Mythomania: Pengertian, Ciri, Penyebab, Jenis, Pengobatan, dan Perbedaannya dengan kebohongan Biasa

Table of Contents
Pengertian Mythomania atau Pathological Lying
Mythomania (Pathological Lying)

Pengertian Mythomania

Mythomania (pathological lying) adalah suatu kondisi di mana penderitanya memiliki kebiasaan berbohong yang tidak dapat dikendalikan. Orang yang memiliki kondisi ini sering berbohong, bahkan untuk hal yang tidak menuntut mereka untuk terpaksa melakukannya. Mereka mungkin lebih nyaman berbohong daripada berkata jujur, meski tidak penting sekalipun.

Selain itu, penderita mythomania juga sering kali tidak memiliki motif atau alasan untuk berbohong. Mereka hanya mengucapkan kebohongan itu begitu saja, tanpa alasan atau tujuan tertentu. Parahnya bagi pengidap mythomania, kebohongan sudah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Tak jarang orang dengan kondisi ini memercayai dusta yang diucapkannya, sehingga tak bisa membedakan lagi mana yang fiktif dan mana yang nyata.

Sejarah Mythomania

Mythomania syndrome pertama kali ditemukan oleh psikiater asal Jerman bernama Anton Delbrueck. Pada tahun 1891, Delbrueck memberikan nama pseudologia fantastica untuk menggambarkan sekelompok pasien yang kerap membual disertai unsur khayalan atau fantasi dalam cerita mereka.

Kemudian, dilansir dari the prisma UK, mythomania pertama kali di gunakan pada tahun 1905 oleh seorang dokter psikiatri bernama Ferdinand Dupre, mythomania merupakan penyakit psikologis yang di mana penderita menjadi suka untuk berbohong yang tujuannya bukan untuk menipu tapi untuk mendapat pujian.

Selain itu penderita mythomania ini mempercayai kebohongan yang ia buat sendiri. Penderita sering tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang berbohong.

Ciri Mythomania

Berikut beberapa ciri orang yang memiliki mythomania di antaranya,
1. Sering menceritakan hal-hal yang terdengar sangat nyata. Terkadang mereka mungkin menceritakan sesuatu berdasarkan kisah nyata orang lain tetapi mengakuinya sebagai peristiwa yang mereka alami sendiri.
2. Cenderung membuat cerita yang bersifat permanen dan stabil.
3. Kebohongan yang dilakukan tidak untuk mendapatkan suatu keuntungan material.
4. Cerita yang dibuat biasanya berkaitan dengan institusi penting kepolisian, angkatan darat, dan sebagainya. Mereka pun memiliki peran penting dalam institusi atau dalam cerita tersebut, misalnya sebagai tokoh penyelamat.
5. Ucapan kebohongan cenderung menampilkan sudut pandang positif, seperti mereka disebut memiliki gelar master daripada mengklaim bahwa mereka putus sekolah.

Mereka yang mengalami kondisi ini kerap kali akan melakukan kebohongan dan merasa mendapatkan kesenangan dari sikapnya tersebut. Meski mereka tampaknya merasa senang, di dalam hati mereka tetap merasa bersalah dan mengetahui bahwa itu hal yang buruk. Namun, mereka tetap akan berpura-pura dan menutupi perilaku mereka.

Penyebab Mythomania

Biasanya, individu yang memiliki penyakit mythomania menurut psikologi adalah mereka memiliki banyak faktor kegagalan dalam hidupnya, khususnya masalah keluarga di mana semua individu tentu mengharapkan keluarga yang harmonis.

Kegagalan dalam hal pertemanan, percintaan, studi, atau bahkan masalah pekerjaan juga bisa memicu individu mencoba mengelak dari berbagai masalah ini, sehingga menjadi pembohong untuk melarikan diri dari apa yang dialaminya selama ini. Dengan membuat individu lain percaya dengan kebohongannya, individu merasa lebih mudah untuk lari dari semua masalah ini.

Selain itu, mythomania menurut psikologi juga berdampak menurunnya rasa percaya diri, di mana hal ini diakibatkan ketidakmampuan menerima kondisi diri sendiri. Karena penderita mythomania menurut psikologi adalah mereka yang berbohong secara kompulsif dan hidup selalu dalam kebohongan, hal itu membuatnya lebih rentan untuk stres.

Penyebab mythomania menurut psikologi adalah rendahnya harga diri, kurangnya kasih sayang dan rasa tidak puas.

Jenis Mythomania

Penderita mythomania dapat dibedakan menjadi dua bagian di antara,
1. Penderita mythomania ringan
Mereka yang dalam kondisi ini hanya menceritakan beberapa cerita karangan yang tidak berdampak besar bagi orang lain dan hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

2. Penderita mythomania berat/akut
Mereka yang dalam kondisi ini dapat dikatakan sudah mengalami permasalahan mental akut, di mana kepribadiannya sudah cenderung memanipulasi segala hal, sangat narsis dan hanya mementingkan penampilan dirinya saja, serta cenderung mudah berinteraksi sosial dengan cara membual.

Penderita mythomania akut sudah sampai pada tahap mempercayai kebohongan yang ia buat sendiri. Penderita mythomania dalam tahapan ini sering tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang berbohong.

Cara Mengobati Mythomania

Penyakit mythomania dapat disembuhkan. Mengobati penderita mythomania harus di mulai dari diri penderita mythomania sendiri, maksudnya adalah ia harus benar-benar menyadari bahwa kebohongan-kebohongan yang ia lakukan tidaklah merupakan perbuatan yang baik karena hal tersebut justru dapat menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.

Selain itu, penderita mythomania dapat menghubungi psikolog untuk melakukan konseling dengan metode konvensional psikoterapi, hypnoterapi, atau metode-metode lain yang dapat mengatasi dan menyembuhkan mythomania yang dideritanya dengan lebih efektif. Mythomania juga dapat diobati dengan menggunakan jenis obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter.

Perbedaan Mythomania dengan Kebohongan Biasa

Pembohong biasa memiliki alasan untuk berbohong. Sedangkan penderita mythomania akan tetap berbohong meskipun kebohongan yang ia ceritakan tidak memberikan keuntungan sama sekali. Kebohongan biasa umumnya tentang pencapaian, perasaan, kehidupan sosial, usia, pendapatan, dan sebagainya.

Berbeda dengan penderita mythomania yang kebohongannya bersifat fantasi di mana penderitanya akan menggabungkan khayalannya dengan fakta. Penderita mythomania sering menceritakan pengalaman orang lain dan menjadikannya seolah-olah pengalaman itu adalah miliknya.

Penderita mythomania juga mengetahui bahwa tindakan tersebut dapat merusak reputasi bahkan membahayakan dirinya sendiri, tetapi ia tetap melakukannya. Misalnya, ia selalu mengatakan bahwa dirinya mengidap penyakit mematikan demi mendapatkan simpati padahal pada kenyataannya ia baik-baik saja. Ketika kebohongannya terungkap, hal ini dapat membuat ia kehilangan kepercayaan dari orang lain.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment