Abdurrahman ad-Dakhil: Pendiri Dinasti Umayyah II di Spanyol

Table of Contents

Abdurrahman ad-Dakhil
Siapa itu Abdurrahman ad-Dakhil?

Abdurrahman ad-Dakhil adalah pendiri Dinasti Umayyah di Spanyol dan pelopor tegaknya Islam di sana. Memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam juga dikenal sebagai Abdurrahman I adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil selamat dari kejaran Bani Abbasiyah.

Ia dikenal dengan gelar al-Dakhil yang berarti "Sang Imigran" dan Saqr Quraisy yang berarti "Elang Quraisy". Abdurrahman ad-Dakhil berhasil menguasai Spanyol pada tahun 756 setelah melengserkan Gubernur Andalusia, Yusuf Al-Fahri, dalam Pertempuran Musarah. Dinasti yang didirikannya di Spanyol pun mampu bertahan selama hampir tiga abad, hingga 1031.

Ia mendirikan Kota Kordoba sebagai pusat pemerintahan dinastinya. Membangun Masjid Agung Cordoba pada tahun 758. Selama masa kekuasaan Dinasti Umayyah, Islam berkembang pesat di Spanyol. Kota Kordoba bersaing dengan Konstantinopel (sekarang Istanbul) dan Bagdad dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan seni arsitektur. 

Baca Juga: Dinasti Umayyah: kekhalifahan Islam Pertama Pasca Khulafaur Rasyidin

Masa muda Abdurrahman ad-Dakhil

Abdurrahman ad-Dakhil dilahirkan pada tahun 110 H atau 728 M di dekat Damaskus, Suriah. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul-Malik bin Marwan bin al-Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah. Ia adalah putra Muawiyah bin Hisyam sekaligus cucu Hisyam bin Abdul-Malik, Khalifah Umayyah yang berkuasa antara 724-743.

Abdurrahman tumbuh dewasa ketika Dinasti Umayyah hidup sejahtera dan mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan di bawah kepemimpinan kakeknya. Ia pun menyaksikan bagaimana kakeknya mampu membawa Dinasti Umayyah menguasai wilayah Spanyol dan Pulau Sisilia di Italia.

Namun, ketika Abdurrahman berusia 19 tahun, ia harus menyaksikan Dinasti Umayyah dihancurkan oleh Bani Abbasiyah dalam peristiwa Revolusi Abbasiyah. Bahkan pada saat itu, seluruh keluarga dan keturunan Umayyah diburu untuk dihabisi Bani Abbasiyah.

Baca Juga: Dinasti Abbasiyah: Sejarah, Kejayaan, dan Kejatuhannya

Melarikan diri ke Spanyol

Revolusi Abbasiyah adalah gerakan politik bumi hangus, sehingga semua keluarga Umayyah dibunuh. Ketika Bani Abbasiyah menguasai pusat pemerintahan Dinasti Umayyah di Damaskus, Abdurrahman ad-Dakhil bersama sejumlah kecil keluarga dan pengikutnya berhasil melarikan diri.

Bersama rombongannya, Abdurrahman mengarungi gurun Suriah menuju Palestina, lalu ke Mesir, dan kemudian sampai di Andalusia, Spanyol, pada 755. Spanyol saat itu merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Selama perjalanan pelariannya, Abdurrahman berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada keluarganya.

Mendirikan Bani Umayyah di Spanyol

Akibat Revolusi Abbasiyah, Andalusia yang merupakan bagian daulah Islam pada Dinasti Umayyah harus runtuh. Pemerintahan tersebut kemudian dihidupkan kembali oleh Abdurrahman Ad Dakhil, yang merupakan cucu khalifah ke-10 Dinasti Umayyah.

Ketika berusia 22 tahun, Abdurrahman menyusun strategi supaya berhasil memasuki Andalusia. Mulanya, beliau mengutus budaknya yang bernama Badr guna mengamati situasi. Dari perannya sebagai mata-mata, Badr mendapat beberapa informasi penting.

Semenanjung Iberia ketika itu tengah diperebutkan para gubernur yang tidak lagi menganggap kekuasaan kekhalifahan, baik Abbasiyah maupun Umayyah. Selain itu, masih terdapat golongan masyarakat yang menginginkan kebangkitan Umayyah di Andalusia.

Abdurrahman kemudian menitipkan surat untuk simpatisan Umayyah melalui Badr. Isinya yakni maksud beliau untuk memasuki Andalusia sekaligus meminta bantuan dan dukungan. Begitu mendengar kabar bahwa pihak simpatisan sudah siap, Abdurrahman segera menyeberangi Selat Jabal Thariq dan tiba di pesisir Andalusia.

Setelah bermusyawarah dengan pendukung Umayyah, Abdurrahman mengajak berbagai kaum di Andalusia untuk bersekutu. Hingga akhirnya, kekuatan politik serta persenjataan sudah terkumpul. Hanya ada sebuah kendala untuk meneguhkan Umayyah di Andalusia, yaitu kekuatan Yusuf al-Fihri.

Sebelum mengumumkan perang, Abdurrahman terlebih dahulu mengirim pesan pada al-Fihri untuk berkoalisi. Sebagai gantinya, kelak al-Fihri akan diberi kursi jabatan penting. Namun, ajakan tersebut ditolak.

Kedua kubu kemudian bertemu di Pertempuran al-Musharah pada Mei 756 Masehi. Abdurrahman yang masih berumur 25 tahun memimpin pasukan dengan para pemimpin lokal di sisinya. Al-Fihri berhasil kabur sebelum dinding Kordoba berhasil dijebol.

Peperangan tersebut menjadi kemenangan bagi Abdurrahman yang memulai lagi kedaulatan Umayyah di Andalusia. Beliau memperlakukan keluarga al-Fihri dengan begitu baik agar perselisihan tidak berlarut-larut.

Sejak itu, Abdurrahman ad-Dakhil menyatakan dirinya sebagai Khalifah Umayyah dan membangun Kota Kordoba sebagai pusat pemerintahan dinastinya di Spanyol.

Kendati demikian, perjalanan Abdurrahman sebagai khalifah pertama Bani Umayyah di Spanyol tidak luput dari pergolakan. Pergolakan yang melanda Umayyah II di Spanyol datang dari rongrongan orang Yamaniyun dan bangsa Barbar.

Selain itu, Kota Kordoba juga mendapat serangan dari Karel Agung, penguasa Eropa Barat pada Abad Pertengahan. Semua serangan yang datang mampu dihalau oleh pasukan Abdurrahman dan Dinasti Umayyah berhasil menyebarkan Islam di Spanyol.

Kejayaan era Abdurrahman ad-Dakhil

Hal pertama yang dilakukan Raja Abdurrahman ad-Dakhil dalam menyiarkan Islam di Spanyol adalah dengan membangun fasilitas beribadah dan pusat pendidikan. Pada 758, Abdurrahman ad-Dakhil membangun Masjid Agung Cordoba, yang kemudian diperbesar hingga menjadi salah satu bukti kejayaan Islam di Spanyol.

Selain itu, khalifah juga membangun kekuatan militer yang terdiri dari sekitar 40.000 pasukan dan memperkuat angkatan laut kekhalifahan. Pemerintahan Dinasti Umayyah II di Kordoba juga mengalami perkembangan di bidang ekonomi yang belum pernah dicapai oleh peradaban Spanyol sebelumnya.

Kota Kordoba bersaing dengan Konstantinopel (sekarang Istanbul) dan Bagdad dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan seni arsitektur.

Akhir Kehidupan

Ketika memegang tampuk kekuasaan Dinasti Umayyah di Spanyol, Abdurrahman mendapatkan gelar ad-Dakhil, yang artinya penakluk. Maksud gelar ad-Dakhil adalah untuk menghargai jasanya sebagai penakluk Spanyol.

Selain itu, julukan Abdurrahman ad-Dakhil adalah Saqr Quraish atau Elang Quraisy. Julukan ini didapatkan dari salah satu musuh terbesarnya dari Bani Abbasiyah, Khalifah Al-Mansur.

Khalifah Al-Mansur memberikan julukan ini, karena Abdurrahman berhasil melarikan diri dan mengembara seorang diri melalui gurun Asia dan Afrika, hingga sampai di Spanyol.

Keberanian Abdurrahman dalam mencari peruntungan tanpa pasukan di tanah yang tidak dikenalnya, serta berhasil membangkitkan kembali dinastinya, disebut-sebut belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumnya.

Sebagai seorang khalifah, Abdurrahman ad-Dakhil juga dikenal sebagai penyair dan orator ulung. Setelah memerintah Dinasti Umayyan di Spanyol selama sekitar 32 tahun, Abdurrahman ad-Dakhil meninggal pada 788 dalam usia 61 tahun.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment