Flexing: Pengertian, Penyebab, Jenis, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Table of Contents
Pengertian Flexing
Flexing

Pengertian Flexing

Flexing adalah sebutan untuk orang yang senang pamer. Kata ini terutama ditujukan untuk orang yang terlalu berlebihan menunjukkan tentang dirinya. Istilah flexing sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1899 oleh Thorstein Veblen dalam bukunya yang berjudul The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions.

Secara garis besar, flexing merupakan suatu kebiasaan seseorang untuk memamerkan apa yang dimilikinya di media sosial. Di mana tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Fenomena ini menjadi salah satu fenomena yang semakin marak terjadi seiring kemajuan teknologi.

Media sosial merupakan tempat untuk berbagi foto atau video sehingga banyak sekali orang yang pamer harta dan pengalaman. Mereka bisa membagikan kepada ratusan, ribuan atau bahkan jutaan orang. Apa yang ditampilkan di sosial media sangat terbatas sehingga mereka pun bisa mengatur foto atau video agar terlihat sempurna.  

Perilaku flexing dipengaruhi oleh keinginan menunjukkan kepada dunia atas apa yang mereka miliki. Selain itu, mereka merasa iri dengan orang lain sehingga ia melakukan hal serupa. Terakhir, banyak orang yang membutuhkan perhatian dan validasi.

Meski begitu, untuk saat ini fenomena flexing juga kerap digunakan sebagai alat marketing suatu perusahaan. Di mana proses tersebut adalah sebagai bentuk aktivitas mengirimkan sinyal marketing atau market signaling.

Perusahaan yang melakukan metode advertisement ini biasanya akan bekerjasama dengan influencer media sosial. Harapannya adalah agar pengiriman sinyal marketing yang dilakukan oleh pihak influencer bisa lebih cepat menarik perhatian calon konsumen.

Dalam kondisi ini, fenomena flexing bisa berguna untuk membantu proses pengembangan usaha karena menjadi salah satu bagian dari alat marketing itu sendiri. Akan tetapi, pada kondisi khusus terkadang menjadikan flexing sebagai alat untuk menipu orang.

Penyebab Flexing

Keluar dari metode marketing yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk produk mereka. Fenomena flexing yang dilakukan oleh diri sendiri untuk memamerkan barang pribadi juga bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa penyebab di antaranya,
1. Insecure
Flexing dapat terjadi disebabkan oleh kondisi insecure dalam diri seseorang. Mereka akan melakukan tindakan flexing ketika merasa bahwa keberadaan dirinya kurang dihargai atau kurang dianggap penting oleh orang lain.

Mereka akan menunjukkan kepada khalayak umum jika dirinya berhak untuk bisa diterima di dalam suatu lingkungan serta mendapatkan pengakuan dari orang lain.

2. Kurang Empati
Kebanyakan dari mereka yang melakukan tindakan flexing tidak akan menyadari jika perilaku yang dilakukannya bisa membuat orang lain merasa tak nyaman atau bahkan merasa begitu terganggu. Artinya, tindakan flexing dapat terjadi karena kurangnya rasa empati pada seseorang yang melakukan flexing.

Maka dari itu, karena tersebut membuat mereka (flexing) kurang disukai oleh orang lain. .

3. Masalah Kepribadian
Mereka yang melakukan tindakan flexing biasanya juga bisa dipengaruhi oleh adanya permasalahan dalam kepribadiannya. Ada beberapa masalah kepribadian yang bisa menyebabkan seseorang begitu suka mencari perhatian, sehingga membutuhkan pengakuan serta ingin diperlakukan oleh orang lain.

Salah satunya adalah anggapan bahwa dirinya merupakan yang paling hebat bila dibandingkan dengan orang lain yang ada di sekitarnya.

4. Tekanan Sosial
Tindakan flexing juga dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki tekanan sosial di dalam lingkungannya. Tak bisa dipungkiri jika tekanan sosial di lingkungan sekitar bisa terjadi pada siapa saja.

Sebagai contohnya adalah adanya tuntutan gaya hidup dalam pergaulan yang bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan flexing.

5. Mencari Perhatian
Salah satu penyebab terjadinya tindakan flexing yang dilakukan oleh seseorang adalah untuk mencari perhatian orang yang di sekitarnya maupun orang tertentu yang mereka tuju. Mereka akan melakukan berbagai macam cara agar bisa membuat orang yang mereka tuju mengetahui keberadaannya.

Sebagai contohnya adalah menggunakan penampilan yang mencolok atau bersikap yang bisa membuat dirinya mendapatkan perhatian dari orang lain.

Demikian, pada dasarnya, flexing yang dilakukan oleh seseorang tak lain hanya untuk mencari perhatian atau mendapatkan pengakuan dari orang lain. Namun, karena adanya perubahan zaman dan perkembangan teknologi, maka banyak orang yang salah mengartikan flexing.

Jenis Flexing

Dari Allthings.how, flexing terbagi menjadi 2 jenis di antaranya,
1. Flexing Asli
Untuk dapat menjelaskan flexing asli itu seperti apa, media sosial LinkedIn dapat menjadi contohnya. LinkedIn memiliki pengguna yang secara alami dan positif menunjukkan kemampuan, bakat, keterampilan, pencapaian, dan lainnya.

Mengekspos hal ini tentu tidak bertujuan untuk menyerang orang lain, dan masih dalam batas positif.

2. Flexing Palsu
Jenis satu ini merupakan hal yang negatif, sebab orang yang melakukan flexing palsu, berarti memamerkan sesuatu yang tidak dimiliki. Sering kali, pencapaian palsu yang mereka ungkapkan dapat berujung pada kasus penipuan yang dapat memberi keuntungan bagi diri mereka dengan cara yang tidak benar.

Dampak Flexing

Meski tindakan flexing yang digunakan untuk tujuan strategi marketing bisa sangat memberikan keuntungan. Akan tetapi, jika tindakan flexing dilakukan dengan tujuan pamer kekayaan, tentunya hal tersebut juga akan memberikan dampak kurang baik.

Berikut beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari tindakan flexing dengan tujuan pamer kekayaan di antaranya,
1. Adanya Potensi Memaksakan Keadaan
Dampak yang pertama dari adanya tindakan flexing yang dilakukan hanya untuk pamer kekayaan adalah bisa menimbulkan perilaku memaksakan keadaan. Hal ini karena mereka yang melakukan flexing terbiasa tampil dengan barang-barang mewah yang mengakibatkan mereka ingin selalu menunjukkan eksistensinya.

Baca Juga: Pengertian Eksistensi atau Keberadaan

Hal ini ternyata sangat berbahaya ketika di kemudian hari pihak yang melakukan flexing tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Tentunya kondisi tersebut bisa mengarah ke pemaksaan tujuan.

Dengan kata lain, mereka yang sudah terbiasa melakukan tindakan flexing biasanya akan selalu berupaya untuk melakukan tindakan flexing walaupun keadaannya sedang tidak memungkinkan sekalipun.

2. Terasa Sulit Mendapatkan Teman
Banyak orang menganggap jika memiliki kekayaan bisa menarik perhatian orang lain dan lebih mempermudah untuk mendapatkan teman. Namun, fakta yang terjadi sebenarnya adalah ketika seseorang terbiasa melakukan tindakan flexing justru akan sulit untuk mendapatkan teman.

Sebuah studi menyebutkan jika ada sekitar 66 persen orang cenderung memilih mobil mewah dibandingkan mobil standar. Akan tetapi, kebanyakan orang akan lebih senang untuk berteman dengan mereka yang memiliki keadaan standar.

3. Dapat Mengganggu Kepribadian
Dampak lain yang bisa diakibatkan dari adanya tindakan flexing pamer kekayaan adalah bisa mengganggu kepribadian. Seorang psikolog di Knox College penulis buku The High Price of Materialism memberikan penjelasan jika seseorang yang melakukan tindakan flexing memiliki sifat kurang empati, kurang prososial dan lebih kompetitif, sehingga akan mengganggu kepribadiannya sendiri.

Baca Juga: Pengertian Prosocial Behavior (Perilaku Prososial), Komponen, Faktor, Level, Tahap, dan Teorinya

Selain itu, seseorang yang terbiasa melakukan tindakan flexing juga cenderung untuk tidak memberikan dukungan terhadap kelestarian lingkungan. Bahkan, mereka cenderung mendukung keyakinannya yang merugikan dan juga diskriminatif.

Cara Menghadapi Flexing

Pada umumnya orang yang flexing tidak menyadari bahwa dirinya sedang flexing. Hal tersebut di luar kontrol, jadi kita tidak bisa mengubah perilaku mereka. Namun, kita masih bisa mengontrol sikap kita jika berhadapan dengan orang pamer. Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan di antaranya,
1. Pahami mereka. Benaran flexing atau sharing?
Saat pertama kali bertemu seseorang, belum bisa melihat apakah dia hanya sekedar bercerita atau berniat pamer. Namun, jika setiap bertemu selalu bercerita tentang dirinya sendiri maka bisa menjadi indikasi orang tersebut sedang flexing. Sedangkan seseorang yang sharing hanya bercerita Sebagian dan tidak setiap saat menceritakan harta dan prestasinya.

2. Mengganti Topik Pembicaraan
Mengubah topik pembahasaan bisa menjadi salah satu cara menghadapi orang flexing. Gantilah topik dengan pembahasan yang menarik seperti hal-hal yang sedang trending. Kalian bisa mengubah topik pembicaraan di saat ada jeda.

3. Jangan Mempermalukan Di Depan Umum
Mungkin kalian merasa emosi mendengar orang pamer dan wajar jika terasa emosi. Namun Anda tidak berhak untuk mempermalukan di depan umum.

4. Tinggalkan mereka
Tips paling mudah yaitu tinggalkan mereka. Mendengarkan orang secara terus menerus pasti membosankan dan menyebalkan. Jika kalian tidak ada kesempatan untuk mengontrol topik pembicaraan, kalian bisa memilih untuk keluar dari percakapan. Bila di sosial media melihat orang flexing, kalian bisa menggunakan fitur mute.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment