Sejarah Ilmu Mantiq dalam Dunia Islam
Pengertian Ilmu Mantiq
Ilmu mantiq atau logika adalah ilmu yang mempelajari kaidah berpikir dan metode untuk membedakan penalaran yang benar dan salah. Ilmu mantiq penting untuk membentuk pola pikir yang logis dan objektif, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang benar dan bertanggung jawab.
Baca Juga: Logika: Pengertian, Dasar, dan Komponennya
Ilmu mantiq memiliki beberapa manfaat, di antaranya: Menjelaskan hal-hal yang abstrak atau tidak jelas, Mengembangkan daya pikir, Menghindari pikiran dari hal yang salah atau buruk, Memperkuat mental berpikir.
Ilmu mantiq pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles pada abad ke-5 SM di Yunani. Kemudian, ilmu mantiq mulai berkembang di dunia Islam pada masa Umayyah. Ilmu ini mulai tersebar dalam Islam melalui para pengagum dan pembelanya.
Baca Juga: Dinasti Umayyah: kekhalifahan Islam Pertama Pasca Khulafaur Rasyidin
Adapun salah satu cara mereka menyebarkan ilmu mantiq adalah dengan melakukan penerjemahan. Dalam dunia Islam, ilmu ini memiliki memiliki beberapa istilah, di antaranya:
1. Pengukur akal (Mi'yar al-aql)
2. Ilmu alat (al-ilm al-Ali)
3. Pengukur ilmu (mi'yar al-ilm)
4. Kaidah berpikir (dlawabith al-fikr)
5. Ilmu timbangan (al-mizan)
6. Ilmu ukur (al-qisthas)
7. Alat penemuan (al-idraki)
Sejarah dan Perkembangannya
Mantiq berasal dari Bahasa Arab, nathaqa, yang artinya berpikir. Sejarah ilmu mantiq bermula dari abad ke-5 SM di Yunani.
Pada masa itu, ilmu mantiq atau logika sudah menjadi ilmu penting bagi para ahli filsafat Yunani. Dalam sejarahnya, pencetus ilmu mantiq adalah Socrates, yang kemudian dikembangkan oleh Plato dan disusun rapi oleh Aristoteles (384-322 SM).
Ilmu mantiq menjadi penting karena logika merupakan ilmu pasti dalam mengambil sumber dan konsepnya dari bentuk pemikiran manusia yang logis.
Oleh sebab itu, banyak sekali orang yang mampu berpikir secara logis dan sistematis, tetapi tidak menggunakan atau menguasai ilmu logikanya. Artinya, sudah banyak orang menerapkan pola berpikir logis tanpa harus memahami ilmu logika itu sendiri.
Lebih lanjut, ketika Islam mulai tersebar di Jazirah Arab sekitar abad ke-7 M, perkembangan ilmu pengetahuan pun mulai mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Puncak perkembangannya sendiri terjadi masa pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258). Pada masa inilah terjadi penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab, termasuk ilmu mantiq.
Baca Juga: Dinasti Abbasiyah: Sejarah, Kejayaan, dan Kejatuhannya
Menurut Shalah al-Din al-Shafdi, ada dua metode penerjemahan yang dilakukan para ulama saat itu.
1. Pertama, penerjemahan dengan cara kata demi kata dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Penerjemahan model ini dilakukan oleh Yuhana al-Bithriq dan Ibn al-Nai'mah.
2. Kedua, penerjemahan dilakukan dengan cara memahami secara garis besar sebuah paragraf, baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Metode penerjemahan yang terakhir dianggap lebih bagus dan mudah dipahami karena tidak membutuhkan pencernaan ulang atau penggunaan istilah baku.
Para pemikir Islam yang ikut mengembangkan ilmu mantiq terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Golongan pertama: pemikir Islam yang menafsirkan dan mengembangkan logika Aristoteles dengan lebih rinci lagi, seperti Ibn Rusyd.
2. Golongan kedua: ulama yang menerapkan kaidah-kaidah dasar logika secara bersamaan dengn dasar ilmu-ilmu keislaman, seperti al-Ghazali.
3. Golongan ketiga: ulama yang secara gigih mengembangkan dan membela eksistensi logika Aristoteles, seperti Ibn Sina dan al-Farabi.
Tujuan Ilmu Mantiq
Tujuan memahami ilmu mantiq adalah agar manusia terhindar dari kekeliruan dan dapat memahami pengetahuan dengan benar. Salah satu keistimewaan manusia adalah mereka memiliki akal untuk berpikir terhadap sesuatu yang belum diketahui.
Manusia tabiatnya didorong untuk berpikir dan terus menggunakan pikirannya selama hidup, baik saat masih belia atau pun sudah dewasa.
Hanya, pemikiran manusia tidak selamanya menghasilkan sebuah kesimpulan yang benar alias keliru. Oleh sebab itu, agar aman dari kekeliruan, manusia membutuhkan pedoman dalam berpikir. Pedoman itu adalah ilmu mantiq.
Fungsi Ilmu Mantiq
Adapun fungsi atau kegunaan ilmu mantiq di antaranya:
1. Menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
2. Menambah daya berpikir abstrak dan melatih serta mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
3. Mencegah manusia dari kekeliruan.
4. Mendidik akal pikiran dan mengembangkan sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan melakukan penyelidikan-penyelidikan tentang cara berpikir.
Sumber:
https://www.kompas.com
dan sumber lain yang relevan
Post a Comment