Dinasti Umayyah: kekhalifahan Islam Pertama Pasca Khulafaur Rasyidin

Table of Contents

Dinasti Umayyah
Gambaran Umum Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah adalah kekhalifahan Islam yang didirikan oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 661 M. Dinasti Umayyah didirikan setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib, pemimpin terakhir Kekhalifahan Rasyidin.

Secara garis besar, era Dinasti Umayyah terbagi atas dari dua periode utama, yakni tahun 661-750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode 756-1031 M di Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.

Berdirinya Dinasti Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. Perang Shiffin adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 setelah wafatnya Nabi Muhammad.
 
Perang Shiffin terjadi usai kematian khalifah ketiga, Utsman bin Affan, pada 17 Juni 656, yang membuka peluang bagi Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad, untuk memimpin.
 
Setelah Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari 661, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh Hasan, putra Ali dan cucu Nabi Muhammad, selama beberapa bulan. Hasan kemudian melepaskan jabatannya.

Usai Hasan bin Ali mundur, Muawiyah I tampil sebagai pemimpin meskipun diwarnai dengan berbagai polemik di antara umat Islam sendiri. Dari sinilah sejarah Kekhalifahan Umayyah dimulai.

Latar Belakang Berdirinya

Pendirian Dinasti Umayyah berawal dari akhir masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Setelah Utsman wafat karena dibunuh, akhirnya sahabat Ali menggantikannya untuk menjadi pemimpin selanjutnya. Namun pada masa pemerintahannya banyak kekacauan yang terjadi.

Muawiyah termasuk orang yang mendesak agar pembunuh Utsman segera ditemukan. Namun, bagi Khalifah Ali hal tersebut bukan suatu yang mudah untuk dilakukan saat ini. Hingga terjadilah konflik antar keduanya yang menyebabkan terjadinya Perang Shiffin.

Perang Shiffin diakhiri dengan adanya kesepakatan atau Tahkim. Sayangnya hal ini malah membuat terpecahnya beberapa kubu seperti Khawarij, Syiah, dan Muawiyah. Tak lama dari peristiwa ini, Khalifah Ali juga terbunuh dan inilah tanda berakhirnya kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.

Setelah Khalifah Ali wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yaitu, Hasan. Namun untuk menyelesaikan perseteruan antar kubu, akhirnya Hasan memilih mundur dan menyerahkan kepemimpinan ke Muawiyah. Inilah awal terbentuknya Dinasti Umayyah dengan pemimpin pertamanya Muawiyyah.

Massa Kejayaan

Secara garis besar, pemerintahan Dinasti Umayyah yang berlangsung selama hampir 90 tahun terbagi dalam dua periode, yakni masa Kekhalifahan yang berpusat di Damaskus (Suriah) dan era kejayaan di Spanyol, Andalusia, dengan pusatnya di Cordoba.

Maka, wilayah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah sangat luas. Dikutip dari History of Islamic Civilization (2017) karya Muhammad Fathurrohman, wilayah tersebut meliputi sebagian besar Timur-Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, pesisir Afrika Selatan hingga Andalusia, yakni kawasan yang kini ditempati Portugal dan Spanyol.

Luasnya wilayah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah tidak lepas dari serangkaian penaklukan yang secara bersambung dilakukan dan dikomandani oleh para pemimpinnya, dengan seabrek dinamika yang terjadi di kalangan Bani Umayyah sendiri.

Rangkaian penaklukan ini merupakan embrio dari Perang Salib dalam misi melawan Eropa. Misi tersebut dilakukan baik dari jalur timur menuju Konstantinopel maupun lewat jalur barat yang akhirnya sampai di Spanyol.
 
Baca Juga: Perang Salib: Pengertian, Terminologi, Awal Mula, dan Sejarahnya

Dinasti Umayyah memiliki peran penting dalam perkembangan Islam. Kekhalifahan ini pernah dipimpin oleh tokoh-tokoh berpengaruh, di antaranya adalah Al-Walid bin Abdul-Malik dan Umar bin Abdul Aziz.

Di masa pemerintahan Al Walid bin Abdul-Malik (705-715), kekuasaan Kekhalifahan Umayyah meluas hingga ke Spanyol. Penaklukan Andalusia terjadi pada 711 Masehi.

Pembangunan diutamakan pada masa ini. Dibangunnya rumah sakit dan Masjid Al Amawi di Damaskus, Masjid Al Aqsa di Yerussalem, perluasan Masjid Nabawi di Madinah, merupakan sejarah penting dari peran Dinasti Umayyah.

Ketika Umar bin Abdul Aziz (717-720) menjadi khalifah, bidang keilmuan Islam merupakan prioritas utama. Pengarsipan hadis, pengembangan bahasa Arab, ilmu qiraah (membaca Alquran), fikih, hingga berbagai karya tulis maupun produk ilmiah berkembang pesat pada masa ini.

Berikut beberapa pemimpin besar masa Dinasti Umayyah berikut perannya:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan
Sebagai pendiri dinasti Umayyah, Muawiyah dikenal sebagai Muawiyah I. Ia memerintah dinasti ini sejak tahun 41 H hingga 60 H atau 661-680 M. Beberapa kebijakan besar yang telah dilakukannya dan dikenal luas adalah sebagai berikut:
a. Memindahkan ibu kota negara yang awalnya di Kota Kufah, Irak menuju Damaskus, Syiria.
b. Mengganti sistem kekhalifahan khulafaur rasyidin yang menunjuk khalifah berdasarkan musyawarah umat Islam menjadi kerajaan yang mewariskan kepemimpinan berdasarkan garis keturunan.
c. Mencetak alat tukar pembayaran atau uang.
d. Mendirikan dinas pos untuk melakukan pengiriman barang. Dinas ini dilengkapi dengan pejabat khusus di posisinya dan kuda-kuda di tempat tertentu sebagai alat transportasi.
e. Kepemilikan harta oleh rakyat dipindahkan menjadi milik Allah yang nantinya digunakan untuk kepentingan negara dan rakyat.
f. Memberikan ruang kepada orang-orang Nasrani yang ahli di bidangnya untuk terlibat dalam proyek pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan farmasi. Ide seperti ini sebelumnya sempat ditolak di zaman khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu karena kehati-hatian.
g. Membentuk badan intelijen militer untuk memantau kekuatan militer negara lain.
h. Membentuk jabatan dinas pencatatan sipil untuk agar lebih mudah mengkoordinasikan urusan sipil negara.

2. Abdul Malik bin Marwan
Sebagai khalifah kelima, Abdul Malik bin Marwan memimpin dinasti Umayyah pada tahun 65-86 H / 684-705 M. Berikut ini merupakan pencapaian besar yang telah dilakukannya:
a. Mencetak mata uang sendiri yang bertuliskan huruf Arab. Langkah ini dilakukan untuk menggantikan mata uang yang dicetak oleh Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia di daerah yang telah dikuasai Islam.
b. Mendirikan pabrik kapal di wilayah Tunisia untuk memperkuat kekuatan angkatan laut.
c. Membentuk Mahkamah Khusus yang menangani pegawai pemerintah dan pembantu kerajaan yang melakukan kesalahan.
d. Memperbaiki sistem kerja dinas pos dengan memperbanyak ekspedisi pos sehingga sistem kerjanya lebih teratur dan dapat diandalkan.
e. Mendirikan bangunan yang indah megah di dalam negeri.

3. Al-Walid bin Abdul Malik
Sebagai khalifah keenam, Al Walid bin Abdul Malik dijuluki sebagai Al Walid I. Ia memerintah dinasti Umayyah pada tahun 86-96 H / 705-714 M. Pada masa Al Walid bin Abdul Malik, dinasti Umayyah mencatatkan puncak kejayaannya.

Berikut ini adalah inovasi yang telah dilakukannya sehingga mampu membawa dinastinya mencapai puncak kejayaan:
a. Menyediakan tenaga pengajar untuk anak-anak yatim.
b. Orang-orang tua yang tidak punya teman hidup, anak-anak yatim piatu, dan para musafir mendapatkan perhatian khusus di masa pemerintahan ini. Hal ini karena Al Walid I membangun panti jompo, panti asuhan, dan rumah singgah.
c. Para penyandang disabilitas disediakan panti-panti khusus agar mereka dapat mengembangkan diri di tengah keterbatasan.
d. Para musafir dibangun telaga khusus agar tidak kehausan.
e. Para penghafal Al Quran, ulama, fakir miskin, dan orang-orang lemah mendapatkan subsidi tetap.
f. Menyediakan pemandu jalan untuk para tuna netra.
g. Pegawai kerajaan pada zaman Al Walid I dipilih secara ketat. Hanya mereka yang cerdik, pandai, dan berintegritas yang diterima.
h. Mendirikan pabrik-pabrik dan gedung-gedung pemerintahan.
i. Membangun rumah sakit khusus penderita kusta.
j. Mendirikan rumah sakit dan klinik gratis untuk rakyat yang sakit.
k. Merenovasi Masjid Nabi di Madinah dan Masjid Al Aqsa di Palestina.
l. Jalan-jalan diperbaiki dan dilengkapi dengan marka agar pengguna jalan lebih mudah dalam menggunakan jalan.

4. Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dijuluki sebagai Umar II karena secara nasab memiliki pertalian darah dengan khalifah Umar bin Khattab. Dari jalur ibunya, Umar bin Abdul Aziz merupakan cicit dari sahabat utama Nabi Muhammad SAW tersebut.

Tidak hanya dekat dengan pertalian darah, kesalehan Umar bin Abdul Aziz juga tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Ia berhati-hati terhadap dunia, peduli dengan dakwah Islam, lembut terhadap orang lemah, keras terhadap segala bentuk kecurangan, dan semangat dalam mempelajari agama.

Sebab-sebab inilah yang menaikkan derajatnya di hadapan Allah sehingga namanya harum melegenda, meski puncak kejayaan dinasti Umayyah bukan terjadi di jamannya.

Ia telah dikenal sebagai ulama dan ahli ilmu sebelum ditunjuk menjadi khalifah. Rakyat dan para tokoh Islam telah mencintainya sebelum ia duduk di kursi pemerintahan. Maka ketika pengumuman itu sampai ke seluruh penjuru negeri, semua bergembira, kecuali pejabat-pejabat yang korup.

Ada banyak hal yang telah dilakukannya untuk Islam dan dinastinya. Beberapa di antaranya adalah:
a. Mengembalikan harta kepada pemiliknya. Pada masa berdirinya dinasti, kepemilikan harta pribadi tidak diakui
b. Pemeluk Islam bertambah pesat tanpa harus melakukan banyak invasi ke negara lain. Ia banyak menggunakan diplomasi.
c. Pelaksanaan hukuman harus dilakukan seizing khalifah.
d. Memberantas kemiskinan dalam waktu sekejap sampai-sampai tidak ada penduduk Madinah yang berhak menerima zakat.
e. Mengirim pendakwah ke seluruh negeri.

Selain lima poin di atas, masih ada banyak prestasi yang telah dibukukan oleh Umar bin Abdul Aziz. Negara benar-benar sejahtera saat itu. Sayang, kepemimpinannya hanya bertahan tiga tahun karena Allah mengambilnya untuk berpulang ke hadapan rahmat-Nya.

Ia meninggal karena diracun oleh pembantu kerajaan. Namun setelah tertangkap, pembantu itu ia bebaskan dan diperintahkan mengasingkan diri agar tidak dihukum oleh negara. Ia meninggalkan keluarganya dalam keadaan sedikit harta karena ia merasa tidak berhak atas itu semua.

Keruntuhan

Kejayaan Dinasti Umayyah mulai menurun ketika kelompok yang tidak puas terhadap pemerintahan mulai muncul. Bani Abbasiyyah memimpin upaya perlawanan ini dan pada akhirnya melemahkan kekuasaan Bani Umayyah.

Pertengahan abad ke-6 menjadi masa-masa krusial Kekhalifahan Umayyah. Pada periode ini, Umayyah mulai mengalami kekalahan dari pasukan Abbasiyyah. Hingga akhirnya, pada 750 M Damaskus berhasil direbut oleh Abbasiyyah yang praktis membuat pemerintahan Umayyah jatuh.

Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di Damaskus, tulis Imam Subchi dalam Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam (2015), adalah Marwan II bin Muhammad (744-750). Sejak itu, berakhirlah era Umayyah di Damaskus dan dimulailah era baru di Andalusia dengan pusatnya di Cordoba, Spanyol.

Pemerintahan Kekhalifahan Umayyah di Cordoba berlangsung cukup lama. Namun, keruntuhan mulai terlihat pada perjalanan awal abad ke-9. Mulai muncul intrik dan pergolakan di kalangan sendiri. Wilayah kekuasaan Umayyah pun sedikit demi sedikit tercerai-berai.

Pada 1031, Hisyam III selaku Khalifah Umayyah di Cordoba saat itu, mengundurkan diri dari jabatannya. Situasi semakin kacau lantaran mengalami krisis kepemimpinan. Tidak adanya pemimpin yang mumpuni membuat dewan menteri terpaksa menghapus jabatan khalifah.

Pemerintahan Umayyah di Andalusia pun terpecah-belah menjadi negara-negara kecil hingga akhirnya kekuasaan Islam di Cordoba benar-benar musnah.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.gramedia.com
https://tirto.id
dan sumber lain yang relevan

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment