Dinasti Mughal sebagai Kekaisaran Islam Besar di India

Table of Contents

Dinasti Mughal
Sejarah Dinasti Mughal

Dinasti Mughal adalah kekaisaran Islam yang berkuasa di India. Kekaisaran ini merupakan salah satu kekaisaran Islam terbesar yang pernah berdiri di India. Kekaisaran ini pada masa jayanya memerintah Afganistan, Balochistan, dan sebagian besar wilayah India, antara 1526 dan 1857.

Selama sekitar dua abad, kekaisaran membentang dari pinggiran luar lembah Indus di barat, Afghanistan utara di barat laut, Kashmir di utara, hingga dataran tinggi Assam, Bangladesh masa kini di timur, dan dataran tinggi Dekkan di India Selatan.

Pada puncak kekuasaan terbesarnya, merupakan salah satu monarki terbesar dalam sejarah Asia Selatan. Dan menyatukan kembali hampir seluruh wilayah di anak benua India setelah Kekaisaran Maurya, 16 abad yang lalu. 

Baca Juga: Dinasti Islam yang Pernah Berkuasa di Dunia Pasca Khulafaur Rasyidin

Silsiah Mughal masih berkaitan dengan Dinasti Timuriyah yang menyebut diri mereka Gurkani. Penggunaan "Mughal" dan "Moghul" berasal dari terjemahan "Mongol" dalam bahasa Arab dan Persia, dan ini menekankan asal usul Dinasti Timuriyah dari Mongol.
 
Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, seorang keturunan Timur Lenk dan penguasa Farghana. Dalam usaha pembentukannya, ia berhasil mengalahkan Ibrahim Lodi dalam pertempuran di Panipat pada 21 April 1526.

Setelah berhasil menjatuhkan Ibrahim Lodi, Babur menegakkan dinasti Mughal di India, memberikan warna baru bagi peradaban India yang sebelumnya erat dengan agama Hindu.

Berdirinya Dinasti Mughal

Zahiruddin Muhammad Babur adalah putra Umar Sheikh Mirza, penguasa Ferghana, dan Qutlugh Nigar Khanum, keturunan Chagatai Khan, anak Genghis Khan.

Baca Juga: Timur Lenk (Tamerlane) Sang Penakluk yang Kejam

Di usia 11 tahun, Babur telah mewarisi daerah Ferghana dari ayahnya. Sejak muda, ia telah berambisi menaklukkan Samarkand, kota penting di Asia Tengah kala itu. Dengan bantuan Raja Ismail I dari Kerajaan Safawi, Babur berhasil menaklukkan Samarkand pada 1494 M.

Satu dekade kemudian, ia menduduki kekuasaan di Kabul, ibu kota Afghanistan, dan segera memusatkan perhatiannya pada India. Kala itu, India dikuasai oleh Ibrahim Lodi dari Kesultanan Delhi yang pemerintahannya sedang tidak stabil.

Babur kemudian memimpin bala tentaranya menuju Delhi dan terjadilah Pertempuran Panipat I pada 21 April 1526 M. Ibrahim Lodi bersama ribuan pasukannya meninggal dalam serangan itu, dan tidak lama kemudian Babur mendirikan Kesultanan Mughal.

Masa Kejayaan Dinasti Mughal

Kesultanan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605 M). Di bawah kendali Akbar, kesultanan ini tidak hanya maju di bidang politik dan militer, tetapi juga di bidang ekonomi, pendidikan, arsitektur, seni dan budaya, serta keagamaan.

Kejayaan yang diraih Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (1605-1628 M), Shah Jahan (1628-1658 M) dan Alamgir atau Aurangzeb (1658-1707 M).

Pada periode ini, Kesultanan Mughal memiliki pertahanan militer yang tangguh dan sukar ditaklukkan. Stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar juga membawa kemajuan dalam segala bidang lainnya. Dalam bidang ekonomi, Kesultanan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan.

Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara, bersamaan dengan hasil kerajinan seperti kain tenun serta kain tipis berbahan gordyin yang banyak diproduksi di Bengal dan Gujarat.

Ketika Shah Jahan berkuasa, ia memerintahkan untuk membangun Taj Mahal, yang menjadi salah satu bukti kemajuan di bidang arsitektur Mughal. Pada masa pemerintahan Aurangzeb, pajak dihapuskan, harga bahan pangan diturunkan, dan korupsi diberantas.

Selama satu setengah abad, Kesultanan Mughal menjadi negara adikuasa yang menguasai perekonomian dunia, mengalahkan Dinasti Qing di China dan Eropa Barat. Pada awal abad ke-18, wilayah kekuasaannya membentang dari Bengal di Timur ke Kabul dan Sindh di Barat, Kashmir di Utara ke lembah Kaveri di Selatan.

Penduduknya saat itu diperkirakan mencapai 150 juta jiwa, atau sekitar seperempat dari populasi dunia saat itu. Dengan berbagai pencapaian itu, Mughal dapat dianggap sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia kala itu.

Daftar Raja Dinasti Mughal

Dirangkum dari buku Sejarah Kebudayaan Islam (2020), berikut ini daftar raja-raja Kerajaan Mughal beserta periode pemerintahannya.
1. Zahiruddin Muhammad Babur
Pendiri Kerajaan Mughal adalah Zahiruddin Muhammad, yang dijuluki sebagai Babur. Sebagai pendiri, ia memegang tampuk kekuasaan pertama, sejak 1526 hingga 1530 M.

2. Humayun
Penguasa di Dinasti Mughal turun temurun. Setelah Zahiruddin Muhammad, pemimpin kedua Daulah Mughal adalah anaknya, yang memegang pemerintahan sejak 1530 hingga 1556 M.

3. Jalaluddin Muhammad Akbar
Jalaluddin Muhammad Akbar merupakan salah satu raja terbesar Daulah Mughal. Kebangkitan dan kejayaan Kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahannya, yang berlangsung dari 1556 hingga 1605 M.

4. Nuruddin Mohammad Salim/Jahangir
Nuruddin Mohammad Salim atau Jahangir merupakan putra sultan ketiga sekaligus penguasa keempat Daulah Mughal. Masa pemerintahannya berlangsung sejak 1605 hingga 1627 M.

5. Shah Jahan
Shah Jahan adalah penguasa kelima Daulah Mughal yang terkenal karena keagungan arsitekturnya. Masa pemerintahannya berlangsung pada periode 1628-1658 M.

6. Aurangzeb
Aurangzeb, penguasa keenam Daulah Mughal ini dikenal karena kebijakan konservatif dan ekspansi wilayah. Masa pemerintahannya dari tahun 1658 hingga 1707 M.

7. Bahadur Shah
Bahadur Shah adalah penerus Aurangzeb, menjadi penguasa ketujuh Daulah Mughal. Masa pemerintahannya berlangsung sejak 1707 hingga 1712 M.

8. Jehandar
Jehandar merupakan sultan Daulah Mughal yang memerintah dengan sangat singkat. Penerus kedelapan dalam dinasti Mughal ini berkuasa selama setahun, sejak 1712 hingga 1713 M.

9. Bahadur Syah
Bahadur Syah adalah penguasa terakhir Kerajaan Mughal yang diusir oleh Inggris dari istananya. Masa pemerintahannya cukup lama, sejak 1837 hingga 1858 M.

Keruntuhan Dinasti Mughal

Syamruddin Nasution, dalam buku Sejarah Peradaban Islam (2013), menjelaskan bahwa kemunduran kekuasaan dinasti Mughal di India terjadi setelah masa pemerintahan Aurangzeb (1707 M). Pada periode ini, kekuasaan Daulah Mughal diambil alih oleh sultan-sultan yang dianggap lemah.

Di sisi lain, pada pertengahan abad ke-18, Inggris mulai menancapkan pengaruhnya di India dengan menguasai sebagian wilayah kekuasaan Kesultanan Mughal. Upaya Inggris ini paling gencar dilakukan pada 1761 M.

Pada 1803, Delhi sebagai pusat kekuasaan berhasil direbut oleh Inggris. Akibat tekanan tersebut, umat Hindu dan Islam bangkit bersama-sama untuk melakukan pemberontakan. Dalam upaya memulihkan kekuasaan Daulah Mughal di India, mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi simbol perlawanan.

Puncak perlawanan rakyat India terhadap penjajahan Inggris terjadi pada tahun 1857 M. Meskipun ada perlawanan kuat, pasukan Inggris berhasil mengalahkan mereka dengan melibatkan beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim.

Akibat kekalahan tersebut, pada 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap pemberontak. Rakyat yang dianggap sebagai pemberontak diusir dari kota Delhi. Selain itu, banyak tempat ibadah yang dihancurkan. Tak hanya itu, Bahadur II, sultan terakhir Daulah Mughal, pun diusir dari istananya.

Selaras dengan pemaparan Syamruddin Nasution, Moh. Sulaiman dalam Sejarah Kebudayaan Islam (2020) pun menyatakan, penyebab keruntuhan kejayaan Kesultanan Mughal tak hanya terkait dengan kepemimpinan yang lemah. Faktor lain yang menyebabkan Kerajaan Mughal runtuh ialah adanya kemerosotan moral dan pemborosan uang rakyat akibat kehidupan yang kelewat mewah di istana Mughal.

Peninggalan Dinasti Mughal

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Mughal tidak menonjol sebanyak daulah-daulah sebelumnya. Sebaliknya, keberhasilan dan keunggulan terutama terlihat dalam bidang seni syair dan seni arsitektur.

Syamruddin Nasution dalam bukunya menjelaskan beberapa peninggalan monumental dari Daulah Mughal yang masih dapat disaksikan hingga saat ini antara lain:
1. Benteng Agra atau Agra Fort
Benteng ini terletak di kota Agra, Uttar Pradesh, India Utara, membentang seluas 94 hektar. Lokasinya sejajar dengan Sungai Yamuna, sekitar 2 kilometer barat laut dari Taj Mahal. Kota Agra dijadikan ibu kota kerajaan Mughal, dan Benteng Agra menjadi kediaman utama sultan-sultan Daulah Mughal hingga 1638.

Awalnya, benteng ini dibangun pada masa Sikarwar Rajarputs. Namun, setelah jatuh ke tangan Daulah Mughal, Sultan Akbar melakukan renovasi besar-besaran. Renovasi tersebut melibatkan lebih dari 4000 pekerja dan memakan waktu delapan tahun untuk diselesaikan.

2. Benteng Merah atau Red Fort
Benteng Merah merupakan kediaman utama penguasa dari Daulah Mughal selama hampir 200 tahun, hingga tahun 1856. Pembangunan Benteng Merah dimulai pada 12 Mei 1639 M, ketika Sultan Shah Jahan memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya dari Agra ke Delhi.

3. Taj Mahal
Istana dari marmer putih gading ini terletak di tepi selatan Sungai Yamuna, Agra. Taj Mahal dibangun antara tahun 1632 dan 1653 M, sebagai mausoleum atau makam untuk Mumtaz Mahal, istri kesayangan Shah Jahan. Taj Mahal dianggap sebagai contoh terbaik arsitektur Mughal dan menjadi simbol sejarah kekayaan India.

4. Jama Masjid
Salah satu masjid terbesar di India yang dibangun oleh Sultan Mughal Shah Jahan antara tahun 1644 dan 1656 M. Jama masjid menjadi masjid kerajaan hingga akhir periode Mughal. Dengan halaman yang dapat menampung lebih dari 25.000 jamaah, Jama Masjid tetap menjadi salah satu masjid terbesar di India.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://tirto.id
https://www.kompas.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment