungkapan yang tertulis, latar, benda, peristiwa, serta perwatakan yang digunakan untuk memperkuat makna secara keseluruhan. Majas personifikasi merupakan majas yang digunakan untuk membandingkan dari benda mati yang seolah-olah berubah menjadi benda hidup.

Penerapan Psikologi Sastra
Psikologi sastra dengan menggunakan psikoanalisis terhadap seni dan sastra diawali oleh Freud sendiri. Beberapa karya Freud yang bersangkutan dengan karya seni di antaranya,
1. L’interpretation des Reves
Memiliki arti Interpretasi Mimpi, merupakan buku terbitan tahun 1899. Buku ini adalah buku klasik yang menguraikan tentang tafsir mimpi. Buku ini juga merupakan dasar teoritis tentang hubungan antara psikoanalisis dan sastra.

2. Delire et Reves dana “La Grandiva” de Jensen.
Dalam buku ini Freud melakukan analisa terhadap sebuah cerpen karya Jensen dengan judul La Grandiva. Dalam analisanya tersebut, Freud menyimpulkan bahwa kepribadian dari tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian dalam cerpen tersebut sesuai dengan teori-teorinya tentang kepribadian manusia.

3. La Creation Litteraire et le reve Evelie
Memiliki arti sebagai Penciptaan Sastra dan Mimpi dengan Mata Terbuka. Merupakan esai karya Freud yang diterbitkan pada tahun 1908.

Dalam esai ini, Freud mengungkapkan penemuannya tentang kemiripan pada proses penulisan sebuah karya sastra dengan kesenangan yang diperoleh anak-anak pada saat bermain. Di sini, Freud menyamakan penulis dengan anak-anak yang sedang bermain dan menciptakan dunia imajiner yang diperlakukannya dengan sangat serius.

4. Un Souvenir d’enfance de Leonardo de Vinci
Karya ini memiliki arti tentang Kenangan Masa Kanak-kanak Leonardo da Vinci, terbitan 1910.

Dalam buku ini Freud melalukan analisa terhadap Leonardo da Vinci berdasarkan biografi dan karya-karya seninya, termasuk lukisan Mona Lisa yang terkenal akan senyumannya yang misterius tersebut. Dalam buku ini, Freud juga mengenalkan konsep sublimasi yang kemudian menjadi konsep penting dalam teori kebudayaan.

5. Das Unheimliche
Merupakan buku karya Freud yang terbit tahun 1910 dan memiliki arti Keanehan yang Mencemaskan.

Dalam buku ini Freud mengungkapkan tentang kesan yang dirasakan oleh pembaca pada saat menikmati karya sastra yang bersifat horor atau tragedi. Walaupun karya sastra itu menimbulkan perasaan takut, ngeri dan cemas tetapi beberapa pembaca tetap menyukai hasil karya dengan bentuk tersebut.

Walaupun demikian, penerapan psikoanalisis dalam sastra lebih banyak dilakukan oleh para ahli sastra sendiri seperti Charles Mauron dan Max Milner. Pada tahun 1963, Charles Mauron, seorang kritikus sastra yang berasal dari Perancis mengembangkan cara yang terstruktur dalam  melakukan kritik karya sastra yang lalu dikenal sebagai psikokritik.

Sementara itu, Max Milner yang merupakan penulis berkebangsaan Jerman menulis sebuah buku berjudul Freud et L’interpretation de la literature atau Freud dan Interpretasi Sastra. Buku ini menjelaskan teori-teori psikologi Freud terkait dengan karya sastra.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Sastra: Pengertian, Sejarah Perkembangan, Tujuan, Manfaat, Pendekatan, dan Penerapannya"