Henk Sneevliet: Tokoh yang Membawa Ideologi Komunis ke Indonesia

Table of Contents

Henk Sneevliet
Siapa itu Henk Sneevliet?

Henk Sneevliet atau Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau dengan nom de guerre Maring lahir di Rotterdam, Belanda, pada 1883. Ia adalah seorang aktivis Komunis asal Belanda yang merupakan salah seorang pendiri ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging), yang kemudian berkembang menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Baca Juga: Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV): Sejarah dan Perkembangannya

Perjalanan ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia)

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai bekerja di perusahaan kereta api Belanda pada 1900 dan menjadi anggota dari Sociaal-Democratische Arbeiderspartij (Partai Buruh Sosial Demokrat - SDAP) serta serikat buruh kereta api. Sejak tahun 1906, Sneevliet aktif untuk SDAP di Zwolle; di sana ia menjadi anggota dewan kota pertama dari kelompok demokrat sosial dalam pemilihan umum pada 1907.

Sneevliet juga aktif dalam serikat buruh Belanda, NV dan pada 1911 ia menjadi ketuanya. Dalam serikat buruh itu, Sneevliet adalah salah seorang pemimpin yang radikal. Ketika terjadi pemogokan pelaut internasional pada tahun 1911, beberapa dari serikat buruh Belanda yang lebih radikal ikut serta, tetapi kebanyakan dari gerakan itu, maupun mayoritas dari SDAP sendiri, menentangnya.

Bagi Sneevliet, hal ini mengakibatkan ia terasing dari keduanya dan memperkuat keputusannya untuk meninggalkan Belanda dan pergi ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia).

Mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV)

Pada Februari 1913, Sneevliet datang ke Hindia Belanda dan bekerja sebagai staf editor surat kabar Soerabaiaasch Handelsblad. Setahun kemudian, tepatnya pada bulan Mei 1914, Sneevliet bekerja sebagai Sekretaris Semarang Handelsvereeniging (Kamar Dagang Semarang) dengan gaji f. 1.000 per bulan (Shiraishi 1997).

Selain bekerja sebagai staf di Semarang Handelsvereeniging, Sneevliet juga menjadi anggota perkumpulan buruh kereta api cabang Semarang yaitu Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) Semarang (Metanasi 2019).

Pada 1914, Sneevliet bersama dengan J.A. Brendsteder, H.W. Dekker, dan Piet Bergsma bertemu di Marine Gebouw, Surabaya. Mereka mendirikan perkumpulan beraliran sosialis di Hindia Belanda dan menamainya dengan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV).

ISDV adalah organisasi sosialis yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI). ISDV mempunyai corong organisasi bertajuk Het Vrije Woord (Suara Kebebasan), yang mana Sneevliet menjadi salah satu pengasuhnya (Soe 1999). 

Baca Juga: Partai Komunis Indonesia (PKI): Sejarah, Tujuan, dan Peristiwa Terkait

Awalnya, ISDV hanya mendapat perhatian di kalangan sosialis Belanda. Namun momentum pencarian jalan dan pengaruh organisasi di kalangan orang Indonesia terjadi ketika Sneevliet memprotes hukuman terhadap Mas Marco Kartodikromo dan mengecam peraturan delict press di Hindia Belanda pada 1915.

Peristiwa itu menarik perhatian khalayak terutama masyarakat Indonesia terhadap organisasi ini. ISDV kemudian menjadi organisasi yang keanggotaannya tidak hanya terdiri dari orang Belanda, namun menjadi lebih beragam latar belakang dan bangsa.

Hal tersebut terlihat setelah Sneevliet berhasil mengajak Semaun dan Darsono masuk ke dalam ISDV. Organisasi ini dengan cepat menjadi organisasi beraliran kiri yang menarik minat dan khalayak massa. Awalnya ISDV bekerjasama dengan Insulinde, namun beralih kepada Sarekat Islam (SI) yang mana Semaun berada di dalamnya (Ricklefs 2010: 370; Metanasi 2019).

Pengaruh ideologi sosialis-komunis semakin kentara di SI karena ISDV berusaha untuk memperoleh basis rakyat yang dimiliki oleh SI. Bergabungnya Semaun yang mempunyai hubungan ideologi dan politik yang kuat dengan Sneevliet menjadikan ISDV semakin membesar dalam organisasi yang radikal. 

Baca Juga: Sejarah Sarekat Islam (SI): Tujuan, Tokoh Penting, dan Sejarah Perkembangannya

ISDV beranggotakan orang Indonesia membentuk fraksi di dalam SI, hingga 1917 beroleh pengaruh yang kuat sehingga mengkhawatirkan pimpinan SI (McVey 1985: 26-27).

Pada 1917 Sneevliet terkena delict press dan menjalani dakwaan di pengadilan. Sementara itu, ISDV terus menunjukkan sifat yang radikal dan ideologi yang dianut terlihat nyata sebagai badan organisasi beraliran komunis.

Pada akhir 1917, ISDV menghimpun sebanyak 3.000 orang serdadu dan kelasi ke dalam dewan-dewan (soviet-soviet), terutama dilakukan di kota pelabuhan Surabaya.

Namun, antara tahun 1918-1919 pemerintah kolonial Belanda melakukan langkah-langkah pembubaran dewan-dewan tersebut, menangkap dan mengasingkan sebagian besar orang Belanda pimpinan partai ini, termasuk di antaranya adalah Sneevliet (Ricklefs 2010: 374).

Bekerja di Komunis Internasional (Komintern)

Meski telah diusir dari Indonesia dan kembali ke Belanda, Sneevliet sibuk dalam gerakan buruk dan terlibat dalam pemogokan transportasi 1920. Pada tahun yang sama, ia hadir dalam kongres kedua Komintren di Moskow sebagai wakil dari Indonesia.

Kehadiran Sneevliet membuat pemimpin Uni Soviet, Vladimir Lenin terkesan dan mengutusnya untuk membantu Komunisme di Tiongkok. Selain itu, Sneevliet masih mengikuti perkembangan gerakan komunisme di Indonesia.

Salah satunya adalah solidaritasnya terhadap pemberontakan komunisme Indonesia terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Aksi solidaritas Sneevliet tersebut kemudian membawanya kepada hukuman penjara lima bulan pada tahun 1933.

Meninggal Dunia

Setelah lama bekerja untuk Komintern, Sneevliet kemudian mendirikan Revolutionair Socialistische Partij (RSP) pada tahun 1929. Bersama partai barunya, Sneevliet memusatkan aksinya pada permasalahan nasional dan berhasil mengorganisasi gerakan kaum pengangguran, aksi-aksi mogok, dan perjuangan melawan bangkitnya fasisme.

Namun, situasi yang memburuk membuat Sneevliet membubarkan partainya karena sangat merugikan pada Mei 1940. Setelah beberapa bulan, Sneevliet mendirikan kelompok perlawanan terhadap pendudukan Jerman di Belanda.

Sneevliet bersama dengan Willem Dolleman dan Ab Menist membentuk kelompok Front Marx-Lenin-Luxemburg (Front MLL). Kelompok tersebut masih melakukan aksi perlawanan terhadap pendudukan Nazi Jerman di Belanda dalam bentuk propaganda pada 1941.

Perlawanannya itu kemudian membawanya pada orang yang diburu oleh tentara Nazi Jerman. Sneevliet beserta para tokoh-tokoh Front MLL akhirnya ditangkap oleh tentara Nazi Jerman pada April 1942. Para tokoh Front MLL dan Sneevliet kemudian dihukum mati pada 12 April 1942.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://esi.kemdikbud.go.id
https://www.kompas.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment